THE CHOICE

16 0 0
                                    


"La, kemarin Evan nglamar gue." Cerita Leni pada suatu siang di kantin.

"Trus? Lo terima?" tanyaku antusias.

Leni menggelengkan kepalanya.

"Belu, La, bokap ngga setuju kalau gue sama Evan, padahal gue sayang banget ma doi, gue musti gimana?"

"Alasannya apa papamu ngga setuju."

"Lo tau kan kalau Evan hanya lulusan SMA, bokap gue mengharuskan yang bakal jadi suami gue lulusan paling ngga S2."

Aku mengangguk mengerti, Leni emang pernah cerita sebelumnya tentang pacarnya itu.

"Hmm, orangtua hanya pengen yang terbaiknya buat anak mereka."

"Terbaik menurut mereka belum tentu baik bagi gue, La, kebahagiaan menurut mereka hanya bagaimana hidup mewah, punya uang banyak untuk membeli apapun, harta dan harta, gue harus gimana, La?

"Kamu coba ngomong baik-baik lagi ma om tante, dan tunjukin kalau Evan emang bener-bener pantas buat kamu."

"Hhhh, iya deh, ntar gue coba ngomong lagi."

"O iya terus gimana hubungan loe ma Randi," lanjut Leni.

"Hubungan apa? aku ma Randi hanya temenan kok," jawabku.

"Ah, lo ga usah boong deh, seisi kampus juga tahu kalau kalian punya hubungan spesial." Leni mngedipkan sebelah matanya.

'Benarkah begitu?? selama ini aku memang cukup dekat tapi hubungan kami tak lebih sekedar ketua dan sekretaris BEM.' Batinku.

"Serius, aku ngga ada hubungan apa-apa ma dia."

"Really? kalau gitu kenapa kalian ngga pacaran aja, serasi kok."

Aku hanya diam.

Pacaran? suatu hal yang belum pernah gue jajaki hingga umur delapan belas tahun ini. selain karena pengen fokus ke studi, juga pesan mendiang mama, agar gue bisa jaga kehormatan diri, salah satunya dengan tidak pacaran, karena di dalam islam memang tidak ada yang namanya pacaran.

***

" Duh, aku lupa bawa proposal buat acara pentas nih," ucapku pada Randi.

"Gimana ya? proposal itu harus diserahkan hari ini ke Rektor," jawabnya.

"Kalau gitu aku ambil dulu aja ya di rumah, kebetulan sudah tidak ada kuliah."

"Aku anterin ya?"

"Ehm, aku pulang sendiri aja deh."

"Rumahmu kan cukup jauh, jam segini juga angkutan jarang, biar kuanterin aja."

"Gimana ya,.. baiklah." Putusku akhirnya.

Aku membonceng motor randi, jujur, its the first, dan pertama kali pula bakal ngajak cowok ke rumah. entah ntar gimana tanggepan papa. moga beliau ngga marah.

***
"Tadi siang lelaki itu siapa?" tanya papa sewaktu kami makan.

"Teman Lala, Pa."

"Teman? Kalian pacaran?"

"Ngga, Pa. Tadi ada proposal ketinggalan di rumah dan diperlukan hari ini jadi dia nganter Lala buat ambil biar cepet."

"Jauhi laki-laki itu, papa sudah menjodohkanmu dengan anak teman papa dan almarhum mamamu."

Aku hampir tersedak mendengarnya.

'Dijodohkan???'

"Tapi, Pa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang