Pernah kah kau mendengar kata-kata, "Seandainya aku berada di dekatmu, takkan ku biarkan kau menangis walaupun air mata kebahagiaan"
Tapi sepertinya kata itu tidak berlaku lagi untukku. Karena dia sudah pergi.
~~~~Kim Jieun~~~~
Aku menutup rapat lokerku. Seperti biasa, hari-hari di sekolah semakin membosankan setelah ujian. Masih banyak yang harus di kerjakan, sebelum acara perpisahan dan kelulusan tiba.
Aku melihat kembali orang itu, orang yang selalu dingin dan sinis ketika melihatku. Entah apa salahku padanya, tapi aku tidak peduli. Aku tidak pernah mengusik kehidupannya bukan? Kurasa tidak pernah.
"JIEUN" Aku terlonjak kaget saat temanku, Hyerim muncul dengan teriakan super kerasnya.
Aku hanya menatapnya sebal dan seolah-olah sudah tau, bahwa sesuatu ada di tangannya. Tidak maksudku, ada informasi yang dia bawa. Dan itu sangat penting."Ada apa?" Aku bertanya malas.
"Kau di panggil ke ruang kepala sekolah" Hyerim terlihat serius. Tidak biasanya .
Aku hendak bertanya lagi, tapi lagi-lagi dia menyeretku untuk mengikutinya kali ini. Gadis ini benar-benar gila.
Kami tiba di depan ruang kepala sekolah, kulihat ada dua pria yang yang sedikit tampan ingat sedikit saja. Duduk saling menatapku.
"Jieun, duduklah," kepala sekolah seolah-olah membuyarkan lamunanku dan aku terbata untuk duduk di dekat kedua pria yang sedikit tampan ini.
"Mereka berdua adalah murid baru, dia Daehyun dan dia Vernon" aku mengangguk saja. Memang apa hubungannya denganku?
"Mereka akan menjadi murid khususmu, Jieun" kepala sekolah menekankan kata khususmu, menyebalkan.
"Aku mengerti, Pak"
Aku pamit keluar dan hampir saja bertabrakan dengan seorang pria lagi ada apa dengan ku? Bertemu pria? Pria? Astaga
Aku hanya membungkuk tanpa menoleh padanya. Kepalaku sudah hampir pecah dengan semua ini. Aku hanya berusaha menetralkan pikiranku yang sudah hampir meledak rasanya.
"Sedang memikirkan apa?" Aku menoleh mendapati Chanyeol sudah merangkulku dengan senyum nya yang khas.
"Dua murid baru, " aku berkata seolah dunia mengutukku.
"Lalu?"
"Kau tau, dia mahluk besar. Bukan anak TK" aku mencoba menahan amarahku.
"Aku yang mengusulkannya," Chanyeol akhirnya mengeluarkan jurusnya.
"Maksudmu?" Aku menatapnya bingung
Chanyeol membalikkan badanku agar menghadapnya. Jujur saja, adegan seperti ini selalu membuatku gugup dan pasti wajahku merah sekali.
"Aku akan pergi," aku menatapnya tidak percaya.
"Jelaskan, "
"Ayah mengirimku mengurus bisnis di Jepang, tidak ada yang bisa aku lakukan," dia menghela napas. Itu artinya sudah titik akhir.
"Berapa lama?" Akhirnya suaraku bergetar.
"4 tahun." Sudah kuduga. Dia tidak akan pergi untuk satu atau dua minggu atau sebulan. Tapi bertahun-tahun.
"Jieun, aku mengirim mereka untuk melindungimu, bukan untuk menjadi murid mu. Hanya saja ini rencana kami agar mereka mudah masuk ke sekolah ini. Jieun aku tidak ingin terjadi sesuatu denganmu." Chanyeol meraih tanganku dan menciumnya. Aku terharu juga merasakan sakit bersamaan. Tidak bisakan dia bertahan demi aku? Mengapa? Apa alasannya?
"Kapan kau berangkat?"
"Segera, setelah hari kelulusanku," itu artinya satu minggu lagi. Aku hanya memiliki waktu satu minggu lagi dengannya.
Aku hanya menatapnya tersenyum, tidak mampu berkata-kata. Aku berharap semua ini mimpi, tapi berulang kali hati sesak, ada yang mengganjal dan menghalangi. Berulang kali air mataku jatuh. Ini artinya aku tidak mimpi. Satu minggu lagi aku akan kehilangan dirinyam
#####Hari ini adalah jadwal terakhirku sebagai guru magang di sekolah dasar. Setelah itu aku bebas melakukan apapun. Maksudku, aku bebas menjadi guru atau dosen di perguruan tinggi. Hanya tinggal menunggu kelulusan saja.
Aku menatap ampop coklat di tanganku, ini adalah gajiku sebagai guru magang.
"Kau punya banyak uang," Jisoob menatapku dengan tampang memelasnya.
"Aku akan menraktir kalian makan sesuatu. " Jisoob dan Daehyun menatapku lalu mereka bertatapan bergantian.
Aku di apit oleh mereka berdua, ya menandakan bahwa mereka setuju dengan ajakanku.
Seperti biasa, mereka pasti hanya membuat kepalaku pusing oleh keribuatan-keributan kecil mereka. Padahal mereka sudah besar. Bahkan lebih tua dariku. Oh Tuhan, tidak bisakah mereka mengerti bahwa sesungguhnya hatiku sedikit kacau? Bukan sedikit, tetapi memang kacau.
"Boleh aku bergabung?" Aku berbalik melihat Chanyeol sudah duduk di sebelahku. Sebenarnya aku tidak ingin bertemu dengannya, setelah pertemuan kami empat hari yang lalu.
"Kau tidak makan,?" Aku hanya menggeleng dan menunjukkan gelas minuman yang ku pesan tadi masih terisi penuh.
Tanpa menunggu persetujuanku, ia langsung meminumnya dengan bekas sedotanku. Padahal aku sering mengatakan itu tidak baik meskipun kami pasangan kekasih.
"Aku akan membawa Jieun pergi, kalian makanlah" Chanyeol menarik tanganku pelan dan aku hanya mengikutinya.
###
Ternyata Chanyeol membawaku ke taman bermain terdekat, meskipun aku tidak terlalu hapal tentang Seoul, setidaknya dia selalu membawaku jalan-jalan. Selama tiga tahun kami berpacaran, dia selalu menyisakan waktu untuk membawaku ketempat baru di Seoul. Tidak hanya itu dia juga sering memasakkanku masakan enak.
Banyak kenangan dengan Chanyeol, meskipun dia akan pergi meninggalkanku, tapi aku tidak akan melupakannya. Sedikit pun tidak akan.
"Jieun" aku menatapnya ,
"Jika apapun yang terjadi, tolong jangan pernah melupakanku, melupakan kenangan kita. " Chanyeol tidak menatapku,
"Kenapa bicara begitu?" Aku mencoba tersenyum.
"Tidak ada. Aku hanya meminta itu, selama aku pergi. Apapun yang terjadi, jangan melupakanku" Chanyeol sudah menggenggam tanganku erat. Tangannya dingin, menandakan dia sedang gugup.
"Katakan apa yang terjadi," dia menggeleng, aku semakin gila karena ini.
"Aku akan meninggalkan kedua orang itu untuk menjaga dan melindungimu. Aku pasti akan merindukanmu, Jieun-ah" Aku memeluk Chanyeol erat.
Entah apa yang sudah terjadi, tapi dia seperti sangat terguncang dengan mengatakan ini kepadaku. Aku tidak mengerti. Aku hanya bisa memeluknya erat."Maafkan aku yang egois dan meninggalkanmu."
Chanyeol menciumku pelan, perlahan aku merasakan air matanya turun, aku hanya menikmati setiap perlakuannya, mungkin untuk terakhir kalinya sekarang.
Park Chanyeol, selamanya aku mencintaimu.
TheEnd
Copyright©2016_ItaNinta
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL
FanfictionTidak mudah mencintai seorang sepertimu. Tapi aku tetap berjuang semampuku. -Kim Jieun