Prolog

153 16 10
                                    

Pukul 10, di sekelilingnya tidak ada siapa-siapa. Sekalipun motor tak terlihat berlalu di jalanan kecil posisinya sekarang. Langit memang sudah gelap, lampu jalanan hanya menyala remang-remang. Kalau saja pantulan cahaya sebuah banner tak sampai ke retinanya, Levi tak akan melihat jelas jalan setapak di hadapannya.

Ia menghembuskan napasnya keras-keras. Sesuatu haruslah terjadi hari ini; ia tak merasa baik sejak pagi. Soal kenapa, ia tak tahu. Tapi apapun itu pastilah sesuatu yang penting. Setidaknya penting bagi dirinya.

Levi melihat ke belakang, menyadari ia sudah menyusuri jalan setapak itu lebih dari dua puluh meter. Hawa dingin mulai menembus mantel dan sweater tebalnya, ia sedikit menggigil.

Tepat di saat Levi sedang merapatkan mantelnya, orang itu muncul dihadapannya.

Orang itu berhenti di depannya, menghalangi jalan.

Mata mereka bertemu, dan waktu serasa berhenti.

Lalu tiba-tiba saja jantungnya serasa dihentak-hentak. Implikasi tentang orang itu yang sempat pecah dan terurai, seketika kembali menyatu di memorinya.

Astaga astaga astaga. Ia sama sekali belum siap dengan ini.

Bersamaan dengan terlukisnya sebuah senyuman hangat di wajah orang itu, Levi menyadari sesuatu.

Perasaannya yang dulu sudah terkubur jauh dan mengakar, kini telah tumbuh kembali menjadi pohon-pohon yang baru.

.::.

(Authors note)

Hey guys, salam kenal!! So this is my first story ever since i joined wattpad, so i would really appreciate it if you vote and comment on this part.

Im doing my best for you guys ofc :)

21 Jan, 16
Tomappi.

citrus of yoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang