Judulnya Terserah

4.2K 232 14
                                    

A. (Edisi males nyari judul)

OS by : Raven

Entah apa yang sudah terjadi denganku beberapa hari ini. Aku benar benar tak bisa menjelaskannya. Semua ini irasional dan tidak relevan dengan logika apapun. Aku tak tahu bagaimana ini berawal;semua ini bermula saat kau memikirkannya.

Untuk saat ini aku benar benar mengarungi ketakutanku. Fajar yang parah dan mengerikan. Kulirik kerangka kemerahan menjijikan di pojok ruangan dengan nanar. Warnanya seperti lampu neon redup yang bertahun tahun menyala. Terserak dengan acak seperti tumpukan kayu bakar--tapi ini tulang. Aku menelan ludah terpahitku--tanganku yang penuh darah bergetar dengan bengis, tanganku berubah jelek dan penuh luka--karna aku begitu frustasi mencari jalan keluar. Seperti remuk dan mataku perih. Untuk sesaat, aku tetap menatap tengkorak dan tumpukan darah yang meleleh, dimana saja. Di ruangan persegi temaram yang begitu pengap dan lembap oleh bau besi darah.

Semua kepala tengkorak itu terbuka retak--tak ada isinya, kecuali aroma paranoia yang samar samar kuhirup--darah.

Aku mematung di ambang dinding yang masih bersih. Ada jendela jelek yang penuh noda di kananku. Jantungku tak berdetak, sedikit pun tidak. Kicau burung menyalak masuk di keheningan pagi. Monster itu masih di situ! Monster itu, dia membiarkanku di sini! Mengurungku--dasar sinting. Sesosok berpakaian putih lengkap dengan masker gas, memegang sesuatu yang panjang, simetris dengan suara sepatu botnya yang begitu menakutkan bagiku. Nuansa kematian yang kentara saat pertama kali ku dengar suara bot itu.

Kemarin, aku memergoki monster berpakaian putih itu lewat jendela kotor tadi. Ia membunuh beberapa temanku, betapa kejam dan bengisnya orang di balik topeng gas tolol itu! Ia bahkan meledakkan kepala temanku tanpa ragu dan rasa bersalah. Anehnya, ia tahu aku di sini--monster itu tahu, tapi ia tak mau masuk kedalam sini dan menghabisiku. Kupikir sosoknya ingin bermain main denganku--lucu. Dan sekarang, saat aku keluar, ia juga akan membunuhku. Ia akan menginjak nginjak jasadku. Aku tahu itu.

Dia licik, dia pikir dia lebih pintar dariku. Monster tak berperasaan. Tapi teorinya salah, aku tak seidiot yang dia kira!

Aku sudah tak tahan, aku bisa sakaw--sakaw kebebasan. Aku harus keluar, aku tak bisa disini terus bersama tulang tulang yang kesepian. Dan aku lapar sekali. Aku menatap tanganku yang memucat dan penuh luka. Mataku berdenyut denyut seakan ingin keluar. Gerakanku dan refleksku semakin melambat seiring waktu. Badanku serasa lumpuh setengah. Yaampun--betapa kritisnya diriku. Aku tahu, lambat laun aku harus keluar! Akan kubunuh sosok mengerikan itu sebelum dia yang menaklukkanku.

Aku akan melakukan upaya terakhirku setelah 1 minggu penuh terkurung di sini dan diawasi olehnya. Aku akan menerobos kaca itu--aku takkan peduli dengan perihnya. Aku sudah mati rasa oleh ketakutanku. Takkan ada yang lebih parah, semoga saja.

Aku mulai berjalan perlahan--lambat sekali, ke arah jendela yang berjarak sekitar 5 meter, lalu menghantam kaca itu dengan kepalaku. Aku menjerit berat dan serak saat kepingan kaca itu tercerai berai, tubuhku melayang di tengah jendela, menciptakan desingan yang nyaring. Mataku semakin perih dan perih.

Aku tak punya banyak waktu!

Kepalaku mendarat dengan sempurna diatas rerumputan penuh embun, walau aku masih merasa kepalaku seperti kemasukan air 20 ton. Monster itu menyadari aku yang kabur, dia akan membunuhku seperti ia membunuh teman temanku. Suara langkah kaki sepatu bot yang berat, mengalir seperti air di telingaku. Sementara aku masih mencoba menghentikan tubuhku yang tengah terhuyung huyung lemas. Suara itu semakin cepat dan serentak. Tidak, bukan, tapi terdengar semakin banyak. Ah! Monster monster itu banyak! Bukan hanya satu. Kenapa aku baru menyadarinya?

Sekarang kerumunannya mulai terlihat dari kejauhan, mereka memburuku. Aku begitu geram dan marah. Gigiku gemeretak saat mereka meneriakkan,









"Tembak zombie itu!"





CreepyPasta & Urban LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang