Aku dan Taeng harus menunggu beberapa menit lagi untuk ke Tokyo. Air mataku mulai menetes menjatuhi pipiku, rasanya air mataku sudah tak dapat terbendung lagi dan akhirnya aku menangis mengingat perkataan eomma-ku beberapa menit yang lalu.
"Appa meninggal jeongnim, cepatlah kembali ke rumah". Itulah kata-kata yang saat ini aku fikirkan.
Sekian lama menunggu akhirnya pesawat yang kami tunggu akan segera berangkat. Sebelum memasuki pesawat aku mengeluarkan handphoneku dari tas dan "Appa, tunggu aku, aku akan segera kembali". Gumamku dan handphoneku ku non aktifkan untuk beberapa jam.
------------
Tokyo"Appa!"teriakku membuat semua orang yang ada di dalam rumahku menoleh ke arahku dan Taeng termasuk eomma-ku. Eomma langsung menghampiriku dan memeluk tubuhku dengan erat. "Kenapa Appa bisa seperti ini eomma? Aku butuh penjelasan eomma!"lagi lagi air mataku keluar dengan sendirinya. "Nanti akan eomma jelaskan jeongnim"ucap eomma-ku.
Appa, jeongnim minta maaf karena tidak berada di samping Appa untuk terakhir kalinya Appa menutup mata. Mianhae Appa, Mianhae. Kata itu yang selalu aku ucapkan setiap mengingat Appa ku yang pergi meninggalkanku dan keluargaku.
"JeongNim?"ucap Taeng. "Ne,waeyo?"tanyaku. "Aku turut berduka cita jeongnim, atas kepergian appa mu". "Ne, gomawo Taeng, aku sudah tidak punya Appa lagi Taeng"kataku. "Jangan terus bersedih jeongnim kau masih punya keluargamu dan aku"ucapnya dan memelukku penuh kasih sayang. "Bagaimana pun juga kau harus mengikhlaskan kepergian Appa-mu jeongnim, jika kau menangis Appa-mu juga tidak akan kembali seperti semula jeongnim, ku mohon mengerti lah JeongNim"pinta Taeng.
Kepergian Appa-ku membuat keluarga terus meneteskan air mata terutama pada eomma-ku. Saat aku membuka pintu kamarku sepasang mataku langsung melihat fotoku berasa Appa yang terletak di meja belajar ku. Tanpa sepatah kata pun air mataku langsung menetes. "Appa aku sangat menyayangimu Appa. Maafkan aku karena belum bisa membuatmu bahagia Appa"tangisku dan memeluk fotoku bersama Appa-ku.