U N T U K K U

254 3 0
                                    

Kulihat matamu berubah warna
Menjadi sepi kata-kata
Semuanya telah menjadi abu
Bahkan pilu

Warna-warna
Pelangi memburam dimakan senja
Menjadi diam suara-suara
Dimana Matahari yang pernah kita lukis bersama?

Langit senja,
Selimutku terlalu tipis untuk menghalau udara.
Dingin yang berkecamuk dalam ruang-ruang hampa,
Sedangkan kita hanya bisa berbicara melalui kotak kaca,
Dan pita suara. Diam tak punya nada.

Puisi jiwa?
Sudah sampai disinikah teriakanmu pada semesta?
Liukan yang merendah dan hilang tiba-tiba.
Disana!
Atau disana?
Cahaya yang ditimpa nestapa karena kepedihan dan tawa tak pernah sempat tersampaikan.
Karena setiap detik hanya kita tukar pada rayuan keletihan dan tidak pernah sampai pada penghayatan.
Disana!
Atau disana?
Waktuku, waktumu!
Waktu yang disita musim empat warna.

Aku juga sama.

Sementara kopi kita menunggu diatas meja.
Menjadi dingin kemudian.
Menjadi dingin sendirian.

Maukah kau menghangatkannya lagi?
Untukku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TENTANG SECANGKIR KOPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang