OneShoot

21 2 1
                                    

***

Angin sejuk berhembus bersama helaian dedaunan kamboja, tetesan gerimis yang membasahi helaian daun cukup menggambarkannya. Hening dan hikmat. Itulah gambaran suasana saat ini.

Seiring dengan turunnya gerimis yang begitu memilukan, sekiranya beberapa orang berbaju hitam tengah diam membisu. Terdiam layaknya pohon pada musim gugur, diam membiarkan helaian daun emasnya terjatuh ketanah dimana itulah akhir darinya.

Seorang wanita paruh baya tatkala menahan tangisnya, dengan tenggorokan yang begitu tercekat ia berusaha memanggil sesosok bayangan yang kini telah menjadi kenangan. Ditambah rasa sakit ditinggalkan di dalam denyutan nadi, rasa sakit yang terus mengalir layaknya darah.

Kim Taehyung membawa ibunya yang terus menangis pergi dari tempat itu. Tempat dimana ia harus meninggalkan rasa penyesalannya yang teramat dalam kepada semua teman-temannya.

Ia tak menoleh, bahkan hanya untuk mengucapkan salam. Penyesalan akan semakin menyelimutinya jika ia berbalik dan menyapa mereka lagi.

'Hyung... mianhae. Aku tak mungkin lagi bisa hidup dengan rasa penyesalan ini. Melihat mereka hanya akan membuatku terus teringat kepadamu, dan itu hanya akan menambah rasa sakitku, hyung.'

***

"Apa yang akan kita lakukan sekarang? Bahkan Taehyung telah meninggalkan kita.." tutur Jimin memampangkan wajah sedihnya.

Tak ada seorang pun yang menjawab pertanyaan Jimin. Semuanya begitu terkejut dan tak tau harus berbuat apa lagi. Sama hal nya dengan Taehyung, semua nya kini tengah merasakan penyesalan yang teramat dalam.

Tiba-tiba seseorang berdiri dari kursinya. Jungkook, dengan wajah sembabnya menarik semua perhatian Hyung-nya.

"Hyung! Jangan seperti ini kumohon. Bukankah Jin-hyung pernah mengatakan kepada kita, bahwa 360 degrees layaknya sebuah lingkaran? 360 degrees tak akan pernah memiliki akhir, apapun yang terjadi. Aku sungguh tak mengerti itu awalnya, tapi jika itu benar seperti yang dikatakan Jin Hyung..." jelasnya dengan perasaan yang begitu dalam.

"...maka aku percaya, kita akan kembali seperti dulu lag—".

"Apa kau tak menyesal?" tak sempat Jungkook menyelesaikan ucapannya, Namjoon memotong pembicaraannya.

Hal itu sontak membuat Jungkook terdiam. Tak mungkin jika ia tak merasakan hal itu. Sebuah penyesalan? Semua orang kini tengah merasakannya.

"A..aku.. aku juga merasakannya, Hyung. Tapi Jin Hyung, ia pasti akan memaafkan kita. Kurasa ia tak akan senang jika kita terus seperti ini," ujarnya dengan nada yang begitu ragu.

Setelah mengucapkan sederet kalimat itu dengan cepat sebuah tinju melayang ke wajahnya, hal itu berhasil membuat Jungkook terlempar ke lantai.

"Memaafkan?!" teriak Hoseok spontan dengan wajah kesalnya, kini ia tak kuat lagi menahan emosinya kepada Jungkook. Ia kemudian menarik kerah baju Jungkook dan membuat Jungkook berdiri dari lantai.

"Kau... bocah sialan! Kau bahkan tak benar-benar menyesalinya! Tidak! Kau bahkan tak berhak untuk menyesal!!".

Lagi-lagi Hoseok meninju wajah Jungkook, ia bahkan berusaha duduk diatas tubuh Jungkook dan terus memukulinya dengan buas. Beruntung Namjoon dan Jimin berhasil menahan tubuhnya.

"Kalau saja..." tuturnya menundukkan kepala masih dengan tangan yang ditahan, kini Hoseok menangis.

"Kalau saja bukan karena kebodohanmu, maka perkelahian itu tak akan pernah terjadi..." tutur Hoseok dengan nada yang semakin parau menahan tangisnya.

Jungkook terdiam, setetes air mata terjatuh dari kelopak matanya. Ia akhirnya paham, mengapa Hoseok terus memukul dirinya. Semua ini terjadi karena perbuatan bodohnya dulu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 24, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

360 DEGREESWhere stories live. Discover now