May, Luna, dan Erika duduk dalam satu meja yang sama di kantin. Ketiganya sibuk membahas mengenai kelakuan pacar-pacar mereka yang makin hari makin menyebalkan saja. Khususnya pacar May, Yudha. Cowok pentolan sekolah itu selalu mengikuti kemana pun May pergi, katanya sih supaya May nggak diganggu oleh cowok lain. Tapi siapapun tau kalau itu cuma akal-akalannya si Yudha saja supaya bisa sama-sama May terus. Dan May yang penakut nggak pernah berhasil mengusir Yudha lebih dari semenit.
Lain halnya dengan Luna, Luna malah merasa jengkel dengan tingkah polah Christian yang selalu pamer ke mana-mana kalau mereka sudah jadian. Bahkan tak jarang kalau cowok itu malah bertingkah norak sehingga akhirnya Luna memilih menjauhinya ketimbang mengurusi ulah-ulahnya. Dan sering kali Luna yang harus menjinakkan keliaran Christian, khususnya saat cowok itu merasa cemburu hanya karena melihat Luna bicara dengan cowok lain. Ujung-ujung mereka akan ribut besar dan saling diam.
Berbeda dengan Erika. Hubungannya dengan Satya mungkin bisa dibilang yang nggak terlalu bergolak. Satya sedang mencoba memberi ruang bagi Erika untuk membiasakan diri bersamanya. Cowok itu pengertian, nggak memaksa, bahkan cenderung lebih mementingkan kepentingan Erika ketimbang kepentingannya sendiri. Dan justru hal itulah yang membuat Erika kesal. Ia merasa dirinya nggak masalah menjalin hubungan normal dengan Satya, ia bahkan iri dengan May dan Yudha. Meski otoriter, tapi Yudha blak-blakan dalam mengungkapkan perasaannya, kelewat blak-blakan malah. Dan Erika juga ingin Satya bersikap terbuka padanya, bukannya menuruti apa kata Erika.
“Gue kepingin refreshing nih,” kata Erika tiba-tiba.
May dan Luna menatapnya tertarik. “Refreshing ke mana?” tanya Luna.
“Ke mana kek, asal jangan ngajak cowok-cowok,” kata Erika. Mumpung minggu depan kita dapat libur 3 hari, kenapa nggak kita manfaatkan aja buat liburan?”
“Tapi aku nggak mungkin bisa menghalangi Yudha. Dia pasti ngotot mau ikutan,” sahut May.
Erika mengibaskan tangannya. “Soal Yudha masalah gampang! Kita bohongi aja mereka. Kita bilang kita bertiga mau nginap di rumah salah satu dari kita dan nggak mau diganggu karena ini acara khusus cewek,” kata Erika. “Lalu kita diam-diam liburan ke suatu tempat, gimana?”
Luna tampak mempertimbangkannya. “Boleh juga tuh. Gue juga udah eneg sama tingkah si Christ. Lagaknya bikin gue mau mencekik orang aja,” sahut Luna.
“Nah, kalau gitu kita pikirin mau kemana? May, lo ada ide nggak?” tanya Erika pada May.
May masih ragu-ragu. “Aku nggak tau. Sebelum pasti dengan Yudha, aku nggak bisa yakin aku bakalan bisa ikutan. Lagipula aku kan harus kerja juga,” kata May.
“May! Lo juga butuh liburan! Andreas pasti ngerti deh! Selama ini lo udah kerja keras buat menebus hari-hari cuti lo lantaran menemani Lea, sekarang saatnya lo bersantai sejenak!” kata Luna bersemangat.
Melihat May masih ragu-ragu, Erika langsung kembali memanasi. “May, masa lo mau membiarkan Yudha terus mengatur hidup elo? Dia akan terus bersikap diktator kalau elonya pasrah terus! Coba bayangkan, selama elo kerja di Red Stars, atau di rumah ngurus Lea, pernah nggak terpikir sama elo si Yudha lagi ngapain??” tanya Erika. “Dia mungkin aja lagi bersenang-senang! Entah dengan keluar bareng Christ, atau mungkin malah jalan keluyuran seperti yang dulu sering dia lakukan!”
Luna ikut-ikutan memanasi May. “Betul May! Siapa tau di belakang elo, si Cowok Rese itu jalan sama cewek lain! Lo kan tau dia populer karena kekejamannya dulu. Cewek manapun rela jadi yang kedua!”