Because of Mama

403 10 0
                                    

Hari ini seperti biasanya aku menyiapkan susu coklat ku sebelum berangkat ke sekolah. Memakai sepatu dan membawa minuman ku itu kemana ku pergi. Aku ingin berada diluar rumah untuk menghabiskan minumaku itu. Disaatku membuka pagar, adek adek gemes menyambut dan membawakan hadiah.

"KAK DEVIAAAAN" panggil mereka.

Aku tersenyum. Memandangi mereka seraya meminum susu cokat hangatku.

"Aku membuat sarapan untuk kakak"

"Aku bawa coklat loh kak"

"Aku ada cemilan oleh oleh dari Bogor"

Mereka sangat lucu. Susah payah membawakan ini semua untukku dan begitu semangat memberikannya. Aku pun mengambil hadiah berupa makanan itu dari mereka. Mereka terlihat sangat senang. 'Andai Adrianna senang seperti ini saat melihatku' pikir ku saat itu.

"Sudah makan?" tanyaku kepada mereka. Mereka seperti senang saat ku tanya seperti ini. Bukan hanya basa basi, aku tahu mereka sudah susah payah membawakanku hadiah seperti ini. Apa salahnya aku bertanya. Aku tak ingin mereka memperhatikanku tapi tidak memperhatikan diri mereka sendiri.

"Sudah dong kakk"

"Ah, kalo melihat kakak sudah kenyang kok"

"Oke, kalau begitu. Semangat sekolahnya,dek"

Mereka pergi dan melambaikan tangannya kepadaku. Aku kembali masuk kerumahku menaruh cangkir susu coklatku itu, dan berangkat ke sekolah.

Di tangga sekolahku (ya, karena kelasku dilantai 3, aku harus menaikki tangga untuk ke kelas) aku bertemu dengan Adrianna. Oh tuhan, cantiknya dia. Aku sapa tidak ya? Hmm atau aku sapa saja?

"Dev?"

Disaat aku ingin menyapanya, justru sapaannya yang terdengar duluan. Aku memandanginya dan ia tersenyum. Oh tuhan, aku ingin seperti ini terus. Sedekat ini. Mengapa kemarin ia seperti tidak ingin? Disaat aku sparing basket kemarin, ia justru tidak terlihat antusias samasekali.

"Eh, Dri?"

"Hm iya Dev"

Aku ingin sekali berbicara padanya. Aku ingin mengobrol dengannya, tapi entah bagaimana caranya. Aku ingin membuka percakapan. Tapi akhirnya, selalu ia yang membuka.

"Lo itu duduk sama Rudy kan ya?"

"Oh, iya Dri. Kenal juga sama Rudy?"

"Tau kok, yang main basket sama lo juga kan kemaren?"

"Eh, iya"

"Kemaren permainannya seru ya, keren bisa three point gitu"

Andai kamu tau Dri. Three point aku buat kamu.

"Aku? hehe kalo gak karena ada cewek itu, aku gak ada kepikiran buat cetak three point, Dri"

"Siapa Dev?"

"Ah, kapan kapan saja ya. Mungkin nanti kamu akan tau"

"O.. oh.. Begitu ya... hm" ia menangguk pelan.

Apa ia sadar itu untuknya? Ah aku takut. Atau bahkan dia salah paham?

"Dev, gue ke kelas duluan ya, buru buru ada tugas"

"Oh iya Dri, goodluck tugasnya"

"hm, iya Dev thanks"

Begitu dia. Berlari ke arah kelasnya. Aku masih menatapnya dari kejauhan. Sungguh, aku masih ingin berbicara dengannya. Aku pun juga mengarah ke kelasku, dengan santai memikirkan pertemuan dengan Adrianna. Andaisaja aku yang memulai pembicaraan... Ohiya, apa tadi ia membicarakan tentang Rudy? Apa ia kenal dengan Rudy? Ah, mungkin memang tau nama saja. Wajar 'kan? Rudy juga cukup popular. Iya lah, temanku ratarata popular dikalangan perempuan disekolah ini. Bahkan di Luar sekolah. Contohnya Afan. Wah, Kapten futsal itu memang mempunyai banyak bakat. Pintar matematika, Bahasa Inggrisnya jago. Yah walaupun aku tak kalah, sih. Ia juga anggota Band ku. Aku ini juga mengikuti Eskul Band. Aku sebagai drummer. Afan sebagai Bass. Ohiya bahkan ada Rudy. Dia sebagai gitaris. Tapi band kami selalu kekurangan orang untuk menjadi Vokalis. Terkadang, kami harus bergantian menjadi Vokalis disaat kami latihan. Tapi aku tidak pernah mencoba menjadi Vokalis. Bukan karena tidak bisa. Aku ini 'kan seorang drummer. Ya akan menjadi sulit untuk bernyanyi sambil memukul drum, ya kan?

PAPERCRANESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang