Tanpa judul bagian 1

97 6 4
                                    

Desclaimer: Adachitoka-sensei

Rate: T for Teen

Genre: Romance, School life, Hut/comfort

Pair: [Yato, I. Hiyori, E. Kofuku]

Warning: OOC, gaje, abal-abal, AU, typo(s), misunderstanding(?)

-Don't Like Don't Read-

Happy Reading~

.

.

.

.

Aku memandangimu dari kejauhan. Sedikit berdenyut dada ini ketika melihatmu tertawa bersama gadis itu. Ah seharusnya kupanggil dia sahabatku. Dalam diam kupandangi wajahmu dengan tatapan memuja. Aku membayangkan seandainya aku di posisinya. Alangkah bahagianya diriku ini. Tak sengaja manik biru samudramu melihatku. Dengan senyum ramah kau menyuruhku untuk ikut bergabung bersamamu.

"Hiyori.. sedang apa kau disana?" ucapmu seraya tersenyum lebar.

"Aku baru saja ingin menghampiri kalian berdua, Yato-senpai, Kofuku-chan" ujarku. Ya Yato-senpai. Senpai ku, cinta pertama ku dan sekaligus pacar sahabatku sendiri, Kofuku.

Dengan langkah teramat pelan kuhampiri dua orang yang sedang tersenyum ramah kepadaku. Sekali lagi arahkan pandangan ke sahabatku Kofuku. Dengan raut wajahnya yang ceria, Ia melambaikan tangan kearahku.

Setelah sampai di meja mereka berdua, Aku pun memilih duduk di samping Kofuku. Terselip niat tersembunyi dihatiku. Aku ingin melepaskan rinduku yang tak terbendung dengan cara memandangimu, Yato-senpai.

Mereka berdua membicarakan hal yang tidak pernah bisa kumengerti. Sementara diriku hanya bisa mendengarkan mereka sesekali ikut tersenyum tipis. Kutelusuri lagi lekuk wajah lelaki yang kucintai ini. Mata yang meneduhkan hati dan lekuk bibir dengan senyum yang menggetarkan jiwa. Ah sungguh sayang aku terlambat menyadari bahwa aku mencintainya.

Tak tahu kah kau senpai, jika aku menatapmu dengan pandangan cinta didalamnya?

Tanpa sadar aku tersenyum pahit dan menunduk diam. Kupegangi dadaku yang berdenyut sakit. Sesak rasanya. Air mataku mulai menumpuk di kelopak bawahku seakan ingin membebaskan diri. Kofuku sepertinya menyadari perubahan moodku. Dia menepuk bahuku pelan. Dengan wajah khawatirnya dia bertanya kepadaku.

"Hiyorin, daijoubu ka? Kulihat wajahmu pucat. Apa kau sakit?"

Dengan senyum dipaksakan akupun menggeleng. "Aku tidak apa-apa Kofuku-chan. Hanya sedikit pusing." Sahutku dengan suara yang sangat pelan. Kutatap wajah khawatirnya sekali lagi. Bagaimana mungkin aku bisa merebut kekasih sahabatku sendiri? Kofuku sudah terlalu baik kepadaku. Aku tidak mau menyakiti hatinya.

"Yato-chan, bagaimana kalau kita antar Hiyorin pulang?" tanya Kofuku kepada Yato sembari memegengi bahuku.

"Aku tidak keberatan. Tetapi bagaimana denganmu?" Yato kembali bertanya kepada Kofuku mengingat jadwal latihan cheerleaders di SMA kami. Kofuku sendiri merupakan ketua klub cheerleaders sedangkan Yato-senpai ketua klub basket. Sementara aku? Aku hanyalah teman mereka berdua. Aku tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Kofuku. Harapanku terlalu tinggi untuk bisa bersanding dengan Yato-senpai.

"Oh iya, kalau begitu kau saja yang mengantar Hiyorin pulang." ucap Kofuku pada akhirnya. Sementara diriku hanya menyimak percakapan singkat mereka. Jantungku tiba-tiba berdegup kencang. Aku tidak siap jika hanya diantar oleh Yato senpai. Keringat dingin mulai mengalir di pelipisku.Aku berusaha menetralkan degup jantung ini, namun sia-sia saja. 'Ah sudahlah' putusku dalam hati.

Akupun berjalan menuju parkiran. Motor yang biasa digunakan untuk membonceng Kofuku akhirnya bisa kunaiki. Masih dengan senyumnya, dia menyuruhku duduk dan memberikan helm. Aku menurutinya. Jantungku, bisakah kau diam barang sejenak? Aku tidak mau senpai tahu bahwa kau berdebar terlalu kencang saat ini.

Debaran jantungku semakin menggila saat tangan kekar itu menggenggam dan sedikit meremas tanganku. Apakah ini mimpi? Jika iya, aku harap tidak akan terbangun lagi. Tangannya mengarahkan tanganku ke pinggangnya.

"Pegangan yang kuat Hiyori, kita akan melaju kencang." ucapnya sebagai isyarat untuk memeluknya erat.

Dengan malu-malu kupegang pinggangnya. Ketika motor itu mulai melaju kencang, tanpa sadar aku langsung memeluknya erat. Kusembunyikan wajahku dibalik punggungnya sedangkan rambut panjangku yang terurai begitu saja dimainkan oleh angin.

Hatiku semakin bingung. Haruskah kuungkapkan rasa ini? Ataukah ku pendam seperti biasa. Aku mulai tidak sanggup lagi. Peganganku di jersey yang dipakainya semakin erat. Tiba-tiba tanganku digenggam olehnya. Sepertinya senpai menyadari peganganku. Ia menggengam tanganku tak lama. Aku sedikit kecewa.

Bolehkah aku berharap lebih?

Tidak terasa kendaraannya berhenti disebuah rumah. Sudah sampai rupanya. Akupun turun dari motornya dan hendak berterima kasih. Namun tiba-tiba...

"Aku ingin mengatakan sesuatu.." Aku menatapnya bingung.

"S-Senpai ingin mengatakan apa padaku?" ucapku sedikit terbata.

"Hiyori, kuharap kau tidak marah. Sebenarnya aku ingin mengatakan ini kepadamu sejak lama." Tak sengaja kulihat semburat merah dipipinya. Aku penasaran dengan sikapnya yang bisa dibilang aneh ini. Kuperhatikan manik ocean itu bergerak liar.

"Aku akan mendengarkanmu senpai." Ujarku semakin penasaran.

"A-Aku menyukaimu Hiyori." Kata-kata yang keluar dari bibir tegasnya membuatku terkejut bukan main. Apa maksudnya ini? Apa maksudmu menyukaiku senpai? Bagaimana dengan Kofuku-chan?

Pertanyaan demi pertanyaan muncul dibenakku. Aku senang. Justru sangat senang. Namun disisi lain aku cemas. Bagaimana jika Kofuku-chan tahu bahwa kau menyukaiku? Aku tidak bisa membayangkan betapa sakit hatinya.

"Hiyori... katakan sesuatu. Jangan diam seperti ini." Senpai menyadarkan lamunanku. Jujur saja aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Sudah kuputuskan kalau aku akan berkata jujur padanya.

"S-senpai, sebenarnya aku juga menyukaimu. Bahkan mencintaimu." Aku terdiam. Kuperhatikan wajahnya sejenak. Terukir senyum indah diwajahnya yang belum pernah kulihat selama ini. Aku sempat terpana oleh senyumannya.

"Tetapi..." aku menggantung kalimatku untuk mengetahui reaksinya. Senyumnya sedikit memudar.

"Tetapi bagaimana dengan Kofuku-chan? Aku tidak bisa mengkhianatinya dan menjalin hubungan denganmu dibelakangnya."

Kuperhatikan wajahmu yang sedikit terluka. Apa kau kecewa senpai? Maafkan aku. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Aku memang mencintaimu, tetapi jika rasa bahagia yang kurasakan saat ini membuat kehidupan orang lain terusik, lebih baik aku saja yang mengalah. Aku rela. Aku rela jika itu untuk Kofuku.

"Maafkan aku senpai." setelah mengucapkan kalimat itu, akupun berlari memasuki pekarangan rumah. Tetesan bening mulai mengalir di pipiku. Dengan kasar kuseka air mata ini. Apakah aku benar-benar rela? Entahlah. Kuharap aku benar-benar rela.

Kutinggalkan dia dengan perasaan yang campur aduk. Sungguh aku tidak tahan lagi. Dadaku berdenyut sakit. Kuhempaskan tubuhku diatas kasur ketika kakiku sudah mencapai ruang pribadiku. Kamarku.

Tubuhku bergetar hebat. Bibirku tak henti-hentinya terisak. Wajahku kubenamkan dibantal. Kulepaskan semua yang kupendam saat ini.

Tak lama kemudian, kudengar suara deru motor perlahan menjauh. Sepertinya Yato-senpai telah meninggalkan pekarangan rumahku. Tapi kenapa rasanya semakin sakit? Ucapan Yato-senpai masih terngiang-ngiang di pikiranku. Dan seketika bayangan wajah Kofuku yang terlihat terluka terlintas dan menatapku dangan pandangan benci.

Ya Tuhan.. apa yang harus kulakukan?

Tanpa sadar akupun tertidur dengan jejak air mata yang masih setia menemaniku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 26, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Antara Kau, Dia, dan AkuWhere stories live. Discover now