Part 21: Miracle?

5.5K 520 30
                                    

Saat malam tiba, dan mentari menghilang. Sesungguhnya,ia tidak sepenuhnya hilang. Ia menitipkan cahaya bulan untuk bumi. Aku juga begitu, aku akan menitipkan rasa cintaku,melalui dia. Untuk selalu membahagiakanmu.

'Deg!' Rasa sesak menghigapi hatinya. Tak pernah ia merasakan rasa sesakit ini. Ia tak percaya, kata-kata itu mudah saja keluar dari bibir lelaki yang begitu ia cintai, begitu ia rindui. Pikirannya kalut, ditambah lagi lelaki itu hanya memandangnya tanpa berkata.

'Pandangan apa itu? Apakah ia kasihan padaku?apakah aku begitu menyedihkan saat ini?' Ji eun bertanya-tanya sendiri.

"Se....selamat....." Hanya itu yang keluar dibibirnya,meskipun ia harus menyampaikannya dengan menitikkan air mata. Tubuhnya memerintahkan ia untuk pergi, sebelum tangisnya pecah.

Ji eun berlari, sepatu heels tidak menghambat nya,meskipun ia sedikit terjatuh ia terus menuju pintu keluar gedung.

'Apakah hanya aku oppa?? Jadi hanya aku yang mencintaimu? Kenapa kau tidak berkata? Kenapa kau tak memanggilku' ia terus menangis. Semua mata yang tertuju padanya tidak ia pedulikan lagi.
- Ji eun POV end-

---

'Wanita itu..... Wanita yang mengisi hatiku. Aku begitu merindukannya hingga aku tak dapat berkata. Kenapa ada tangis diwajahmu?apa aku melukaimu?' Pikirin itu terlintas di pikirannya.

"Se selamat....." Kata wanita yang ia cintai itu dengan terbata.

Chanyeol tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia begitu merindukan wanita itu,ia ingin sekali memeluk wanita itu. Tetapi,ia tidak bisa.

Ji eun berlari menjauhinya, tetapi ia tidak bisa mengejar. Ia tidak tahu, hanya saja tubuhnya menolak apa yang diinginkan hatinya. Beberapa tamu, tampak memandangi Ji eun dengan tatapan aneh.

'Kenapa kalian memandang wanitaku dengan tatapan itu? Apa yang kalian liat?!' Chanyeol ingin sekali berteriak,ia ingin menggapai jemari Ji eun.

"Tunggu!" Kata Chanyeol. Ia berlari mengejar Ji eun tapi terlambat. Ji eun terlalu jauh, sulit ia gapai. Tiba-tiba ia melihat sebuah paperbag terjatuh didekatnya. Itu seperti paperbag yang di pegang Ji eun tadi. Sweater couple Rilakkuma, sarung tangan, mug couple memenuhi paperbag itu. Tapi, ada satu hal yang paling menarik perhatiaanya,surat.

'Oppa!!!! Mianhae... Aku tak bisa memaafkan diriku sendiri. Aku berhak kau marahi. Aku memang bodoh oppa. Tetapi, aku tidak bisa membohongi perasaanku. Maaf kan aku membuatmu menunggu, membuatmu sedih,membuatmu bingung, tetapi aku juga meminta maaf bahwa aku masih mencintaimu meskipun sekarang kau dengan yang lain. Aku tahu ini salah, tapi hatiku tetap terisi oleh mu. Bahkan tangis semalam ku tak dapat menghapusnya. Ku harap kau bahagia,meskipun tidak denganku. Tapi, bolehkah ku selipkan rasa ku diantara bahagiamu itu?. Berbahagialah, aku akan memerhatikanmu dari jauh, saranghae oppa^^'

Chanyeol tidak mengerti. Meskipun Ji eun berusaha menulis surat itu dengan ceria. Wajah tangisnya tadi tampak jelas menggambarkan hatinya.

"Pabo ya! Kenapa kau lakukan ini jika kau menangis didepan ku Ji eun-ah" Chanyeol menjerit, air matanya jatuh. Ia yang bodoh, mengapa ia tidak menunggu saja, kenapa ia menyerah pada perasaanya,kenapa dulu, ia tidak bisa percaya pada Ji eun. Ia merasa lemas disekujur tubuh. Ia lelah, bukan tubuhnya tapi hatinya.

You always can be my lover (chanyeol ff)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang