Pagi ini sama seperti pagi-pagi sebelumnya, tidak ada yang istimewa bagi seorang Zidan Valdi Nagendra. Pergi ke sekolah lalu kembali ke rumah. Kehidupan yang terlalu monoton bagi anak seusianya.
Tidak seperti anak SMA lainnya yang lebih suka pergi hang out dengan temannya saat pulang sekolah. Valdi lebih memilih menghabiskan waktunya bersama keluarganya di rumah. Atau sekedar untuk pulang ke rumahnya.
Walaupun terlalu naif bagi seorang anak SMA yang lebih suka pergi dengan teman sebayanya. Ketimbang untuk berdiam diri di rumah tanpa tau apa yang akan dilakukannya. Tapi apa peduli orang lain. Ini adalah kehidupannya. Dan ia yang menjalaninya.
Sesekali Valdi membalas sapaan beberapa anak yang mengenalnya ketika melewati lorong XII ataupun kelas XI. Hingga kakinya melangkah memasuki salah satu kelas IPA di lorong kelas XI. Dan langsung menuju ke bangku paling belakang di pojok kanan kelasnya. Dan setelahnya Valdi lebih memilih menelungkupkan kepalanya di atas lipatan kedua tangannya di atas meja.
Tidak jauh berbeda dengan sekolah lainnya. Setiap kelas hanya ada 25 siswa per kelasnya. Dan masing-masing siswa memiliki meja sendiri-sendiri.
"Bob, ke ruang guru sono!" terlalu sering mendapat teguran dari beberapa guru tentang kelasnya yang sering kosong karna tidak mau memanggil guru membuat Lando jengah. Pasalnya jabatan ketos yang disandangnya membuat dirinya di kenal hampir seluruh penghuni di sekolah.
Bobby yang sedang asik dengan ponselnya menoleh dan melemparkan tatapan bingung pada Lando,"Ngapain?"
Lando memutar kedua matanya, "Ya, panggil gurulah, males gue kalo dapet omelan lagi," keluhnya.
Lantas Bobby langsung menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya. Dan pergi meninggalkan kelas untuk memeanggil guru yang dimaksud.
Tak lama kemudian Bobby datang bersama Bu Harni, guru yang dimaksud.
"Pagi anak-anak," sapanya ketika memasuki kelas tersebut.
Valdi langsung mengangkat kepalanya saat mendengar suara gurunya itu mengisi kelas yang tiba-tiba hening karna kedatangan gurunya itu. Dan mulai menfokuskan otaknya pada pelajaran tersebut.
"Val, Lan, pada ke kantin kagak?" Ajak seorang cowok yang tiba-tiba saja masuk ke kelas Valdi.
"Yoi, laper gue. Ayo, Val?" Lando langsung berdiri dari bangkunya dan berjalan ke arah pintu kelasnya. Sedangkan Valdi masih enggan untuk berdiri bahkan mengalihkan perhatiannya dari ponselnya saja tidak.
"Val, ayo!" Valdi langsung menyimpan ponselnya dan langsung menghampiri keduanya.
Lalu mereka bertiga menuju kantin yang mungkin, bukan mungkin tapi pasti sudah ramai dengan penghuni sekolah ini. Valdi, Lando, dan Hafeez mereka bertiga cukup terkenal diseantero sekolahnya. Jangan kalian kira mereka bertiga adalah Bad Boy, kalian salah besar. Karna,Valdi terkenal karna kecerdasannya. Sedangkan Lando sekarang sedang menjabat sebagai ketos di SMA Taruna. Dan Hafeez sang ketua Rohis di SMA yang sama.
Setibanya mereka di kantin, Hafeez langsung memisahkan diri untuk memesan makanan untuknya dan kedua temannya itu. Lando yang sempat melihat ke seluruh penjuru kantin akhirnya mengajak Valdi menuju meja paling pojok kantin yang sudah diduduki seseorang.
Lando langsung menepuk pundak Andro yang sedang asik dengan ponselnya itu, "Ninggal ya lo!"
"Anjir, gue kaget dodol," ucapnya sambil menoleh ke arah dua orang yang baru saja datang itu. "Salah siapa lo lama, dasar titisan putri solo!"
"Yee, emang emak gue jual dodol. Sirik kan lo,"
"Ngapain juga sirik, gak guna!"
"Kalo sirik bilang aj-" belum sampai di ujung kalimatnya, Hafeez dan Nadi tiba-tiba datang dengan membawakan pesanan makanan mereka tanpa disadari oleh ketiganya. Dan cek-cok anatar keduanya pun berhenti begitu saja.
"Nih, makanan lo pada," kata Nadi menaruh namapn tersebut di tengah-tengah meja. Dan duduk di samping Valdi. Sedangkan Hafeez duduk di ujung meja sebelah kanan Valdi.
"Bulan depan rencananya bakalan diadain kemah. Pada ikutan gak nih?" enaknya punya sahabat anak OSIS ya gini, apalagi ketos, batin Nadi.
"Gue nanya sama nyokab gue dulu,"
"Kalo Nadi ikut pasti ujung-ujungnya gue juga ikutan," kata Valdi sambil melirik ke arah Nadi.
"Lo kan pawangnya Nadi, ya pastilah lo wajib ikut,"
"Lo kata gue setan jadi-jadian apa!" sungutnya tidak terima. Dan melemparkan gumpalan tisu ke arah Andro.
"Yee, itukan faktanya. Bener gak Lan?"
"Yoi. Ati-ati, entar lo kesurupan kalo deket-deket dia,"
"Apa perlu gue panggilin dukun? Biar bisa ngusir tuh setan?"
"Ngapain, orang di sebelahnya aja udah ada pawangnya,"
Hafeez hanya tersenyum melihat dua temannya yang sedang membuat Nadi naik darah. Bukannya dia tidak mau ikut, tapi moodnya sekarang sedang buruk. Jadi, Hafeez lebih memilih untuk diam melihat ketiga temannya itu.
"Tumben lo gak ikutan, Haf?" tanya Valdi
"Lagi gak mood gue,"
"Bukannya tadi lo biasa-biasa aja, ya?"
Lain halnya dengan kedua temannya itu, Valdi lebih tertarik dengan topik Hafeez yang sedang tidak mood. Pasalnya tadi saat ke kelasnya Hafeez biasa-biasa aja, tapi sekarang malah kebalikannya.
"Habis liat doi sama kakak kelas yang dulunya pernah jadi ketos sebelum Lando, lo kenal kan kayaknya, Val?"
"Oh, Kak Donny, kok lo bisa tau, Nad?" tanya Valdi balik.
"Tadi waktu pesen makan gak sengaja ketemu. Nyapa pula hai, Feez, gitu sih gue dengernya. Bener gak?" tanyanya pada Hafeez.
"Hmm"
"Udah, cewek tuh masih banyak. Gak cuman Hana aja, masih ada yang lain." kata Valdi sambil menepuk bahu temannya itu.
"Anjir gue telat rapat, gue duluan ya" Lando langsung lari meninggalkan keempat temannya itu.
"Tadi di kacangin, sekarang ditinggal. Aku mah apa atuh!" kata Andro sok drama.
"Salah siapa. Kena apes kan lo, makanya jangan bikin kesel orang. Tau rasa lo!" Nadi langsung tertawa puas mellihat temannya yang satu itu.
Padahal temannya itu adalah ketua basket yang katanya cool, tapi nyatanya, tau sendirilah. Lebih tepat Andro itu ikutan ekskul drama ketimbang basket. Dan bagaimana bisa pelatih basket di SMAnya memilih Andro jadi ketua tim inti, gak ada cocok-cocoknya.
"Cewek masih banyak. Gak usah capek-capek mikirin orang lain yang belum tentu orang itu mikirin kita juga." Kata Valdi.
"Balik yuk, bentar lagi bel nih," ajak Nadi pada ketiga temannya.
A/N
Makasih ya, udah mau baca cerita abal-abal ini. Votenya ditunggu,
Ndog,
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a little love
Teen FictionKisah klise anak SMA, yang bisa terjadi dengan siapa aja.