Chapter 2

265 8 3
                                    

Typo everywhere.

...

Deni POV

Aku berjalan dilorong rumah sakit yang lumayan ramai bagiku. Aku terlalu fokus dengan fikiranku yang melayang pada kejadian 5tahun silam.

Flashback

Aku dengan kehidupan yang mulai kacau, dengan keluarga yang berantakan.

"GUA CAPEK DEN!! GUA UDAH GAK BISA KAYAK GINI!!" teriak dimas.

Buuughhh...
Pukulan itu melesat tepat di dinding. Darah segar mengalir disela-sela jari kakak ku. Tatapan kesedihan itu membuatku semakin terpukul. Aku mendekat mencoba menenangkannya.

"Dim mau sampe kapan lo kayak gini, lo harus bisa ngerelain mama sama papa. Kalo lo kayak gini nabila juga ikutan sedih dim" kataku sambil memegang kedua lengannya.

Tatapan sendu penuh dengan tekanan dan kesedihan. Bagaimana tidak diumurnya yang terbilang muda 17th harus menghidupi kedua adiknya yang Masih berumur 15th dan 10th. Dia begitu terpukul sepeninggalan mama dan papa.

"LO GATAU RASANYA JADI GUA DEN!! GUA HARUS NGIDUPIN LO JUGA NABILA!! GUA GABISA" sebuah pukulan melesat dipipinya. Iya aku menonjok wajah dimas dan ujung bibirnya berdarah.

Aku tak bisa mendengar lanjutan ucapannya yang membuatku semakin geram.

"Gua gak minta lo buat ngehidupin gua, kita hidupin nabila bareng2 njing!!" Jawabku kesal dan meninggalnya sendirian dikamarnya.

Besok harinya dimas sudah tak ada dikamarnya. Ada sebuah surat diatas meja kecil disamping kasurnya. Akupun membuka sepucuk surat itu.

Gua tau lo yang baca surat gua Den, karena cuma lo yang berani masuk kamar gua. Gua titip Nabila sama lo ya. Maaf gua Kaga bisa jadi abang yang baik buat kalian berdua. Suatu saat gua bakal ngubungin kalian ber2.

From: Dimas.

Flashback end.

Akupun menghampiri Nabila yang sedang duduk dan sibuk dengan iphonenya.

"Heei gadis kecil, yuk pulang" ajakku sambil mencubit pipinya.

"Duh apasih bang aku bukan anak2 lagi, tapi martabak dulu yayaya?" Rengeknya manja.

"Iyaiyaa bawel banget dah" Akupun dan nabila menuju parkiran. Dimobil nabila sibuk menanyai bagaimana Kata dokter yang membuatku bingung ingin menjawab apa.

"Ya Kata dokter kamu harus rutin aja dateng, cuma kecapean aja kok jangan bawel lagi dah" jawabku mencoba membuatnya agar tidak bawel lagi.

-

Sore ini Nabila tengah asik menonton siaran tv yang bertemakan gosip. Dia begitu malas untuk menonton tapi apa daya dia tengah menunggu abangnya pulang praktek. Karena dia tidak ingin ketiduran.

"Artis muda ini membintangi film london yang terjual 341 kopi"

"Artis muda ini juga penyebab suksesnya film yang dia mainkan"

Nabila pun memperhatikan wajah yang ada Didalam tv itu, rasanya begitu familiar baginya. Seperti mirip seseorang tapi dia tak begitu ingat.

"Dimas Tri Moela, memulai karirnya menjadi seorang model dan sukses menjadi bintang film"

Nabila sontak terkejut dengan apa yang dilihatnya

"Itu kan bang dimas"

-
-

Dimeja makan tampak nabila dengan lahapnya menyantap makanan kesukaannya. Martabak.

"Bang bila mau nanya" tanya nabila, sambil melahap martabaknya lagi.

"Mau tanya apa bil? Tanya aja" jawab deni

"Bang dimas kabarnya gimana bang?"

"A-apa? Dimas? Dia baik-baik aja kok kenapa emang?" Tanya deni penuh selidik.

"Gak ada bila kangen sama abang, bang dimas kangen gak ya sama bila hehe" nabila pun tertawa, tawa yang penuh paksaan.

Duh buntu nih otak aing-_-
495 kata aja cukup kan? Wkwkwk
Vote dong biar semangat, atau ada yang mau ngasi saran gimana gitu? Wkwk

Aing butuh semangat hidup dan juga teman hidup(?) Bhak.

Rindu Yang Tak TerungkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang