Aku melangkahkan kakiku keluar rumah dengan langkah ringan, dan sekali lagi mengecek penampilaku dari pantulan kaca jendela sebelum meninggalkan rumahku yang nyaman ini, terlihat diriku yang menggunakan dress biru sederhana serta rambut panjang yang ku ikat kucir kuda.
Aku menatap diriku lekat-lekat dari ujung kaki hingga kepala memperhatikan setiap detailnya "tunggu..." tatapanku berhenti pada rambut panjangku.
"ia pasti akan mengomel jika melihatku mengikat rambut seperti ini" aku menggumam pada diri sendiri, namja itu sangat tak suka jika melihatku mengikat rambut dengan alasan aku kelihatan gendut dan akhirnya aku memilih untuk melepaskan ikatan itu lalu mengurai rambut hitamku dibandingkan harus berdebat dengannya nanti.
"perfect" ucapku begitu melihat pantulanku dan berputar sekali lagi untuk melihat seluruh penampilanku.
Ya aku sengaja berdandan seperti ini untuk menyenangkan namja chinguku yang bawel itu dan aku ingin tampil sempurna dihadapan Luhan karna rasanya sudah sangat lama kami tidak bertemu hingga aku amat sangat merindukan sosoknya, hatiku terasa sudah tak mampu lagi menanggung rinduku padanya, Namja tampan yang aku cintai. Entah mengapa setiap mengingat Luhan bibirku akan menyunggingkan sebuah senyuman tanpa aku sadari.
Kulirik jam tangan yang berwarna senada dengan sepatuku, 10.30 AM. Ini masih begitu pagi untuk bertemu dengannya, tapi siapa yang peduli dengan waktu jika rasanya aku sudah sangat ingin tenggelam dalam tatapan mata indah yang ia miliki. Aku berjalan meninggalkan rumahku yang perlahan-lahan terlihat semakin kecil dari kejauhan, namun baru bekitar 20 meter aku berjalan langkahku terhenti di sebuah taman kecil dekat rumah, taman itu masih berada satu blog dengan rumahku taman yang begitu teduh karna pohon-pohon yang melindunginya dari sinar matahari. Aku merasa taman itu seperti melambai-lambaikan tangan untuk memaksaku memasukinya.
"ia pasti tak akan marah jika aku sedikit terlambat bukan?" ucapku sedikit berfikir sejenak sebelum berjanan menuju dua buah ayunan yang ada di salah satu sudut taman, ayunan untuk anak-anak itu merupakan tempat bersejarah untuku. Di sanalah tempat dimana Luhan untuk pertama kalinya mengajaku berkencan.
Aku menduduki ayunan yang sama dengan 3 tahun yang lalu tersebut, tak ada yang berubah selain warna ayunan yang di cat menjadi hijau, dan perlahan rasa nyaman menyeruak di hatiku. Dapat kubayangkan Luhan dengan seragam SMA-nya duduk di ayunan sebelah. Senyumku mengembang ketika mengingat wajahnya yang sudah memerah seperti tomat, benar-benar lucu.
"mau.. maukah kau berkencan denganku?" ucap namja itu lirih, begitu lirih hampir seperti gumaman.
"apa? Kau bilang apa? Aku tak dapat mendengarnya" ucapku kala itu, sungguh gadis remaja bodoh yang tak mendengar apa yang di ucapkan namja yang bersusah payah mengumpulkan keberanian untuk mengajaknya berkencan.
"maukah kau berkencan denganku?" ucap Luhan sekali lagi dengan suara lantang tak ada keraguan dalam kata-katanya hingga aku dapat mendengar dengan jelas, bukan Cuma aku tapi semua orang yang ada di taman itu juga mendengarnya aku dapat merasakan beberapa pasang mata yang menatapku, namun aku tak memeperdulikan itu semua karna perhatianku tercurah pada rasa hangat yang menjalar di dadaku tepatnya di hatiku, dan merasa malu dengan wajahku yang sudah mulai memanas akhirnya aku memilih pergi meninggalkannya begitu saja setelah menganggukkan kepalaku sebagai tanda aku menerima ajakannya, aku sungguh berharap ia melihat anggukanku yang hanya beberapa detik itu.
Aku pergi untuk membeli es krim dengan harapan es itu dapat mendinginkan pikiranku yang sedang melayang-layang senang karna akhirnya namja yang kulirik sejak dulu mengajakku untuk pergi berkencan. Aku membeli dua buah es krim rasa coklat yang sangat kusuka, satu untukku dan tentu saja yang satu lagi untuk Luhan, dan selama mengulur waktu tersebut aku terus berusaha mengendalikan detak jantungku agar kembali normal dengan berulang kali menarik dan menghembuskan nafas, saat itu aku sungguh merasa seperti ibu-ibu yang akan melahirkan.