BAB 1

67 3 2
                                    

Entah bagaimana memulainya, ingin ku sebut cinta tapi aku tak cinta. Ingin memiliki tapi kau terlalu jauh untuk di gapai. Obsesikah? Kupikir iya, mungkin, tapi sepertinya ini memang iya. Obsesiku untuk mengenalmu lebih dekat, obsesiku untuk menggapaimu dalam pelukku, obsesiku untuk memilikimu hanya untukku.

Jangan tanya apa yang sudah aku lakukan untuk merealisasikan obsesiku itu. Jangan tanya apa usahaku untuk mendapatkan hatinya yang tak bisa di tebak seperti arah angin, tak bisa terbaca seperti rintik hujan, bahkan goyah karna terjangan badai.

Aku yang sejak awal diam, bukan berarti tak melakukan apapun. Aku dengan segala diam ku, menyebut namanya disetiap alunan doa. Aku dengan segala diam ku, memohon kepada-NYA untuk mengizinkan dia masuk kedalam mimpiku. Aku dengan segala diam ku, mencari tau kehidupannya setelah dia menghilang 7 tahun yang lalu dari jarak pandangku.

Kalian mungkin merasa aku seperti stalker yang tak punya kerjaan menghabiskan waktu untuk mengecek sosial media orang lain untuk mendapatkan kabar darinya. Tapi itulah yang aku lakukan. Menjadi stalker sejati pria itu untuk melihat apa yang dia lakukan dan bagaimana kabarnya selama ini lewat coretan- coretan status media sosialnya. Hingga apa yang aku lakukan menuai hasil.

Alhamdulilah dia menyapaku, ya meski sekedar lewat inbox facebook. Dia mengingatku, menyapaku, bertukar kabar dan ingatannya tentang aku sebagai temannya saat smp. Seorang gadis yang pendiam yang duduk di belakang bangkunya.

Hingga rasa itu muncul, perasaan ingin memiliki yang amat besar mengusik jiwaku. Perasaan yang sejak awal ku sangkal, ku bisikkan dalam kalbu " ini hanya obsesi, menjadi ini cinta" ya cinta, 1 huruf dengan 5 kata yang memiliki maknanya sendiri bagi setiap insan didunia ini.

Aku dengan segala kebodohanku keluar dari zona nyamanku, memberanikan diri menyapa pria itu. Tapi coba tebak apa yang kudapatkan? Aku memang sempat bertukar sapa dengannya, aku berbincang lewat dunia maya. Aku bangga sekaligus bahagia karena usahaku tak sia-sia untuk keluar dari zona nyamanku sebagai stalker sejatinya. Aku bangga karena dibalik seribu perempuan yang menggodanya lewat wall facebook, yang dengan murah nya memberikan pin bb dan nomor telepon di dinding facebooknya, pria itu justru memilih membalas pesanku dengan sopan.

Tapi hal itu tak berlangsung lama, karena seminggu setelah itu, tiba-tiba saja dia mengatakan hal yang tak pernah kubayangkan.Dia justru menganggapku perempuan yang hanya mau mendekatinya karena pangkat dan status yang melekat dipundak pria itu.

Malu? Tentu saja aku malu. Hey, aku masih seorang perempuan biasa yang akan marah, sedih, dan kecewa ketika apa yang kau inginkan tak sesuai dengan keinginanmu. Aku mungkin sedih, aku mungkin marah,bahkan kecewa. Aku merasa terhina dengan pandangannya terhadapku.

Aku yang mengenalnya sejak dia bukan siapa-siapa. Aku yang mengenalnya bahkan tanpa tau cita-cita mulianya ingin menjadi bagian dari penjaga negeri ini harus menerima buah pemikirannya yang sungguh tak bisa kupercaya.

Orang Dari Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang