II [ Everything has changed]

14 1 1
                                    


Mobil matic putih Tara memasuki perantara halaman rumahnya,lebih tepatnya rumah mamanya,pasalnya cewek itu belum cukup memiliki banyak uang sekedar memiliki rumah,ini dikota besar yang harganya bisa berkali-kali lipat,berbanding lurus dengan biaya hidup,ditambah dengan mamanya yang juga tak mengijinkan anak perempuan semata wayang beliau untuk sekedar menempati apartement,yang walaupun jarak tempuh dari apartement menuju kantor tempat Tara bekerja terbilang dekat,daripada harus pulang-pergi seorang diri menuju kediaman mamanya,tempatnya menghabiskan masa kecil hingga sebesar saat ini. Tak apa,demi mamanya,lagipula mamanya hanya tinggal berdua dengan mbok Yem,asisten dirumahnya yang telah mengasuhnya saat mamanya dahulu berangkat kerja,ibu kedua bagi Tara,kecuali cewek itu telah menikah dan diboyong suaminya ke rumah mereka,barangkali dengan amat terpaksa Tara meninggalkan mama serta mbok Yem,glek ! menikah ? Cewek itu menepuk pelan pipinya,berusaha melupakan kejadian beberapa jam lalu,memfokuskan pikirannya kembali kealam nyata.

Ini rumahnya,tampak dari luar memang terlihat sederhana,jauh dari rumah dikanan-kiri-depan mereka,luasnya pun tak seberapa,tapi untuk ini Tara mat sangat bersyukur masih diberikan tempat untuk berteduh,sedangkan orang diluaran sana,bersusah payah,kenapa dirinya enggan untuk mensyukuri nikmat yang ada saat ini ? suasana khas rumahan langsung menyambutnya tatkala kedua kakinya melangkah masuk,ditambah aroma wangi dari arah dapur,mama pasti buat kue lagi,

''Ma ?'' panggil Tara,langsung menuju dapur,tempat mama dan mbok Yem menghabiskan waktu lebih banyak disana,ntah itu membuat kue atau sekedar mencoba resep masakan baru yang diliat di televisi. Sejak Tara mulai menekuni bisnisnya,sejak saat itupula,cewek itu melarang mamanya bekerja lagi,selain karena faktor usia—walaupun masih muda,anak mana yang mau mengambil resiko orang terdekatnya jatuh sakit ?—lagipula penghasilan perbulan bahkan kapan saja jika butiknya kebanjiran pesanan,lebih dari cukup untuk menghidupi mereka bertiga,orang-orang rumahnya,tak ada alasan untuk mamanya tetap bekerja,mana Tara miris melihat perjuangan mamanya yang banting tulang menghidupinya dikota besar ini,minimal sekedar meringankan beban mamanya,membuat mamanya menikmati hari tua saja sudah membuat sosok anak itu merasa bahagia,dan untung saja mamanya tak protes setelah Tara mengungkapkan jika dirinya jauh lebih cukup jika dirinya seorang saja yang bekerja,tak perlu mamanya lagi,tongkat estafet harus segera berganti.

''Kapan pulang,Ta ?'' sambut mamanya,menghampiri serta memberikan uluran tangan kanan beliau,

''Baru aja,ma,'' Tara menyambut tangan hangat mamanya,segala penat keletihan dikantornya seharian seolah lepas,hilang terbawa angin.

''Tumben pulang jam segini,nak ?'' mbok Yem ikutan bersuara,Tara tersenyum hangat, menyadari kalau ini masih jam dua belas,terlampau 3 jam dari waktunya hengkang dari kantornya menuju rumahnya.

''Iya nih mbok,tadi rencananya mau lembur,tapi yaudah kerjaannya dibawa kerumah,hehe. Nggak apa kan ma ?'' Tara menatap mamanya meminta persetujuan,soalnya Tara tau,peraturan mamanya semenjak beliau mengiyakan usulan tentang berhenti bekerja adalah,''Jadwal pulang tidak boleh lebih dari jam 3 sore,ditambah tidak ada lembur-lemburan dirumah !'', soalnya mamanya tau,Tara kalau sudah menyangkut hal yang disukai cewek itu sering lupa waktu.

''Boleh ya ma ? tadi nggak konsen disana,dirumah kan lebih nyaman,'' sambut Tara,memberi alasan selogis mungkin,pasalnya mamanya hanya menatapnya tajam,kebiasaan jika pulang cepat alasannya pasti bawa pulang kerjaan,bukannya mamanya tak boleh,hanya ingin anaknya lebih banyak bersenang-senang,dengannya atau menghabiskan waktu luangnya dengan teman-teman sebaya lainnya.

Apalagi pas si Arya dateng,boro-boro konsentrasi ngerjain design,lanjut Tara,tentu saja dalam hatinya sendiri. Untung ada Gina,bisa ngehandle gue,

''Oke,tapi kalo mama panggil,keluar kamar ya !'' Tara mengangguk mantap,mengiyakan syarat mamanya.

''Aye ye,captain !'' memeluk beliau yang amat sangat disayanginya melebihi apapun,sosok yang selalu berjuang mati-matian deminya,walau tak pernah berkata tapi Tara yakin usaha yang paling baik selalu dipersembahkan untuknya. Walau seringkali meninggalkannya sewaktu kecil,tapi weekend mamanya pasti ada meluangkan waktu untuk mereka berdua.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 02, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TiramisuWhere stories live. Discover now