DIA

244 5 0
                                    

Pelajaran hari ini terasa membosankan. Semuanya terasa sama saja.

"Huh. Apakah tak ada hal lain yang bisa aku lakukan?" Dona.

Aku sedang berjalan dengan wajah muram. Aku melihat kebawah merenungi nasibku. Hingga tiba2 kejadian ini mengubah seluruh hariku.

Aku bertabrakan dengan 'dia'.

"Aw. Maafkan aku. Apakah kau terluka?" Kata dia.

"Ah. Aku tak apa2. Maaf karena aku sedang tak melihat kedepan." Jawabku.

Aku menatap wajahnya. Tak kusangka aku bisa bertemu dengannya.

"Dona? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya dia.

"Aku bersekolah didekat sini. Kau?"

"Aku pindah kesini. Sudah lama sekali kita tak berjumpa." Jawab dia.

"Iya. Sudah lama sekali, Raku."

Lama aku tak melihat senyumnya.
Aku sangat merindukannya.

Tak kusangka aku masih bisa melihatnya. Melihat senyumnya. Andaikan aku bisa terus melihat ia tersenyum.

"Bagaimana kalau kau kuantar menuju rumahmu?" Tanya Raku.

"Hm? Tidak perlu." Jawabku.

"Ayolah. Kita sudah lama tak berjalan bersama. Bagaimana?" Bujuknya.

"Baiklah."

Sebuah senyum terukir di bibirku saat melihat kearahnya.

Kami terus mengobrol. Sudah lama aku menantikan saat ini. Apakah ini kenyataan?

"Kita sudah sampai. Ini rumahku. Kapan2 mainlah kesini. Oke?"

"Baiklah. Sekarang aku pulang dulu ya." Jawab Raku.

"Oke. Makasih."

Kenapa perjalanan ini terasa sangat cepat. Tiba saatnya untuk perpisahan.

ΠΠΠ

Aku ingin bertemu dengannya lagi.

"Hai." Sapa seseorang.

"Raku?" Tanyaku saat melihat kearah suara itu berasal.

"Mari kita pergi ke taman. Ke tempat yang dulu kita pernah kunjungi. Bagaimana?" Tanya Raku.

...

"Raku. Kau masih mengingat tempat ini." Sahutku saat melihat tempat ini.

Aku hanya tersenyum. Aku bahagia.

"Tentu. Saat kita pernah membuat harapan untuk bisa hidup bersama selamanya. Tinggal dikota ini. Tapi, kau tak pernah pergi lagi ke taman ini." Kata Raku pelan.

"Iya. Aku hanya tak bisa menerima kehilangan dirimu."

"Sekarang kita sudah bersama. Mari kita menghabiskan waktu kita bersama."

Aku hanya tersenyum mendengarkan kata2nya. Tak kusangka aku sampai meneteskan air mata.

Aku ingin selalu bersamanya. Tapi, aku tahu bahwa aku egois jika berharap itu akan terjadi.

Raku melihat diriku. Dia tersenyum hangat. Dia memelukku. Aku menangis dalam pelukannya. Walau dia tak sehangat dulu. Tapi perasaan nyaman itu selalu ada.

Tapi, ini sudah cukup. Aku tak bisa lari dari kenyataan.

ΠΠΠ

Hari ini aku sedang berjalan menuju ke taman yang dulu pernah kami kunjungi.

Aku bisa melihat punggungnya yang begitu indah. Dia sedang bermain ayunan yang pernah kami mainkan bersama. Aku perlahan mendekatinya.

Aku hanya memperhatikannya.

"Raku."

"Hai. Dona tahukah kau bahwa aku selalu menunggumu disini? Selalu berharap akan hadirnya dirimu. Karena janji kita." Katanya sambil menerawang ke depan.
"Maafkan aku karena aku tak tahu."

"Tidak apa2. Sekarang kita bisa menghabiskan waktu bersama."

Dia tersenyum kearahku sambil menggenggam tanganku.

"Raku." Panggilku.

"Iya. Ada apa?"

"Karena ini hari sabtu, bisakah kita pergi ke suatu tempat?"

"Wah. Terdengar menyenangkan." Jawabnya semangat.

"Ayo."

ΠΠΠ

"Raku. Kita sudah sampai."

"Tapi kita sekarang berada di kuburan. Kenapa kita kemari?" Tanyanya heran.

"Aku tau." Kataku.

"Maafkan aku Raku. Tapi kamu sudah tidak bisa ada disini. Kamu sudah harus berada di dunia yang lain. Kita sudah tidak bisa bersama lagi. Maafkan aku. Karena aku yang selalu tak bisa menerima kenyataan bahwa kau telah tiada."

"Dan aku tahu janji itu tak akan bisa menjadi kenyataan. Aku minta maaf. Maaf karena kau selalu menungguku. Aku.. sangat mencintaimu Raku. Aku sudah bisa menerima kenyataan bahwa kau tak bisa ada disisiku lagi. Aku sudah menerima bahwa kau harus pergi ke tempat lain. Maafkan aku." Kataku panjang.

Setetes air mata mulai menetes dari ujung mataku.

Aku tak bisa membendungnya lagi.

Aku hanya bisa menangis sambil memandang ke arah nisan yang bertuliskan nama dari Raku.

"Tidak apa2 Dona. Baguslah kalau kau sudah bisa menerimanya. Sekarang aku bisa pergi dengan tenang."

"Maafkan aku tak bisa hidup bersamamu selamanya. Tapi, satu hal yang perlu kau tahu. Aku selalu ada di dalam hatimu jangan coba melupakan aku. Ingatlah aku. Ingatlah kenangan kita saat kita bersama. Aku sekarang sudah bisa pergi dengan tenang. Aku mencintaimu." Lanjutnya.

Dia tersenyum dan perlahan menghilang dari pandanganku. Aku akan menangis sekali lagi.

Menangisinya untuk terakhir kalinya.

ΠΠΠ

Aku dan Raku pergi ke kota ini dan bermain di taman tersebut.

Namun naas, kenyataan tak mengijinkan kami untuk bersatu.

Saat kami ingin pulang, dia ditabrak oleh truk yang rem nya tidak berfungsi.

Aku sangat mengingat kata2 terakhirnya. Dia tersenyum sambil berkata.

"Kita akan bersama. Aku akan selalu mencintaimu."

Ternyata dia selalu menungguku ditaman itu.

Aku tak pernah kesana. Aku takut teringat semuanya. Aku masih tak bisa menerima kenyataan.

Saat kami bertemu hari itu, aku tau itu hanya rohnya.

Saat ia memelukku aku tau bahwa itu tak nyata.

Tapi, aku tau dia memang berada disana. Maafkan aku Raku.

The End

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang