Chapter 6

751K 28.4K 687
                                    

Repost Chapter 6! Aku repost ga sampai tamat, jadi kalau mau baca sampai selesai bisa ikut po atau tunggu di gramedia.

***

Hari ini Diandra berangkat menaiki taksi, karena ia bangun siang dan Satya -kakak Diandra- sudah berangkat.

Diandra melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 07:01. Lagi sembilan menit pintu gerbangnya akan di tutup, sedangkan sekarang ia sedang terjebak macet dan masih jauh dari sekolah.

"Mas, ini ongkosnya. Saya turun di sini aja," Diandra memberikan dua lembar uang seratus ribu, lalu membuka pintu mobil.

"Kembaliannya neng!" teriak supir tersebut.

"Ambil aja!" Diandra menutup pintu taksi.

Diandra berjalan di trotoar. Rencananya ia akan naik ojek. Saat ia sampai di tempat para ojek berkumpul, ternyata di sana sama sekali tidak ada ojek. Dengan sangat terpaksa ia berjalan kaki.

Tiba-tiba terdengar Bunyi motor gede yang sedang berhenti di sampingnya. Refleks ia menengok. Diandra hampir terjungkal saat melihat Dave ada di sana dengan cengiran khasnya.

"Ngapain lo di sini?" tanya Diandra.

"Seharusnya gue yang nanya, ngapain lo di sini? Bukannya sebentar lagi gerbangnya ditutup?" tanya Dave.

"Macet, jadinya gue turun dari taksi," jawab Diandra.

"Sama gue aja yuk!" ajak Dave.

"Enggak!" jawab Diandra.

"Ya udah, gue ingetin aja, hukuman di sekolah kita itu beda lho dari sekolah yang lain," kata Dave, "gue pergi dulu ya,"

"Eh tunggu! Gue ikut," kata Diandra.

"Tapi ada syaratnya," kata Dave.

"Apa?" tanya Diandra.

"Peluk gue waktu naik motor," kata Dave mulai modus.

"Enak aja lo!" kata Diandra tak terima.

"Ya udah kalau enggak mau," Dave mengegas motornya.

"Iya deh, tapi gue pegang tas lo aja," Diandra naik ke motor dan memegang tas Dave. Motor pun melaju kencang.

"Sialan lo! Pelan-pelan, entar gue jatuh," kata Diandra sedikit berteriak.

"Jatuh aja sono! Siapa suruh enggak pegangan,"kata Dave.

Kayaknya Dave berkepribadian ganda deh! Kadang-kadang romantis, kadang-kadang nyebelin, batin Diandra.

Dave menambah laju kencang motornya, reflek Diandra memeluk Dave.

"Pelan-pelan nyet," Diandra berteriak.

"Lo mau telat?" tanya Dave.

"Ya enggak lah!" jawab Diandra.

"Ya udah."

Dave dengan lihainya memasuki jalan tikus. Bahkan saat di gang yang sempit ia masih ngeBut.

"Lo mau bikin gue mati?" tanya Diandra marah.

"Enggaklah sayang," jawab Dave.

Bener-bener ganda ni orang, batin Diandra

"Najong," kata Diandra datar.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di sekolah. Sayangnya mereka sudah telat dua menit.

"Coba kalo gue enggak sama lo, pasti gue enggak telat," kata Diandra.

"Yee ..., nyalahin gue. Bukannya karena gue lo enggak telat banget," bela Dave.

"Sama aja, kenapa gerbang ini sekolah di tutup. Setau gue biasanya orang yang telah disuruh masuk terus keliling lapangan," kata Diandra.

"Kan gue udah bilang di sini hukumannya beda, entar aja OSIS pada keluar," kata Dave.

"Oh ...,"

Tiba-tiba keluarlah beberapa anggota OSIS.

"Telat lagi Dave?" tanya Lesti sinis.

"Napa? Masalah Buat lo?" tanya Dave.

"Enggak!" jawab Lesti datar.

"Cie ..., yang telat," tiba-tiba Bisma dan Ryo datang.

"Kasian Diandra, pasti lo yang Buat dia telat!" tebak Ryo.

"Enggaklah," jawab Dave sedangkan Diandra hanya menunduk karena malu.

"Cuma dua orang yang telat?" tanya Alex.

"Hmm ...," jawab Lesti.

"Dave, Dave, lo itu OSIS, masih aja telat," kata Cindy.

"Siapa aja yang telat?" tiba-tiba Bu Vina selaku guru piket yang terkenal galak datang.

"Dave sama ...," jawab Lesti.

"Diandra," jawab Bisma.

"Kamu lagi, kamu lagi. Kamu itu OSIS tapi kok suka ngelanggar peraturan?" tanya Bu Vina sambil menggeleng kepala.

"Kasi hukuman apa Bu?" tanya Lesti.

"Kalian berdua bersihin lab," suruh Bu Vina.

"Yoi Bu," jawab Dave lalu menarik Diandra.

"Kok malah bersihin lab sih?" tanya Diandra.

"Tau tuh, denger-denger labnya angker lho," kata Bisma membuat Diandra merinding.

"Semoga dapet modusin doi," kata Ryo.

"Yoi bro, gue caBut dulu," kata Dave. Dave dan Diandra pun pergi menuju lab.

"Ini labnya? Serem banget!" kata Diandra merinding.

"Takut?" tanya Dave.

"Hmm ...,"

"Ada abang di sini," kata Dave membuat Diandra geli.

"Apaan dah?" Diandra memberanikan diri membuka pintu ruangan tersebut lalu masuk ke dalamnya.

"Ian!" panggil Dave.

"Apa?" tanya Diandra.

"Pintunya jangan di tutup," kata Dave.

"Kenapa emang?" tanya Diandra.

"Soalnya sering kekunci sendiri," jawab Dave.

"Tapi ...,"

"Apa?" tanya Dave.

"Udah gue tutup," kata Diandra.

"Hah!? Jangan bercanda," Dave berjalan menuju pintu lab.

"Lo sih baru bilang," kata Diandra.

"Kekunci deh kita," kata Dave.

"Nanti juga ada yang lewat," ujar Diandra santai.

"Gue kan udah bilang sama lo, kalau tempat ini terkenal angker, mana ada yang mau lewat sini?" tanya Dave. Tiba-tiba lampu mati.

"Dave ...," panggil Diandra sedikit bergetar, karena takut.

"Jangan takut sayang," Dave memeluk Diandra.

"Jangan modus!" kata Diandra.

"Iya, duduk yuk!" mereka pun duduk sambil bersandar di dinding.

"Astaga!"

***

09-01-2017

Kakak Kelas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang