3rd : Dugaan

42 1 0
                                    

Tiba- tiba dia menatap ke arahku, sepertinya baru menyadari kehadiranku.

"Apa?" Ucapnya datar

Kuhela nafasku panjang, terlalu malas untuk menjawabnya.

" Sore-sore begini masih di sekolah? Cewek baik-baik mana yang bakal pulang hampir malem kek gini? " Sinisnya membuat 'kadar' kebencianku bertambah saja.

"Jadi lo pikir lo juga cowok baik-baik? Lo juga ngapain masih disini padahal sekarang udah hampir malem?

Hah, masih anak baru aja udah berani pulang jam segini, gimana kedepannya?

Dan, gue ada disini, sesore ini, itu bukan urusan lo! " Kutekankan akhir kalimat itu padanya.

Hm, sedikit membuatku puas.

Tepat di depannya, ku kibaskan rambutku saat melewatinya. Tanda bahwa aku merasa puas karena telah menang melawannya.

Tapi, tiba-tiba...

BRUGG!!!

Aku terjatuh. Rasanya seperti ada sesuatu yang menahan kakiku.

Kupastikan sesuatu apa yang berhasil menahan kakiku hingga terjatuh.

Dasar!
Geo!

Si setan green house itu!
Dia menginjak tali sepatuku.

" Lo ceroboh ya? Periksa dulu diri lo sendiri sebelum ngejatohin orang lain, atau lo sendiri yang bakal jatoh. Ya, kayak barusan lah.

Oh ya, tadi lo nanya ngapain gue disini? Itu bukan urusan lo! " Sinisnya lagi.

Membuatku semakin yakin untuk men-cap nya sebagai musuh permanenku selama bersekolah.

" Fel, gue nyariin kemana-mana. Lo lagi ngap- "
Terdengar suara Rizvan di dekatku secara  tiba-tiba yang tergantung saat ia melihat  seseorang selain aku di tempat itu.

"Gapapa. Urusan gue selesai disini. Tadi pas pulang gue liat buku di perpus trus ketiduran.
Pas keluar, gue liat ada yang masuk ruang guru. Gue niatin pulang bareng tadinya, katanya banyak gosip gak baik kalo pulang sendirian jam segini

Tapi pas tau orangnya dia-

Dan sekarang ternyata masih ada murid lain, jadi ya bersyukur aja lo gak jadi pulang sendirian " Tuturnya dengan sedikit tersenyum

Membuatku semakin geram padanya

Kutatap Rizvan. Matanya sangat tajam menatap Geo.

"Kayaknya saya kebanyakan bicara, sorry " Lanjut Geo membungkukkan badannya lalu pergi dari hadapanku dan Rizvan.

Kulihat Rizvan. Matanya masih menatap Geo tajam hingga punggungnya hilang ditelan jarak.

" Yo pulang, fel! " Suara lembut Rizvan membuyarkan lamunanku yang sedari tadi melihatnya memandangi tajam Geo. Ia pun menarik tanganku, membantuku berdiri. Dan mengantarkanku pulang.

*****


" Sebenernya tadi siapa, fel? " Tanya Rizvan membuka pembicaraan yang memang selama perjalan tadi kami saling terdiam.

" Kalo orang yang lo tanya itu maksudnya si Geo, dia itu orang yang paling gue benci mulai dari detik ini juga. Bayangin van, gue baru ketemu aja pertama kali hari ini, tapi lo bisa liat tadi tingkahnya kayak gimana kan? Hari pertama ketemu, hari pertama juga dia nyatain perang.

" Lo tau? Dia yang ketawain gue pas di hukum bu Nuni tadi pagi, dia juga yang jailin gue pake minuman itu, yang gue ceritain pas istirahat.

" Dia juga fitnah gue di depan bu Nuni. Dan tadi, dia nginjek tali sepatu gue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memori Biru ToscaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang