Sahabat Istimewa

200 5 0
                                    

Dari Jauh,

tepatnya di halaman rumah sakit. terlihat seorang gadis terduduk di atas kursi roda-nya. ia mendesah pelan, di tatapnya tangan kanan yang terbalut oleh gift dan tangan yang lainnya memegangi kepalanya yang di lilit perban. ia menatap kosong lurus kedepan. fikirannya menerawang ke hari dimana gadis belesteran jepang-indo bernama Ayumi sedang asik berkutat dengan buku-buku Rumusnya. besok adalah hari ke-3 ia mengikuti Ujian di sekolahnya. tiba-tiba ada seseorang yang dengan lancangnya memeluk tubuh gadis itu dari belakang.
"ada yang mau beli Lukisan kamu" katanya tanpa melepaskan pelukannya. Ayumi berusaha mencerna kalimat yang baru di dengarnya. setelah mengerti sontak matanya berbinar "ah, serius kamu?" tanya Ayumi tidak percaya "duarius malah. ayo tutup dulu bukunya terus siap-siap. bayarannya cukup besar dan aku yakin kamu bakalan puas. Aku tunggu di bawah"

"Kinan!" panggil Ayumi "makasih buat semuanya" katanya Diiringi dengan senyuman tulus. Seseorang yang di panggil Kinan itu menoleh. ia memangutkan kepala sembari tersenyum Hangat lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamar Ayumi

Ayumi Menuruni satu persatu anak tangga di rumahnya setelah ia menganti pakaiannya. ia melihat Kenta -Ayah Yumi- yang sedang membereskan map serta kertas yang berceceran di atas meja. sesampainya di tangga terakhir Ayumi menghampiri Ayah-nya untuk sekedar berpamitan. tanpa di sangkanya, Kenta mengajak Ayumi dan juga Kinan pergi bersama karena tujuan mereka Sama. dan keduanya hanya memangutkan kepala patuh

Kenta membawa mobilnya dengan kecepatan di atas normal. hanya ada kesunyian yang menyelimuti mereka. Kinan yang duduk di jok belakang mulai lengah dengan situasi itu. sejatinya, ia bukanlah orang yang pendiam

"Yumi.." panggil kinan yang terdengar seperti rengekan
"hmm?" ia berdehem tanpa menoleh
bukannya menjawab, Kinan mencolek dagu Ayumi genit. Ayumi yang mulai tidak nyaman pun menoleh ke arahnya "bisa diem gak sih?"
lagi-lagi Kinan bungkam. tetapi tangannya sibuk memainkan rambut Ayumi di sela-sela jarinya. Ayumi mendegus kesal. ia menarik nafas panjang. menyiapkan Omelan yang pas Untuk Kinan. Ayumi tahu apa mau Kinan. sejatinya, Ayumi kurang suka di usik ketenangannya. sebelum itu..

Pluk..

Ponsel Kenta jatuh ke bawah jok. tangan kirinya terulur ke bawah untuk mencari Ponselnya sedangkan tangan kanannya sibuk menyetir. bukan apa-apa, masalahnya Kenta sedang menerima telepon.

"Ayah Awas!" Pekik Ayumi kaget saat melihat Sebuah Mobil Truk yang tidak terkendali berjalan ke arah Mereka. Kenta yang sama kagetnya membanting stir ke kiri. berniat untuk menghindar. tanpa di sangka mobil mereka jatuh terperosok memasuki jurang

Brak!

Brak!

Brak!

Ayumi menghitung setiap kali Mobil itu jungkir balik. mereka jatuh ke dalam Jurang yang kedalamannya lebih dari 500 km. mobil itu berhenti. Darah segar mulai mengucur. Ayumi masih tersadar. "Ayah.." lirihnya pelan nyaris tak terdengar. kepalanya semakin berat. pandangannya merabun dan semuanya gelap.

seseorang menepuk bahunya pelan. membuat semua lamunannya buyar. namun, si gadis enggan untuk menoleh. hatinya terus bertanya mengapa tuhan tega mengambil ayah-nya? apakah ia harus menyalahkan tuhan? atau ini yang di bilang takdir? Ayumi terus bergelut dengan pikirannya.

"gak perlu menyalahkan diri sendiri karena itu kecelakaan. gak ada yang perlu di sesali. semua yang terjadi adalah takdir tuhan. jangan pernah ngerasa sendiri karena masih ada aku yang bakal terus nemenin kamu. walau pun sekarang aku gak bisa Lihat wajah kamu itu gak akan bisa ngalangin semuanya. kamu percaya kan sama aku?"

tanpa di perintahkan, Cairan bening pun Jatuh membasahi Pipi Ayumi. isakan-isakan kecil mulai terdengar. Ayumi menoleh, menatap Seseorang yang ada di depannya sendu "Kinan..." bisiknya pilu namun masih bisa di dengar. Kinan berusaha mencari sesuatu. Ayumi menahan tangan Kinan, seakan mengerti pergerakan Kinan Ayumi menuntun tangan Kinan menyentuh pipinya. Ayumi melirik Kinan yang tersenyum sumringah di hapusnya air mata yang sendari tadi mengalir di pipi Ayumi. Ayumi tersenyum hangat, walaupun ia tahu kalau Kinan tidak bisa melihat senyumnya untuk saat ini. "aku selalu percaya sama kamu Kinan. kamu memang sahabat yang Istimewa. aku beruntung punya kamu. aku gak punya siapa-siapa. sekarang, yang aku punya cuman kamu. kamu janji ya jangan pernah tinggalin aku sendiri. karena dunia ini terlalu Luas Untuk Aku hidup seorang diri"

Kinan mengelus puncak kepala Ayumi penuh kelembutan dan kasih sayang "Aku janji. janji Kinan kepada Ayumi. kalau aku melanggar kamu boleh hukum aku dengan cara apapun" tangan kinan menarik kepala Ayumi pelan mendekati perutnya. Spontan, Ayumi melingkarkan tangannya di perut kinan. "sudah merasa baik kan? kita masuk ya?" Ajak Kinan yang di balas dengan sebuah Anggukan. teringat akan Kinan yang sekarang tidak bisa melihat Ayumi merengangkan pelukannya "iyaa, langit juga mulai mendung"

Suster yang sendari diam mulai membantu keduanya untuk kembali ke dalam Ruang Inap. rintik-rintik air hujan mulai membasahi bumi. Dunia seperti Ikut bersedih dengan apa yang di rasakan Ayumi maupun Kinan. kehidupan tidak selamanya indah. itulah ujian hidup. tidak ada satu pun Orang yang bisa melawan takdir. seperti Tuhan mengambil kedua Orang tua Ayumi tanpa alasan



###

Sekian..

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang