One

58.5K 394 2
                                    

"Kau tahu Kate? Lupakan semua yang aku katakan! Kau membuatku menyesali semua perbuatan yang aku lakukan padamu, tidak peduli itu yang baik atau yang buruk, karena seharusnya aku tidak mendekatimu dari awal!" teriaknya. Aku bisa merasakan dan melihat semua kemarahan di mata hijaunya.

Aku tidak percaya hal ini akan benar-benar terjadi. Seandainya dari awal aku sadar. Seandainya dari awal aku tidak naif. Hal ini pasti tidak akan terjadi. Sekarang apa yang harus ku lakukan?

"Kumohon, aku-"

"Sial Kate! tinggalkan aku sendiri!" dia memotong ucapanku dan pergi menjauh. Suara langkah kakinya semakin hilang, meninggalkanku di lorong yang mulai sepi.

Aku mulai menangis.

***

Aku melihat pemandangan luar dari balik kaca mobil dengan ukulele di tanganku. Kami pindah rumah setelah aku lulus dari Austin HighSchool. Kami meninggalkan London, kampung halaman kami. Meninggalkan keramian yang ada disana. Yah, walaupun di tempat ini juga ramai, hanya saja pemandangannya lebih klasik, juga dengan kehadiran beberapa pepohonan yang menjadikan tempat ini lebih rindang. Ayahku berencana untuk memasukanku dan juga Anna kakakku, kesalah satu sekolah tinggi yang ada disana. Dan ya, semuanya sudah di atur oleh ayahku.

"Hei Kate?" Panggil Anna.

"Hmm?" Jawabku tanpa menoleh sedikitpun.

"Bagaimana menurutmu?" tanyanya.

"Apa?"

"Tempat ini"

"Tidak tahu, aku tidak memperhatikan apapun" jawabku.

"Bagaimana bisa? Kau dari tadi memandang keluar jendela" katanya dengan nada aneh.

"aku masih bertanya-tanya mengapa kita meninggalkan London" jawabku asal.

"kurasa ayahmu selalu membicarakan itu Kate, kau saja yang tidak memperhatikan" kata ibuku yang duduk di depanku.

Mungkin.

"Menurutmu bagaimana kampus kita nanti?" Tanya Anna lagi.

"Tidak tahu"

"Kau tidak peduli sama sekali ya?"

"Menurutmu?" Kataku masih memandang pemandangan yangg ada di luar sana.

"Jangan membuatku kesal Kate!" Katanya sedikit membentak.

"Anna, bisakah kau mengecilkan suaramu sedikit? Adikmu sedang tidur" Kata ibuku yang sedang memangku adik kecilku Ethan. Dia terlalu besar untuk dipangku, atau mungkin terlalu tua.

Aku mendengar Anna mendengus kesal, dia memang cerewet. Kita sama sekali tidak terlihat seperti saudara. Aku membenci keramaian dan tidak terlalu peduli akan semua hal, dan itu membuatku jarang memiliki teman. Kakakku yang cerewet itu banyak sekali memiliki teman, dia lebih periang seperti anak kecil dan terkadang dia membuatku iri dengan banyaknya temannya.

"Kau mau masuk ke program apa Kate?" Tanya Anna lagi.

"Lihat saja nanti" kataku datar. Sebenarnya aku dan ayahku sudah melihat-lihat tentang kampus ini di internet. Ayahku memberikan kebebasan dengan pilihanku, dan jujur saja aku tidak tahu keinginanku sendiri. Sebelumnya semuanya sudah diatur oleh ayahku, semua sesuai pilihannya dan tidak ada halangan. Dan sekarang? Saat diberikan kebebasan aku hilang arah. Tetapi akhirnya ayahku menyarankanku untuk mengambil program seni. Dia suka melihat-lihat buku sketsaku. Dan ya, aku mengikuti ucapannya. Dia yang mengurus semuanya, aman dan terkendali sehingga aku tinggal hadir di hari pertama kampus nanti.

Sightless (Hold On)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang