1

22 1 0
                                    


Berdiri disampaingnya, melihatnya terus tertidur selama 6 bulan lebih, ayahku telah tertidur selama itu dan aku selalu melihatnya ditempat tidur, dengan infus yang menggantung dan semua kabel-kabel yang menempel didadanya, tidak ada yang berubah selama ini dimataku ia seperti orang yang tertidur bagiku. Tapi perlakuan yang didapatkannya seperti orang yang telah mengalami sesuatu yang berat, atau mungkin seperti kelinci percobaan bagiku.

Suatu ketika aku melihat ibuku menangis dihalaman belakang, aku perlahan mendekatinya dan menyentuh punggungnya dengan lembut, dibawah mata, dipipi bahkan bibir ibuku basah karena air matanya, aku melihatnya memeluk erat sebuah buku, ia menatapku dengan matannya yang sendu. Tak ada kata yang terucap dari mulutku dan ibukumencoba tenang dalam rangkuhanku, aku ingin bertanya tapi, bibirku menjadi beku, ini bukan yang pertama kali aku melihaya menangis semenjak ayah sakit tapi ini pertama kalinya aku melihat ibu menangis hingga terisak-issak tak kuasa menahan kesedihanya walaupun sepertinya dia sudah mencoba untuk tenang.

Saat kulihat ibu mulai tenang aku menuntunya masuk kekamar tidurya, aku membaringkan ibu dengan perlahan dan menutupinya dengan selimut, saat aku ingin beranjak ibu menatap mataku degan mata sendunya lagi tanpa sepata kata yang terucap sudah jelas ia menyuruhku kembali untuk duduk sebentar disampingnya. Aku menurut saja, tangannya dengan lembut menggenggam tangankku tak lama setelah itu dia memberikanku buku yang sejak tadi dia pegang.

" Ibu?........." kata ku lembut

Ibuku tersenyum manis dengan sedikit air mata yang masih menetes diwajahnya.

"Setelah kau membacanya kau akan mengerti apa yang sedang akau tangisi hari ini"

Aku menerima buku itu, dan kupegang tangan ibuku, aku terus disampingnya menunggu, memastikan dia benar-benar tertidur.

Dream ExplorersWhere stories live. Discover now