BAB I

24 1 0
                                    


Sebelum nya maaf kalo tulisan nya banyak yang typo dan  kurang enak dibaca, bcs ini cuma lagi iseng aja pengen nulis.

-

"Ca, mau ga lo ngisi kekosongan  di hati gue?" aku bertanya pelan pada Alysa.

"Mau minum?" tanya Alysa membuyarkan lamunanku.

"Boleh, air putih aja, deh. Oh iya, nih novel Wednesday Letter  punya lo. Udah selesai gue baca. Gue taruh di atas meja, ya."

Tiga hari yang lalu, aku mengungkapkan isi hatiku padanya. Ia bersuara, namun yang aku dapati hanya kata-kata yang tak menjawab tanyaku. Entah karena aku yang lemot atau memang dia yang tak bisa menguraikan perasaannya saat itu. "Hmm, kemarin itu lo udah nolak gue ya Ca?" tanyaku dengan sedikit cengengesan.

Alysa terdiam sejenak, lalu ia mulai berbicara. "Jadi gini, Kris. Lo mungkin belum begitu kenal siapa gue. Gue juga belum mengenal siapa lo. Ya belum lama juga, kan?" "Akan lebih baik kalo kita temenan dulu," katanya melanjutkan.

Seperti tahu apa yang sedang aku rasakan, Alysa kembali memberi penjelasan. "Gue juga nggak tahu apa yang terjadi di masa depan. Mungkin aja, nanti gue bisa jadi pacar lo. Mungkin aja gue jodoh lo. Kalo sekarang sih, mungkin gue masih belum ada feel. Mungkin belum  waktunya," jelasnya, kemudian terdiam.

Alysa menundukkan kepalanya dan membisu sesaat. "Terus selama ini lo pernah ngeh?" kembali aku bertanya.

"Ngeh apa? Ngeh kalo selama ini lo sayang ke gue?"

Aku hanya sedikit mengangguk, tak berani menatap ke arah Alysa.

"Setahu gue, dulu lo suka sama Nancy."

"Itu yang nggak gue pingin. Lo nganggepnya kalo itu masih berlaku. Padahal, udah enggak lagi."

"Ooh gitu. Perlahan gue mulai ngerasa sih"

Aku kembali diam.

***

Wednesday LetterWhere stories live. Discover now