ONE
Daphne buru-buru keluar dari kamar mandi. Ia menyisir rambutnya cepat dan langsung diikat rambutnya itu. Kalau kata orang sih amburadul, tapi ya memang gitu penampilan Daphne kali ini. Pagi ini bukannya bangun setelah dengar alarm tapi Daphne malah tidur lagi.
Alhasil ya gitu, dia mandi hanya 10 menit padahal biasanya lama banget. Rambutnya bahkan gak disisir dengan rapi seperti biasa. Kali ini Daphne gak pakai dasi! Ajaib!
Daphne itu murid teladan yang bisa dibilang tidak pernah telat dan penampilannya persis kayak orang yang mau melamar kerja alias rapi banget.Tapi pagi ini sepertinya Daphne lagi kesambet. Setelah menyisir rambutnya, dia lari keluar kamar persis seperti habis lihat setan. Biasanya Daphne tidak pernah begini, tapi kalau sudah begini pasti alasannya cuma satu, yaitu tamu bulanan!
Semalaman perut Daphne nyeri dan dia gak bisa tidur akhirnya ya begini.
Daphne bahkan gak sempat menyapa Suster Anne, kepala biarawati di asrama itu. Biasanya Daphne rajin membantu Suster Anne membuat sarapan untuk yang lainnya tapi kali ini menyapa pun tidak.
Daphne setengah berlari keluar dari tempat itu, ia berjalan cepat menyusuri trotoar untuk pergi ke halte dan menunggu bus disana. Daphne kini merutuki dirinya sendiri karena hari ini dia sial banget. Pertama, perutnya masih nyeri akibat tamu bulanan itu. Belum lagi, ini hari senin yang artinya hari ini ada pelajaran matematika dan Daphne ketinggalan buku catatannya. Dan sama sekali gak memungkinkan kalau dia balik ke asrama karena dia sudah terlambat.
10 menit menunggu, akhirnya bus itu datang. Daphne buru-buru naik karena tidak mau ketinggalan. Saat perjalanan, Daphne tenggelam dalam pikirannya sendiri.
"Gimana kalau gue dihukum?"
"Apa kata orang-orang nanti?"
"Duh, pasti gue bakalan dianggap bandel"
Dan bermacam-macam pertanyaan serupa ada di kepalanya.***********
Daphne datang dengan muka ditekuk. Moodnya pun lagi kacau karena tamu bulanannya itu. Untung saja gerbang sekolah masih dibuka saat itu jadi Daphne enggak akan dihukum. Orang-orang memandang Daphne dengan tatapan curiga bahkan tak sedikit dari mereka yang sampai mengucek-ucek matanya karena kaget.
"Kenapa sih orang-orang? Emangnya gue setan?"
Daphne justru terus melangkah menuju kelasnya tanpa memerdulikan orang-orang yang melihatnya seakan dia maling yang habis ketangkap basah."Yaampun lihat deh, si Devni aja sekarang sudah mulai-mulai enggak bener, masa penampilannya urakan begitu sih!"
Kata-kata Beby si biang gosip itu sontak membuat Daphne memandangnya dengan tatapan tajam.
"Udah manggil nama orang seenaknya, pake fitnah yang enggak-enggak lagi!"Daphne sudah bosan dipanggil dengan berbagai macam panggilan. Mulai dari Rafa si ketua kelas yang pernah memanggilnya Devi, Tono si tukang tidur yang memanggilnya Deni bahkan si Beby yang sok bule tapi tidak bisa memanggilnya dengan benar seperti tadi dan masih banyak yang memanggil atau menuliskan namanya dengan Depni, Devni, Debni dan bermacam-macam nama aneh yang lainnya.
Tapi Daphne sudah terbiasa dengan hal itu, karena memang dari kecil sudah banyak orang yang sulit melafalkan namanya.
Di sekolah, Daphne hanya punya satu teman dekat, yaitu Kayla. Cewek itu satu-satunya orang yang akrab dengan Daphne sejak pertama kali masuk.
"Daph, pagi-pagi kok muka elo ditekuk begitu sih? Kenapa ada masalah di asrama?"
Kayla yang baru datang pagi itu langsung mewawancarai Daphne."Gue enggak kenapa-kenapa kok, cuma lagi badmood aja soalnya gue lagi dapet, Kay. Terus gue hampir terlambat, ya untung gerbangnya masih dibuka."
"Wih, tumben banget Daph bisa hampir telat gitu."
"Iya nih, dan karena itu gue jadi bahan omongan anak-anak karena penampilan gue ini."
"Sebelum pelajaran dimulai mending elo ke kamar mandi dulu deh, Daph. Buat rapiin penampilan elo ini."
"Oke deh, temenin gue yuk Kay!"