Hormon School

5.7K 195 6
                                    

Pernah dengar tentang sekolah untuk mengontrol hormone, sex? Ya, aku tahu.

Kalian pasti berpikir aku bercanda, eoh? Ahni, aku tidak bercanda. Dan kau tahu apa lagi? Aku adalah salah satu guru di sekolah 'unik' ini.

"Kim Jongin, aku ini eommamu. Jangan membantah! Hormonemu itu harus dikontrol anak muda!" Dan rutinitas penerimaan siswa baru yang biasa. Tepatnya siswa baru di kelasku. Remaja kelebihan hormone, dan orangtua yang telah frustasi.

"Kau pasti bercanda." Dan berandal yang memutar bola matanya malas, mengejek. Seakan-akan mereka yang paling benar, dan orangtua mereka bertindak berlebihan. Dan jitakan di kepala sebagai hadiahnya. Dasar.

"Do seongsaenim, jeongmal mianhamnida atas ketidaksopanan anak kurang ajar ini."

"Ah ne, Nyonya Kim. Serahkan semuanya padaku," aku mengalihkan pandangan pada anaknya yang 'kurang ajar' yang melipat tangan di depan dadadan menatapiku seolah aku hidangan dengan piring perak di atas meja.

"Akan kupastikan hormone Jongin 'terkontrol' setelah kami 'selesai' dengannya." Candaku kembali menatap Ny. Kim yang terlihat begitu lega. Yeoja paruh baya itu mengucapkan perpisahannya dan pergi.

Meninggalkanaku dan anaknya yang menyeringai sendiri. Sepintas kupikir ia akan ikut pergi, ketika ia berjalan ke arah pintu. Namun suara pintu yang ditutup dan tangannya yang memutar kunci menyadarkanku, bocah ini punya pikiran berbeda.

"Kim Jongin, apa yang kau lakukan?" tanyaku pelan dan tegas bersamaan. entah mengapa itu hanya mebuatnya mendengus kecil.

"Kau memanggilku 'Kim Jongin', seriously?" Bocah angkuh ini sempatnya mengacak rambut pinknya -lebih berantakan dari sebelumnya- seraya berjalan mendekatiku.

Dengan gerakan cepat yang anggun dan kasar secara bersamaan, ia menarik kerahku dan meraup bibirku. Bocah ini.

"Ugh!" tidak sampai dua detik, keadaan sudah berbalik sekarang. Dengan pukulan di perut yang berhasil membuatnya terjatuh ke lantai, aku berhasil menduduki perutnya dan menahannya. Senyuman di wajah tampannya membuat darahku mengalir ke selatan.

"Kau, bajingan kecil, kukira kau hanya mempermainkanku dan tak mau 'kita' ada. Aku hampir saja terbang ke Seoul dan memberimu satu atau dua pelajaran berharga, brengsek!" mungkin kepalanya terbentur dengan keras saat ia terjatuh tadi; karena ia hanya terkekeh walaupun pipinya menjadi sasaran tinjuku. Mungkin ia gila.

"Yak, setidaknya hargai sedikit usahaku.Tidak mudah membuat eomma putus asa dan menyerahkanku kesini. Aku anak satu-satunya, kau ingat?" ujarnya dengan lancang mengalungkan kedua tangannya di pinggulku.

"Begitukah? Apa yang kau lakukan?" ia menyeringai lagi, aku ingin menghapusnya dengan bibirku sendiri.

"Ah itu, ahniya, aku mungkin hampir saja 'tidur' dengan calon appa baruku?" aku mengerutkan dahi dan merasa jengah, kuputuskan untuk membungkamnya dengan mulut seperti yang sedari tadi ingin kulakukan.

Aku menggigit bibirnya dengan kasar, hingga ia melenguh, membiarkan lidahku masuk untuk mencicipi rasa besi berkarat. Dan rasa manis alami dari mulutnya yang beraroma mint. Tangannya mulai menurun ke bokongku dan meremasnya kasar. Membuatku terpaksa melepaskan pagutan kami untuk mendesah.

"Jadi, make up sex. Bagaimana menurutmu?" ujarnya meminta izin namun tangannya telah bergerak membuka ikat pinggang, resleting dan menurunkan celanaku.

"Unghh..." Tanpa aba-aba, jari tengahnya menerobos, membuat tubuhku melengkung ke belakang.

"Kau masih sempit, seperti 3 tahun yang lalu, Soo." Ucapnya membasahi bibir. Aku terkekeh, memaksakan tiga jarinya sekaligus menerobos. Air mata mulai menggenang di sudut mataku. Namun tetap menurunkan tubuhku ke jarinya yang masuk semakin dalam. Rasanya sakit namun membuat hatiku terasa penuh, dan seluruh tubuhku memanas.

Hormon Of SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang