Final Shot

1.8K 176 16
                                    



Irene's pov

Hari ini adalah minggu ke 4 sejak baekhyun menyatakan perasaannya pada ku. Yeah, aku belum menjawabnya. Aku amat bimbang..

Bohong jika aku tak jatuh hati padanya, tetapi masa laluku membuat ku berpikir berulang kali untuk menerimanya..

"Irene, makanan mu hampir dingin. Lekas di makan.."

Suara lembut baekhyun menyadarkan ku. Membuat mataku menatap wajahnya.

Ia tersenyum, begitu manis dengan tatapan penuh perhatian.

"apa yang sedang kau pikirkan, Irene?"

"bukan apa-apa.." kata ku sambil tersenyum.

Ku lihat Baekhyun mengulurkan tangannya ke arah wajah ku, ku rasakan sentuhan lembut di pipiku.

"berhenti berpikir, dan habiskan makanan mu. Hari mulai larut, kau butuh istirahat.." ujarnya.

Menggangguk, aku pun mulai menghabiskan makanan ku.

Hari ini Baekhyun dan aku menghabiskan makan malam di cafe kecil, di pinggir jalan. Seperti hari-hari sebelumnya, kami selalu menghabiskan waktu bersama, melakukan kontak fisik seperti berpelukan, bergandengan tangan atau hal-hal lain yang di lakukan sepasang kekasih yang penuh cinta.

Hanya saja, kami bukan sepasang kekasih.

End pov


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------



"Baekhyun, apa kau mau mampir?" ujar Irene ketika Baekhyun hendak menaiki mobilnya, setelah mengantar Irene kedepan pintu gerbang rumahnya.

"bolehkah?" Baekhyun tersenyum hangat. Ia pun menjauhi mobilnya setelah melihat Irene menggangguk pelan. Irene mempersilahkan baekhyun masuk kerumahnya. Dengan menggandeng tangan Baekhyun, Irene membawanya ke ruang keluarga.

"duduklah.. Akan ku buatkan teh hangat..", Irene pun pergi meninggalkan Baekhyun sendirian.

Tak berapa lama Irene kembali dengan secangkir teh, dan meletakannya di hadapan Baekhyun.

"Baekhyun, ada yang ingin ku sampaikan." Ujar Irene sembari duduk di hadapan Baekhyun.

"3 tahun lalu, disini, diruangan ini. Semua anggota keluarga ku mati terbunuh."

Baekhyun terdiam, hanya menatap dan mendengarkan Irene dengan penuh perhatian.

"aku menyaksikannya langsung dari sana", mata Baekhyun mengikuti arah jari telunjuk Irene yang menunjuk sebuah lemari besar disudut ruangan.

"aku bersembunyi di dalam sana. Lantai ini penuh darah anggota keluarga ku. Mereka mati dibunuh. Alasannya apa, sampai detik ini aku masih belum tau. Bertahun-tahun aku mencari tau identitas para yakuza itu." Irene diam sejenak.

"tidak sulit, mengingat di seoul hanya ada satu kelompok yakuza. Dan pembunuh keluarga ku adalah ayah mu. Ayahmu ketua kelompok yakuza di seoul. Itu sebabnya aku tak dapat menjawab perasaan mu. Aku-"

"ayah ku telah merebut semua kebahagiaan dan kasih sayang yang seharusnya kau dapatkan dari keluargamu. Aku bisa saja kau bunuh, tapi meskipun aku mati, itu tidak akan cukup untuk membayar semua deritamu." Potong Baekhyun.

Baekhyun bangun dari duduknya dan mendatangi Irene, berlutut di hadapan gadis itu.

Baekhyun meraih tangan Irene, menggenggamnya dan menatap mata gadis itu.

"Maka dari itu, bisakah aku, Byun Baekhyun, memberikan diriku untukmu, untuk menggantikan semua kebahagiaan dan kasih sayang yang pernah hilang darimu?"

Kalimat Baekhyun sukses membuat Irene meneteskan air matanya. Baekhyun berdiri, menarik Irene bersamanya dan mendekapnya erat.

"Aku tidak akan mengikuti jejak ayahku, tidak akan pernah.." Baekhyun membelai lembut rambut irene. "jadi, apakah aku bisa mengabdikan seluruh hidup ku untuk menjaga dan membahagiakan mu, Bae Joohyun?"

Baekhyun menangkup wajah Irene, menatap mata Irene yang basah dan sembab.

Dengan masih terisak, irene mengangguk lemah. Memejamkan matanya dan mendaratkan ciuman di bibir tipis Baekhyun.

Tersenyum, Baekhyun pun membalas ciuman Irene.

Ciuman lembut yang manis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Darkest Is My Brightest FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang