Flashback

4.5K 126 27
                                    

Aku menghabiskan waktu minggu sore ku dengan bermain bersama teman kecil. Kita mempunyai tempat favorite untuk bermain bersama; didepan halaman rumah mewah.

Entah mengapa, disini begitu nyaman, damai, dan tentram. Seperti tidak ada yang akan mengganggu mu disini. Tempat ini juga sangat sepi. Tidak pernah ada kendaraan satu pun yang melintas. Maklum, untuk memasuki area rumah ini pun sulit. Karena jalannya agak sempit. Hanya bisa dilalui oleh pengendara motor dan pejalan kaki. Tetapi, ketika kau masuk jauh kedalam gang, halaman rumah itu begitu luas. Rumah ini berdiri sendiri tanpa ada rumah-rumah lain. Aku heran. Mengapa pemilik rumah ini mau mendirikan rumah tanpa mempunyai seorang tetangga satu pun.

Rumah ini mewah dan cantik. Aku kenal dengan anak si pemilik. Dulu, aku dan kawan ku sering bermain bersamanya. Anak laki-laki itu sangat tampan. Rambut yang dikombinasikan dengan warna hitam dan coklat. Yang membuatnya keren adalah jambulnya. Keren bukan? Bola mata yang berwarna coklat terlihat indah. Pipinya tirus, kelihatan sekali bentuk tulang pipinya. Berkulit putih seperti bule-bule Belanda. Namun, dia tidak pernah keluar dari halaman rumahnya. Maka itulah, aku dan kawanku selalu bermain disana bersama laki-laki tersebut.

Kembali ke permasalahan rumah. Rumah itu tingkat, mewah, megah, indah, dan luas. 5 kata yang bisa ku deskripsikan saat pertama kali melihat rumah itu. Rumah itu diukir dengan ukiran- hmm aku tidak mengerti tentang ukir-mengukir. Ku sebut saja ukiran rumah itu adalah ukiran batik. Habisnya, terlihat seperti batik sih. Pintunya, pintunya menjulang tinggi. Begitupun dengan jendelanya yang seukuran dengan pintu. Agar lebih spesifik, rumah itu sangat persis seperti yang ada di film-film kerajaan. 'Rumah Impian'.

Ada yang aneh dengan semua ini. Maksud ku, dengan rumah - si pemilik rumah - dan anak sang pemilik rumah. Setiap aku dan kawanku bermain bersama anak laki itu, dia tidak pernah menawarkan kita untuk bermain didalam rumahnya. Untuk sekedar melihat keadaan dalam rumahnya pun tidak. Tapi, aku bisa melihat dari raut wajahnya ketika ia menolak ajakan kita saat kita menawarkan diri masuk ke dalam rumahnya. Wajahnya seperti merasa tertekan. Aku tidak tahu maksud dari wajah tertekan.

Sampai akhirnya, dia menawarkan kita berdua untuk bermain didalam rumahnya. Tentu saja kita senang sekali diperbolehkan bermain didalam rumahnya yang mewah itu.

Ketika kita membuka pintu dan melangkahkan kaki kedepan beberapa langkah,

"Sudah berapa kali ayah bilang kepada mu? JANGAN PERNAH SEKALI-KALI BAWA TEMAN MU MASUK KEDALAM RUMAH KITA!"

Terkejut? Pasti. Sangat-sangat terkejut. Ayah itu seperti berteriak menggunakan toa. Padahal nyatanya tidak. Karna rumah ini besar, jika kau berteriak seperti menggema. Serasa berada didalam gua.

"Sekali saja yah. Mereka penasaran seperti apa dalam rumah kita. Aku sudah bosan yah di kekang-"

"DIAM KAU ARIF! ANAK TAK  TAHU DI UNTUNG! BAWA KELUAR TEMAN-TEMAN MU DARI RUMAH INI! JANGAN PERNAH BAWA MEREKA KESINI LAGI. KALAU TIDAK- AH SUDAHLAH. KAU MENGERTI?"

Arif. Ya dari kejadian itu, aku mengetahui nama laki-laki tampan itu. Sejak itu, kita tidak bermain bersamanya lagi selama 6 bulan. Tapi untunglah, setelah 6 bulan, Arif diperbolehkan bermain bersama kita lagi. Tentu saja, kita yang harus bermain di halaman rumahnya.

Entah ada apa dengan diri kita berdua. Aku dan teman ku tidak ingat tentang kejadian 6 bulan yang lalu. Seperti seakan-akan tidak pernah ada kejadian apapun. Ya mungkin karna bocah, tidak terlalu memikirkan permasalahan seperti ini. Apalagi dimasukkan kedalam hati.

WHO IS HE? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang