Batas Dunia III

656 132 14
                                    

Batas Dunia: Berdua Saja

...

Malam ini gue memutuskan untuk melanjutkan petualangan Margo Roth gue dengan makan di angkringan dan minum kopi joss. Terdengar seperti orang tua ya, namun gue sangat menikmatinya. Akan tetapi, rasanya tak lengkap jika tak ada Ilham. Ah, tapi bodoh juga ya gue, padahal gue yang melarikan diri darinya namun malah gue sendiri yang tak tahan ingin bertemu dengannya.

Gue chat aja gitu ya dia

"Selamat malam Ilham, asin berpadu pahit menjadi satu, namun rasanya kubutuh batas dunia bernama rasa manis untuk mendampinginya. Itu kamu."

Begitu tulisku dalam chat.

Tetapi saat kubaca ulang chat itu, gue menjadi malu sendiri. Gue terlihat seperti, perempuan agresif yang sedang melancarkan modusnya. Gue akui ada sebersit niatan modus gue ke Ilham karena entah kenapa saat ada di dekatnya, ia membuat perasaan gue seperti ada pawai drumband di perut gue dimana lambung, usus, dan pankreas menjadi instrumen utama dan menghasilkan musik bernama mulas extra nervous, umbai cacing sebagai mayoretnya, di sekeliling gue bagaikan ada langit biru yang disertai pelangi, dan kupu-kupu mendadak muncul dan bertebaran.

Okay, mungkin gue harus menggunakan bahasa Indonesia yang lebih mudah dimengerti.

Gue menyukai Ilham.

Puas?

Jangan bilang siapa siapa.

...

Tak lama terdengar ponsel gue bergetar beberapa kali. Rupanya ada balasan chat dari Ilham

"Cukup kode-kodenya, sekarang elo di angkringan mana? please, gue capek kejar-kejaran terus."

Kalo gue jailin balik sepertinya menyenangkan "Tapi gue suka olahraga."

Lalu tidak ada balasan chat darinya. Namun ponselku berdering karena ada panggilan masuk dari Ilham.

"Assalamualaikum, Halo ... Ilham?" sapaku

"Waalaikumsalam, elo di mana?"

"Rahasia," balasku jail

"Eh, Nab! Elo bikin gue frustasi tahu nggak?" ujarnya dengan nada meninggi

"Sabar ham, gue aja selow kok," balasku yang masih menganggap itu main-main

"Denger ya, gue nggak main-main. Kalau misalnya kita memang ada masalah atau entah apapun itu lebih baik bicarakan saja. Cara elo dengan kabur menggambarkan kalau elo nggak dewasa, kayak bocah aja mainannya kabur," ujarnya dengan nada tinggi dan seketika itu juga gue terkesiap. Baru pertama kali Ilham semarah ini sama gue."Wake up, Nab! elo dititipin ke gue sama Mama dan Tante Ririn buat dijagain biar aman dan kalau misalnya elo ada masalah pasti elo dan gue yang kena juga kan? Tapi untuk sekarang nggak bakal gue kasih tahu ke Tante Ririn asalkan elo mau ngasih tahu keberadaan elo sekarang." sambungnya

Dunia Batas [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang