[3] She

462 56 10
                                    

-ketika aku jatuh cinta aku berharap jatuh cinta pada orang yang tepat di waktu yang tepat-
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.





Mereka sampai disini, berdiri di atap sebuah bangunan yang lumayan tinggi. Ya karena bangunan ini mempunyai 2 lantai. Pemandangan menghadap langsung ke jalan dikota. Memperlihatkan hiruk pikuk kendaraan dan orang-orang yang berlalu lalang.

Warna putih mendominasi dari atas. Salju salju kecil terlihat terjun bebas dari langit hingga menyentuh permukaan bumi. Kota benar-benar terlihat indah dari sudut pandang tempat ini. Dahyun menyukainya membantunya merasa damai dan tempat ini sungguh menenangkan.

Sehun hanya terus memandangi gadis kecil itu yang sepertinya tersedot kedimensi lain. Dahyun sepertinya lupa kalau tadi dia tidak datang sendiri ketempat ini. Sedangkan namja berkulit putih susu itu  hanya membiarkan Dahyun hanyut dalam fikirannya sendiri. Sehun lega karna Dahyun tidak lagi menangis sekencang tadi. Setidaknya gendang telinganya selamat hari ini.

Tidak  sia-sia dia mengajak Dahyun ke atap.  Atap rumah yang sudah lama tidak dihuni keluarga Oh. Rumah ini memang kosong sejak nenek Sehun meninggal. Sehun sendiri sudah lama tidak menginjak tempat ini, hanya sesakali saat dia dan Chanyeol benar-benar bosan dan ingin menenangkan diri.

Dahyun berdiri dipinggir pagar kayu yang menghalanginya terjatuh dari ketinggian. Dia mengerjap ngerjapkan mata nya yang sembab, terus memandangi pemandangan dibawah sana yang membuat nya lupa pada mahluk bernama Oh Sehun yang sedari tadi memperhatikannya.

 “terimakasih sehun”.

“untuk?”

“lihat, aku sudah tidak menangis”. Dahyun tersenyum simpul

“jangan menangis lagi, kau terlihat semakin bodoh ”
Sehun menatap Dahyun datar, sedangkan Dahyun terkekeh mendengar pernyataan jujur sehun.

“kau tahu, kau orang pertama yang membuat ku berhenti menangis”. Dahyun kembali tersenyum kali ini memperlihatkan deretan giginya yang tersusun rapi.

“haruskah aku mendapat hadiah?”  

“ice cream coklat  jumbo dengan toping wafer dan choco chip kau mau? Aku yang traktir”

“ngomong-ngomong aku tidak suka ice cream”.

“tapi kau terlihat menyukainya”.  Dahyun menatap wajah Sehun bingung. Anak laki laki ini memang aneh. Mana mungkin kau tidak suka ice cream, kau saja pernah berlarian ditengah turunnya salju hanya untuk mengejar penjual ice cream yang telinganya sedikit bermasalah itu, batin Dahyun dalam hati.

“kau terlalu cepat mengambil kesimpulan”.

“terserah kau saja oh sehun”.  

“jadi apakah aku boleh meminta hadiah?”
Dahyun melongo sejenak, dia tidak benar-benar percaya bahwa oh sehun meminta sebuah hadiah. Terdengar aneh ditelinganya.

“memangnya kau mau apa?”

“ehm masih aku fikirkan”.

***

Sudah 2 jam mereka berada diatap dan sehun sebenarnya mulai menggigil tapi otak dan tubuhnya bekerja tidak sinkron. Sehun benci udara dingin tapi entah kenapa dia tidak mau beranjak dari sisi Dahyun. Dingin? rasanya sudah kalah dengan perasaan hangat yang tiba tiba menyelimutinya.

Menemani Dahyun terasa menyenangkan suatu alasan yang tidak logis yang berulang kali ditolak otak cerdasnya. Padadahal Sehun bukan tipe orang yang mudah menghamburkan waktu untuk sesuatu yang tidak penting. Tapi entah sejak kapan menemani Dahyun dan membuatnya tersenyum menjadi sesuatu yang penting seperti sebuah preoritas. Mungkin salju sudah membuat otaknya korslet atau semacamnya.

The First SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang