Akhir yang Mengawali

1 0 0
                                    

Nada-nada indah mengalun lembut, terdengar bergitu lantang namun merdu. Ruang musik tengah dipenuhi oleh banyak siswa dan seorang guru. Sebuah pamflet terpasang di pintu ruangan itu. Pada hari itu sebuah seleksi sedang berlangsung. Seleksi untuk memilih siswa berbakat yang akan tampil pada acara perpisahan sekolah. SMA Taruma selalu mengadakan seleksi yang sama setiap tahunnya. Selain tampil pada perpisahan, siswa berbakat yang terpilih juga akan mewakili SMA Taruna pada lomba regional tahun itu. Maka jelas saja banyak sekali siswa berbakat yang tak akan melewatkan kesempatan melalui seleksi tersebut.
Seorang gadis berambut panjang nan cantik itu baru saja selesai memainkan biolanya. Sontak semua memberi tepuk tangan, apresiasi terhadap permainannya yang begitu bagus. Sangat menyentuh hati. Guru musik yang sekaligus menjadi juri dalam seleksi itu juga terkagum dibuatnya. Gadis itu tersenyum sembari meletakkan kembali biolanya.
“Baiklah, penampilan yang cukup baik dari Sheena. Selanjutnya… Kinara dari kelas X.1.”
Seorang gadis yang sangat cantik melangkah ke depan. Ia tersenyum lalu mulai mengambil biola dan memainkannya. Sangat lembut. Beberapa orang bahkan terhanyut oleh nada-nada lembut yang dimainkannya. Permainannya seakan membawa semua yang hadir masuk ke dalam dunianya. Dunia indah dengan nada biola.
Gadis itu selesai memainkan biolanya. Semua memberi tepuk tangan, bahkan lebih meriah daripada sebelumnya. Semua yang hadir disana begitu terpukau dengan permainan gadis itu. Bahkan sang guru pun terpana dibuatnya. Bakat alami yang ditampilkannya sungguh mengagumkan.
“Penampilan yang bagus dari Kinara. Selanjutnya Kuna dari kelas X.2.”
Kemudian seorang gadis melangkah maju dan mulai memainkan instrumen piano. Kembali nada-nada lembut nan indah mengalun di dalam ruangan itu.
Setelah semuanya selesai menampilkan bakat terbaiknya, sang guru yang juga bertindak sebagai juri kemudian mengumumkan siapa saja yang akan tampil pada acara perpisahan sekolah dan juga mengikuti lomba tingkat regional.
“Ibu akan mengumumkan nama-nama yang akan tampil pada acara perpisahan. Keenan dan band nya dari kelas X.2, Kuna dari X.3, Sheena dari X.1, Meka dari XI.4, dan Kinara dari X.1. Sedangkan untuk lomba regional… yang akan mewakili sekolah kita adalah… Kinara dari X.1.”
Semua bertepuk tangan. Bahkan ada beberapa yang mengelu-elukan Kinara. Sebagai murid pindahan yang baru saja hadir selama empat bulan di sekolah itu, Kinara sungguh membuat kagum banyak orang. Bahkan beberapa guru merasa sangat beruntung dengan kehadiran Kinara bersama bakat-bakatnya yang mengagumkan di SMA Taruma.
“Selamat ya, Kinara. Ibu harap kamu bisa membawakan piala regional ke sekolah kita ini.”
“Terima kasih bu, telah memberi kepercayaan kepada saya. Saya akan berusaha memberikan yang terbaik untuk semuanya.” Jawabnya sembari tersenyum.
Kinara adalah gadis impian bagi banyak orang. Parasnya yang cantik nan anggun, etikanya yang sangat sopan, bakat bermain musiknya yang mengagumkan selalu menjadi pujian yang selalu dilontarkan oleh banyak orang kepadanya. Namun meski begitu, Ia sangat rendah hati. Selalu ramah dan baik kepada semua orang. Meski begitu, ada saja yang selalu merasa tidak suka terhadapnya.
Seorang gadis cantik yang berada di sudut ruangan itu menatap kesal pada Kinara. Tangannya mengepal. Rasa bencinya menjadi-jadi. Wajahnya merah padam menatap Kinara yang tengah mendapat pujian.
“Sheena… lo ga apa-apa?” Tanya Aika, sahabat baiknya.
“Gimana gue ga apa-apa? Bukankah permainan biola gue lebih baik darinya?” Tanya Sheena kesal.
“Mungkin Bu Chesca ingin memberinya kesempatan aja. Dia ‘kan murid baru. Udahlah, abaikan aja.” Tutur Kuna.
“Iya, mungkin benar apa yang dikatakan Kuna. Lebih baik sekarang kita ke kantin. Ayo…” Tambah Aika.
“Gadis itu benar-benar menguji kesabaran gue!” Tutur Sheena kesal.
Ketiga gadis itu melangkah keluar, meninggalkan ruang musik. Sheena masih membawa kekesalannya.
BRRUUKK!!!
Seorang laki-laki yang sangat tampan menabrak mereka bertiga. Ia tampak sedang terburu-buru.
“Duh… kalau jalan liat-liat dong…!” Ucap Sheena kesal. Namun kemudian Ia tersentak, kaget.
“Ehh… sorry Sheen. Gue lagi buru-buru.” Jawab laki-laki itu.
“Ehm… ga apa-apa, kok. Lo mau kemana, Ndra? Kok buru-buru banget?” Seketika Sheena melembut, mengetahui yang menabraknya tadi adalah Andara. Sheena sudah lama menyukai cowok itu. Andara begitu populer karena ketampanannya dan kejeniusannya dalam pelajaran. Ia sering mengikuti berbagai olimpiade dan termasuk salah seorang siswa yang menyumbangkan cukup banyak piala ke sekolah.
“Oh, gue lagi mau ke ruang musik. Gue denger, Kinara terpilih jadi perwakilan sekolah kita ke lomba regional. Gue mau kasih selamat sama dia.”
“Oh… gitu.” Jawab Sheena kecewa. Sekali lagi, Ia merasa Kinara telah mengambil tempatnya.
“Ok deh, gue duluan ya.” Andara pamit.
“Iya…” Jawab Kuna dan Aika. Sheena terdiam.
“Sheen… “ Panggil Aika dan Kuna.
“Hhhh… Kinara lagi… Kinara lagi. Kenapa dia terus-terusan ngambil apa yang harusnya buat gue sih!”
“Udah Sheen… yang sabar ya…” Aika menghibur Sheena.
“Iya. Udah… jangan terlalu dipikirin.” Tambah Aika.
Seminggu telah berlalu sejak hari seleksi. Acara perpisahan akan berlangsung dalam dua hari. Semua sibuk mempersiapkannya. Termasuk siswa-siswi yang akan tampil pada acara tersebut. Bahkan ada beberapa yang berlatih hingga sore di sekolah. Salah satunya adalah Kinara. Karena selain mempersiapkan diri untuk tampil pada acara perpisahan, Ia juga harus mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba regional yang akan berlangsung seminggu setelah acara perpisahan.
“Kinara…” Sapa seseorang sembari tersenyum ramah.
“Oh… Hay Nan.” Jawab Kinara kemudian membalas senyumnya.
“Cieee yang mau tampil. Rajin banget latihannya.”
“Hmm biasa aja kok. Oh iya, Andara mana? Biasanya kalian bareng terus.”
“Oh, Andara lagi di kantin. Bentar lagi juga ke sini.”
#
Di kantin, Andara sedang menatap sebuah bunga di genggamannya sembari tersenyum. Tak bisa Ia sembunyikan kebahagiaan yang sedang dirasakannya kini.
“Semoga Kinara suka. Dan semoga aja dia mau nerima gue jadi pacarnya.” Tutur Andara sembari memandangi bunga yang sedang dipegangnya.
Tanpa ia sadari, Aika yang sedang berjalan menuju kantin mendengar apa yang dikatakan Andara. Ia berhenti seketika dan melihat Andara. Aika sangat terkejut dan segera berlari meninggalkan kantin.
Aika berlari kencang menuju kelas, lalu menghampiri Sheena dan Kuna yang sedang berbicara. Napasnya terengah-engah dan wajahnya memerah.
“Guys… hhh…hhh… dengerin gue…!”
“Ada apaan sih? Lo dari mana aja, Ka?” Tanya Kuna tak mengerti.
“Andara… Andara…”
“Kenapa sama Andara?” Sheena mulai penasaran mengetahui topik pembicaraan kali ini adalah Andara, cowok yang disukainya sejak SMP.
“Andara… tadi gue denger dia… dia mau… mau nembak Kinara…” Tutur Aika sembari mengatur napasnya.
“Apaa??? Lo tau dari mana?” Tanya Sheena dan Kuna kompak.
“Gue denger sendiri. Tadi di kantin. Dia sambil bawa bunga gitu.”
Sheena semakin kesal. Tangannya mengepal kuat. Wajahnya merah padam. Sinar kebencian mencuat dari kedua matanya setelah mendengar pernyataan dari Aika.
“Guys… ikut gue. Sekarang!”
#
Di ruang musik. Kinara masih asyik latihan dengan ditemani oleh Keenan. Keenan memandang Kinara begitu dalam. Mengagumi gadis itu seperti kebanyakan murid cowok lainnya. Kinara sungguh tampak berbeda ketika bermain biola.
Tiba-tiba Keenan dikejutkan oleh nada dering HP nya. Sebuah pesan singkat baru saja masuk.
‘Nan, tolongin gue. Datang ke ruang olahraga sekarang.”
Keenan membaca nama pengirimnya. Andara. Keenan pun bingung. Ia tau bahwa Andara akan menyatakan cinta pada Kinara dan memintanya untuk memastikan Kinara tidak pulang sebelum Andara datang ke ruang musik. Tapi mengapa sekarang Andara memanggilnya ke ruang olahraga?
“Kin… gue harus pergi bentar. Lo jangan pulang dulu ya. Ntar gue balik lagi bareng Andara.”
“Oke deh.”
Keenan segera melangkah keluar, meninggalkan ruang musik. Sementara Kinara melanjutkan latihannya.
Beberapa saat berlalu. Kinara sudah merasa cukup berlatih untuk hari ini. Kemudian ia meletakkan biolanya ke dalam lemari yang ada di ruang musik. Tepat sebelum ia sempat meletakkan biola itu tepat pada posisinya, seseorang menarik lengannya. Hampir saja biola itu terjatuh. Kinara tersentak melihat siapa yang melakukannya.
“Ada apa, Sheena?” Tanya Kinara tak mengerti.
“Lo… ikut gue sekarang!” jawab Sheena ketus.
“Kemana? Aku lagi nungguin Andara sama Keenan di sini. Ntar kalau mereka da…” ucapan Kinara terputus. Sheena menampar pipi Kinara hingga ia jatuh terjerembab ke lantai.
“Ke… kanapa kamu mukul aku?” Tanya Kinara sambil meringis kesakitan memegangi pipinya yang memerah.
“Lo ikut gue sekarang!” Jawab Sheena lalu membawa paksa Kinara meninggalkan ruang musik saat itu juga.
Beberapa menit kemudian, Keenan dan Andara melangkah beriringan menuju ruang musik. Keenan terus menyemangati Andara yang merasa sangat gugup untuk menyatakan perasaannya pada Kinara.
Namun ketika mereka tiba di ruang musik, Kinara sudah tak terlihat lagi. Ruangan besar dengan berbagai macam alat musik itu kosong.
“Kemana perginya Kinara?” Tanya Andara bingung.
“Gue juga ga tau. Padahal tadi gue udah minta dia nunggu di sini.” Jawab Keenan.
“Mungkin dia udah pulang karena gue kelamaan. Mungkin besok aja deh gue nembak dia.” Tutur Andara kecewa.
“Ya bisa jadi. Makanya besok lo harus temuin dia secepatnya. Oke…”
“Iya. Thanks buat bantuan lo hari ini, Nan.”
“Iya. Sama-sama.”
“Pulang yok!”
“Iya.”
Mereka akhirnya pulang. Sementara itu Kinara dibawa paksa oleh Sheena dan sahabatnya menuju halaman belakang sekolah yang cukup sepi. Hari mulai gelap karena sudah terlalu sore. Kinara tak mengerti apa yang sedang terjadi.
“Sheen, ada apa sih?” Tanya Kinara ketika mereka telah berhenti melangkah.
“Ada apa? Lo ga usah sok-sok ga tau deh.” Jawab Sheena kesal.
“Aku beneran ga tau, Sheen.”
“Lo itu pengkhianat, Kin!” tutur Aika.
“Maksud kamu? Aku ga ngerti.”
“Lo tau kan selama ini Sheena udah baik sama lo. Lo tau kan siapa yang selalu bantuin lo kalau ada yang jahatin lo.” Tutur Kuna.
Tentu saja Kinara semakin bingung dengan pernyataan yang diucapkan Kuna juga Aika. Selama ini mereka memang berteman baik. Sheena juga selalu melindungi Kinara ketika ia dijahili oleh beberapa siswa yang tidak menyukainya. Namun satu hal yang tidak ia mengerti adalah mengapa kini Sheena menjadi salah satu dari mereka yang tak menyukainya? Karena ia dapat melihat dengan jelas sorot kebencian dari mata Sheena.
“Sheena… aku salah apa sama kamu?” Tanya Kinara mencoba memahami apa yang sedang terjadi.
“Lo itu kenapa jahat banget sih Kin? Kenapa lo selalu ambil apa yang seharusnya milik gue? Gue udah baik sama lo! Tapi kenapa lo ga bisa ngalah sedikit aja buat gue!!!” Sheena mengeluarkan semua amarahnya yang semakin membuat bingung Kinara.
“A… aku salah ap…” Ucapan Kinara terputus.
“Gue benci sama lo!!!” Tutur Sheena sembari mendorong tubuh Kinara menjauh darinya. Namun tanpa disangka Kinara malah tersandung dan terjatuh dari tempat mereka berdiri. Pada sebagian halaman belakang sekolah mereka memang terdapat lubang besar. Dasarnya cukup dalam karena itu adalah tempat yang dijadikan lubang pembuangan sampah organik.
“Ahh… toloonngg!!!”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lost StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang