1. Kita

30 3 2
                                    

Mungkin tak ada lagi kata untuk menggambarkan kita.



---------------------------------------------------------------------💕


"Nai! Lihat sini dong! Ish. "

"Hmm...bentar Rei nanggung"

"Enggak bosen apa, melototin kertas yang isinya cuma tulisan semua gitu? Mending lihatin gw main"

"Hmmm hee eh..."
Naila tetap fokus pada novel di tangannya yang sedang asik ia baca.

Hhhfftt kalah lagi gw.

Reihan melihat Naila -sahabatnya sejak tk- yang tetap tidak ingin mengalihkan pandangannya untuk sekedar menanggapi panggilan tersebut mengela nafas gusar.

Ia pun memutuskan untuk kembali mendrible bola berwarna oranye itu dan kemudian melemparkan nya dari luar garis three point.

Kurang lebih sudah lima kali Reihan mengulang hal yang sama, dan lima kali berturut-turut pula, bola tersebut masuk melewati ring dengan mulus.

Baru saja Reihan ingin melakukan three point shoot untuk yang ke enam kali, namun diurungkannya saat gadis yang sedari tadi menemaninya memanggil dari sudut lapangan yang teduh.

"Oy Rei!!! Balik yukk, laperr nihh!!"

Walaupun ada rasa kesal karena sudah satu jam lebih dihabiskannya bermain basket sendirian, padahal ia sengaja mengajak Naila untuk main bersama seperti biasanya. Namun Reihan sudah terbiasa dengan sifat gadis itu yg moodyan. Hffttt namanya juga cewek, untung sayang.... eh  untung temen maksudnya.

Reihan dengan senyum sumringah menghampiri tempat dimana Naila sedari tadi menghabiskan waktunya.Tempat favorit mereka untuk menghabiskan waktu bersama. Mereka berdua sering duduk diatas kap sebuah mobil tua yang kini sudah berkarat karena tidak pernah digunakan oleh pemiliknya.

Dulu saat keduanya masih kecil, setiap sore selalu dihabiskan dengan bermain sepeda bersama. Hingga pernah pada suatu hari mereka sampai disebuah lapangan kosong tak jauh dari komplek perumahakan mereka. Lapangan itu dulu terlihat tidak terurus, banyak rumput ilalang yang tumbuh hingga tinggi. Disana pun terdapat sebuah rumah kosong dengan mobil tua terparkir di depannya. Saat itu juga Naila dan Reihan kecil sepakat menjadikan lapangan itu tempat bermain sekaligus markas bagi keduanya.

Reihan yang memiliki orang tua sangat kaya dan sayang padanya, dengan mudah dapat meminta apa saja. Reihan pun memohon kepada orang tua nya untuk mewujudkan markas bermain impiannya dan tentu saja permintaan itu dikabulkan dengan mudah. Kedua orang tua Reihan memberi perintah pada orang suruhannya untuk meminta izin kepada pihak RT setempat untuk memperbaiki lapangan tidak terurus itu. Lapangan yang dulunya banyak terdapat rumput ilalang sudah dirapihkan, dan tiang basket yang tadinya rusak dan hanya ada satu, sudah diperbaiki dan kini terdapat sepasang ring basket. Kata Reihan kecil sih supaya lebih seru kalau bermain lawan Naila.

Yaa Reihan memang menyukai olahraga bola basket sejak dulu dan selalu ingin mengajari Naila. Naila yang selalu bermain bersama Reihan menjadi gadis yang tomboy dan lebih suka permainan di luar ruangan, tidak seperti gadis kecil umumnya yang lebih suka bermain boneka seharian di dalam rumah. Reihan pun pada akhirnya berhasil membuat Naila menyukai olahraga yang satu itu.

Mungkin kalian berpikir kalau Reihan adalah anak manja, tapi kalian salah. Reihan kecil yang tinggal dalam keluarga kaya dengan orang tua yang sangat sayang padanya justru tumbuh menjadi anak yang mandiri. Itu semua berkat Naila. Naila si gadis cilik ceria yang punya sejuta cerita. Kebahagiaan dan keceriaan yang selalu melekat padanya menular pada Reihan. Reihan bahagia karena Naila.

Hingga kini lapangan itu tetap menjadi markas bagi mereka seiring berjalan nya waktu. Dari dulu lapangan itu memang jarang ada yang mengunjungi, paling hanya beberapa anak yang tinggal di sekitar lapangan itu. Tempat yang paling menarik adalah dimana sebuah mobil tua keluaran tahun 80-an yang terparkir didepan sebuah rumah besar yang sudah ditinggalkan penghuninya. Rumah itu tidak terlihat menyeramkan karna tidak berpenghuni, tapi yang terasa adalah nyaman karena banyak pohon yang meneduhkan.

Begitu Reihan sudah tinggal beberapa langkah lagi dari Naila, tiba-tiba Naila melemparkan botol berisi air mineral yang dibungkus oleh handuk kecil miliknya. Reihan yang memang dasarnya anak basket, refleks dan dengan mudah menangkap lemparan tak terduga itu.

" Nice catch, capt!" kata Naila sambil tersenyum tipis.

Melihat apa yang barusan ditangkapnya, senyum Reihan seketika itu pula berubah menjadi sumringah lebar. 

"Wahaha, iyalah gw gitu lohh hehehe. Ciee Nai lagi kesambet setan dari pohon mana nih, bisa jadi baik hati." Reihan selalu tidak bisa tahan untuk menggoda Naila, ia  selalu menyukai respon gadis itu. Terlihat manis baginya.

"Heh enak aja, dasar manusia over pede..pas gw lagi biasa aja dibilang jutek eh giliran gw baik malah dikatain kesambet."

"Hahahaha, sumpah ya Nai coba deh lo sekali-kali berdiri depan cermin pas lo ngomong kaya gitu lagi. Lucu banget kaya anak bebek. Mana monyong gitu lagi. Hahahaha"

"Ihhh Rei kok lo nyebelin sihhh!!!" Naila yang tidak suka terus menerus dikerjain sama Reihan dengan sigap langsung mengambil bola basket yang ada di dekat kakinya dan langsung digunakan nya bola tersebut untuk menghantam bahu Reihan tanpa ampun.

"eh eh woyy kok lo jadi mukulin gw pake bola sih?! Sakit nih weyy, kekuatan lo kok kaya badak sih Nai? Ngahahahaha" Disaat seperti itu pun, Reihan tetap saja menggoda Naila. Melihat lawan nya tidak merasa tersiksa, Naila pun mengambil ancang-ancang melakukan jurus andalannya. Dilemparkannya bola basket yang sedari tadi dijadikan senjata. Lalu...

"Nai... Don't you dare to do that oke? oh come on little puppies you know exactly my weakness."  Reihan yang mengenali tatapan Naila, langsung was-was dan mulai mundur perlahan.

"Hahaha you cann't go away from me Rei. I'll catch you."  Tawa Naila berubah menjadi seringaian. Tanpa hitungan mundur dan tanda apapun, Naila dengan gesit mencoba meraih Reihan dengan tangan yang siap menggelitik. Tetapi Naila kalah lincah, Reihan berhasil menghindar.

"Heh sini lo kambing ngeselinnnn !!!!" Teriak Naila.

"HAHAHAHAHA coba tangkep gw dulu" 

Bocah dan gadis kecil itu, kini telah tumbuh menjadi remaja walaupun masih saja bertingkah layaknya anak kecil. Sore kali ini diakhiri mereka dengan  saling mengejar satu sama lain.


-----------------------------------------------------------------💕


Ketika senja yang hangat mulai menyambut,  dihiasi oleh tawa yang terasa lengkap karena nya. Mungkin ini lah yang keindahan sesungguhnya. Saat bahagia kita beriringan dengan bahagia dari semesta.

Don't forget to give a like and comment!!! ^^

Maaf kalau terdapat kesalahan dalam penulisan._.



MungkinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang