Your Secret Admirer

13 1 0
                                    

   Aku masih menatapnya dari kejauhan, menatap bulan yang tak akan pernah bisa kugapai, jangankan bertegur sapa, namanya saja aku tidak tahu. Karena pada dasarnya aku tidak ingin memulai sesuatu yang akan kusesali nantinya, mengenal kemudian berharap. Berharap pada sesuatu yang salah. Sesuatu yang takkan kumiliki, tidak dalam mimpi sekalipun. Lama aku memandanginya, sebuah tepukan menyadarkanku pada kenyataan.
"Ngeliatin dia mulu, enggak bosen? Kenapa enggak kenalan aja sih. Biar tau aja gitu,"
"Enggak. Ngeliat dia aja udah cukup, kok."
"Yaudah sih. Ke kelas, yuk. Enggak capek ngumpet di balik pohon mulu?,"
Aku hanya dapat menjawab dengan cengiran kemudian mengikuti temanku ke kelas.
*

**
  Seperti biasa, sekolah selalu menyebalkan bagiku. Dan lebih menyebalkan lagi ketika diminta melakukan sesuatu oleh guru, seperti meminta tanda tangan ekstra ke tiap kelas.
   Kali ini guruku meminta tolong untuk mencarikan tanda tangan ekstrakurikuler Catur. Aku berjalan dari kelas ke kelas, meminta secara sopan karena kebetulan aku tahu orang yang akan aku mintai tanda tangan. Tersisa satu orang, aku tidak tahu siapa orang tersebut. Kemudian, aku memutuskan untuk mencari ke kelas yang tertera di absen.

XI-1

"Yang mana ya?," gumamku ragu setelah sampai di depan kelas XI-1. Lama aku diam disana hingga sebuah tepukan pada pundakku menyadarkanku. Oh shit. Apakah aku bermimpi?

Astaga.

Astaga.

Dia di depanku.

Dia tersenyum.

What the-

"Hai?," Dia melambaikan tangannya ragu di depan mataku.

"I-iya.."

"Dari tadi saya lihat kamu lama bengong disini. Mungkin ada yang bisa saya bantu? Oh, ya perkenalkan nama saya Dimas. Kamu Bella,'kan? Anak kelas X-2?"

Bumi, tolong telan aku sekarang juga.

Dia tahu namaku.

Oh shit.

"Woy? Kok malah bengong,"

"I-iya.."

"Daritadi ngomong iya aja kamu kenapa?," Dia seperti menemukan sesuatu yang lucu.

"Anu...."

"Anu apa, Bella?"

Shit. The way he calls my name.

"Udah ya, Kak! Saya ke kelas dulu!" Aku yakin wajahku sangat merah saat ini. Aku berlari menuju arah kelasku dan aku mendengar Kak Dimas memanggil namaku beberapa kali.

Damn you, Dimas.

Darimana ia tahu namaku?

Kenapa ia tahu aku kelas X-2?

Astaga.

You made flowers grow in my lungs and although they are beautiful- I can't fucking breathe, Dimas.

All In OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang