Part 01

149 3 0
                                    

*G$Hai%3keN&XberM41n%3k1?"

"SK%!%~? &Kenperg^#1sGjisKIREs5#OsK1?

"H#H#. K$5GIstirah52fdfd%^#TSU+BA. H4I#~TG^Sk5tI#D3NGN M3N$$."

Tiga sosok monster duduk di sekitar meja di hadapanku, Menyeruput cairan menjijikkan dari cangkir mereka. Menggeram dan mengeluarkan suara yang tak bisa kugambarkan.

"H#YiST50ST3rngTHzTOVEN#V4rBNSK1^pkzb4?#?!"

"AdN. tTH79HRRM3N1S&8$RZ20Salju$dyZ??!?$$"

"Keci!nD6FScMer. ;k' azS8L135ffff^$@$%kn1JZ."

Dengan mendengarkan mereka secara hati-hati, Aku mampu untuk mengetahui inti dari percakapan mereka dan menanggapi mereka jika aku dibutuhkan.

Hal ini penting untuk menghindari kecurigaan mereka.

Lagipula meskipun tidak terlihat seperti itu, ketiga makhluk itu adalah sahabatku.

Namun meskipun begitu Aku terus berharap agar aku bisa menolak keberadaan mereka, tapi Aku sudah lama menyerah.

Malam demi malam, Aku pergi tidur dan berdoa agar mimpi buruk ini berakhir.

Hanya untuk bangun dan terjebak dalam neraka mengerikan ini seperti sebelumnya.

Aku tahu pada akhirnya Aku harus membiasakan diriku, dan Aku harus bersikap sama seperti yang lainnya.

Aku harus bersikap seperti seperti biasa, menjadi diriku sebelum kejadian mengerikan yang merenggut kewarasanku tiga bulan yang lalu. Dan Aku harus terus melakukannya, berpura-pura semuanya baik-baik saja, sampai Aku mati.

"B&UWRbl;;/unt02bert7Hal#N6@@@"

"NTv9yd1ff:*fMS76;4%73#411&^#anG2St!@@"

Kucoba untuk mendengarkan dengan baik setiap suara yang terdengar. Dari nada suaranya, suara pertama yang datang pasti milik Koji, dan seseorang di sampingnynya, yang bersuara paling keras pasti Omi.

Hal itu berarti gadis lain disampingnya adalah Yoh, meskipun Aku tak bisa lagi melihat wajah cantiknya. Aku benar-benar mencoba untuk tidak memperdulikan bau menjijikkan bagai mayat yang muncul dari kulit dagingnya yang bergerak perlahan, dan terus menganggap bahwa mereka adalah teman-temanku.

"MVFKNfgda#@%mf@*Fmckxvzm#@SDFzxcv32!!!!"

"GRGHRGWn6Td2Ca15#0m3cHnSkT888###"

"W#BTT?IfW6MKN3LTsk62bFN%@%#$%!GDF"

Semuanya telah berubah. Atau hampir segalanya. Oleh perbuatan skenario jahat takdir, hubunganku dengan dunia ini masih sama seperti sebelumnya, hanya saja seorang arsitek gila telah membuat dunia ini tersusun kembali dengan darah dan daging busuk.

Aku dan monster-monster itu berada dalam kelompok kuliah yang sama. Kami belajar bersama, makan bersama -- bahkan kami bermain ski bersama-sama setiap musim dingin.

Tapi semua ini telah berubah menjadi ingatan menyakitkan yang takkan pernah kembali. Jika tidak ada seorangpun yang mau mengakui keberadaanku, maka Aku mungkin akan lari dari kenyataan ini. Lalu beranggapan bahwa Aku telah diculik oleh Alien, atau mungkin Aku tersungkur dan jatuh ke dalam gerbang neraka.

Namun sayangnya tidak, tempat ini adalah kota dimana Aku dilahirkan dan dibesarkan, dengan lingkungan yang menjadi bagian diriku selama dua puluh tahun.

Sayangnya dunia yang selama ini kutahu telah pergi, semuanya telah berubah dan terlihat asing bagiku. Hal itulah yang membuatku merasa bahwa kini tak ada lagi tempat bagiku untuk pulang.

"SDJsdafj3t493074t34t#$T#(fjdkfa###"

"TYK#^t3m4T34,Rg4534j&lg45uje@@@"

"F$Gf43HG#*$G#G3G#G834g43g8FM^^^"

Bagaimanapun juga, Apapun yang mereka katakan bukan urusanku, karena hal itu kini bukan sesuatu yang penting bagiku. Oleh karena itulah kuputuskan untuk tetap diam dan berpura-pura mendengarkan.

Sampai kemudian...

"hEI FuMInoRi." salah satu monster daging itu berbicara padaku dengan darah bermuncratan ke arah mataku. "BaGAimANa mENUruTMu?"

"....Tentang apa?"

Kucoba memaksakan diriku untuk menekan rasa benciku dan bersikap normal, tetapi suara serakku menghancurkan usahaku.

"UH, kAmI MEmbICARAKAN teNTANg pERJAlaNAN SkI tAHUNan. KAmu DATAnG JUGa KaN?"

Lubang berlendir di dekat bagian depan makhluk itu menggeliat dan terlihat memuakkan, seakan Ia memuntahkan kata-kata yang tak kuharapkan. Wajah itu pasti Koji, atau sesuatu yang harusnya masih bisa kulihat tiga bulan yang lalu. Tak mampu menahan tatapan menjijikkan itu, Kupalingkan mataku dan mengucapkan jawaban spontan.

"Aku tidak tahu."

"KaMU puNYa rEnCana lAIn?"

"Tidak juga."

Mereka adalah sahabat terdekatku, dan bahkan salah satu dari mereka ada yang menginginkan lebih dari itu.

Entah sudah berapa lama kuhabiskan malam-malamku dengan menangis dalam kesendirian, menyesali sahabat-sahabatku yang kini sudah tiada dan berubah menjadi monster-monster itu.

Dalam tiga bulan air mataku kering, dan kini hanya ada kebencian di dalam diriku. Dikerumuni oleh makhluk mengerikan yang mungkin adalah Koji, Omi, dan Yoh, Aku menghabiskan hari-hariku untuk mencoba bersikap seperti biasanya. Jika Aku gagal dalam hal ini, Aku yakin pasti Aku akan kembali ke rumah sakit.

Hanya untuk saat ini, akan kukunci perasaanku, tak peduli apapun yang terjadi takkan kubiarkan hal yang tak kuinginkan terjadi.

MaKSUdKU... ITu TidaK SEPerTi AktIVITas FIsIK yaNG BiSA bERAkiBAT fATal PaDA lUKaMu bUKan?"

"Aku tidak yakin. Aku akan bertanya pada dokter saat check-up nanti."

Begitulah, AKu tidak tahan melihat mereka, atau bahkan mendengar suara aneh mereka.

Aku segera berdiri, mencoba mati-matian untuk melarikan diri.

"hEy, fUMiNoRi!"

Percikan lumpur menjijikkan keluar dari mulut makhluk itu dan terbang kearahku. Kucoba untuk melindungi diriku, tapi sudah sangat terlambat untuk membuat lumpur menjijikkan itu tidak memercik pada wajahku seperti kuning telur dalam telur busuk.

Dalam hati Aku berpikir untuk menyelesaikan semua ini, mengangkat sebuah kursi atau meja yang bisa kugapai -- dan menggunakannya untuk menarik paksa nyawa yang bersemayam dalam makhluk mengerikan itu, lalu mengakhiri semuanya.

Kucoba untuk menekan perasaan itu.

Aku seharusnya tidak melakukan hal itu. Bagaimanapun wujud mereka, ini adalah dunia mereka. Akulah yang seharusnya tidak berada di sini.

"Aku tadi sudah bilang kan, Aku harus check-up. Dan Aku harus pergi sekarang."

Berusaha untuk tersenyum, kuambil dompetku dan mengeluarkan uang, lalu meletakkannya di meja tanpa melihatnya lagi. Aku tidak peduli dengan kembaliannya. Apa yang kuperlukan adalah pergi dari tempat ini -- Sekarang!.

"Kalau begitu, AKu pamit dulu," Dengan terbata-bata Aku berkata, lalu melarikan diri dari cafetaria itu.

Aku tidaklah gila.

G

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 16, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Senandung Saya-chan 01Where stories live. Discover now