Pita

574 23 3
                                    

Seorang gadis cantik bernama Pitaloka Diandra tetapi lebih suka jika di panggil Pita karena baginya Pita itu tidak punya arti tapi dia mampu menghiasi rambut si pemakainya. Dia selalu menghiasi rambutnya dengan Pita berwarna Merah Jambu.
.
Hari ini hari pertama dia menginjakan diri ke sekolah barunya, mamah nya yang bernama Diandra harus di pindah tugaskan ke Bandung dan Pitaloka harus menurutinya karena hanya mamahnya yang menemani hari-hari nya saat ini. Dengan terburu - buru Pitaloka melangkahkan kaki nya ke arah gerbang sekolah namun nihil pintu gerbang udah di kunci rapat.
.
'Arghhtt.. kenapa di hari pertama gua bisa telat sih' gerutu Pitaloka dalam hati.
.
Tiba - tiba Pitaloka merasakan pundaknya di sentuh seseorang. Sentuhan yang mampu menyalurkan energi aneh pada tubuh Pitaloka saat ini, dia belum pernah merasakan getaran ini "hey"
.
Pitaloka refleks membalikan badannya dan yang pertama dia lihat adalah 'Bola mata yang indah' seketika tubuh Pitaloka membeku, terhipnotis oleh mata laki - laki yang ada di depan nya sekarang "oh hey" dengan gugup Pitaloka menjawab
.
"Telat?" Tanya laki - laki itu, Pitaloka hanya mengangguk dan merutuki sifat nya saat ini
.
"Pager is time" ujar laki - laki ini semangat. 'Apa maksudnya pager is time?' Pertanyaan yang muncul di pikiran Pita saat ini. Laki - laki tersebut mengandeng tangan Pitaloka dan membawanya ke samping bangunan sekolah. Di depan mereka sudah terlihat jelas pagar yang sudah berkarat tak terurus. 'Apa ini maksudnya dia?' Pertanyaan kembali muncul di otak Pitaloka
.
"Lo duluan apa gua yang manjat?" Pitaloka membulat kan matanya "hah"
.
"Ya elah pake cengo dia. Ya udah gini ajah lo naek duluan abis itu gua" Pitaloka membeku dia di buat membeku "Lu pake daleman kan lu?" Lanjutnya dan Pitaloka hanya membulatkan matanya dengan pertanyaan laki - laki tersebut.
.
"Oke gua duluan yang naek" tanpa menjawab pertanyaan terakhir laki - laki tersebut Pitaloka langsung memanjat pagar tersebut dan hap dia sampai pada bagian dalam sekolahnya "thanks ya bang"
.
"Abang, di kata gua abang bakso" Pitaloka hanya tersenyum ramah "Gumara nama gua Gumara" lanjutnya
.
"Gua Pitaloka, tapi gua paling suka di panggil Pita" jawab Pitaloka. Mereka saling mengulurkan tangan ke sela-sela pagar besi belakang sekolah ini "engga masuk?" Tanya Pitaloka
.
Gumara hanya menggeleng "Pelajaran pertama matematika, dan gua kaga suka pelajaran itu" ucap Gumara dan langsung meninggalkan Pitaloka yang masih mematung di balik pagar "aneh"
.
Ternyata menjadi murid baru itu tidak enak ya? Selalu jadi pertanyaan bagi setiap sisiwa siswi SMA Pelita Bangsa ini. Sekarang sudah satu bulan Pitaloka resmi menjadi murid di Pelita Bangsa, dan semenjak saat itu dia mempunyai dua teman yaitu Karina dan Ratna. Ya Karina dan Ratna termasuk terkenal di kalangan murid kelas XI Pelita Bangsa.
.
Saat ini Pitaloka,Karina dan Ratna sedang berada di kantin seperti biasa Karina di temani dengan kakak kelas laki-laki nya yang bernama Juan dan Ratna ditemani dengan Rajo yang selalu dia anggap kakak laki-lakinya. Rajo dan Juan dua dari tiga the most wanted bagi para adik kelasnya. Juan dan Karina yang memiliki hubungan sejak Karina masih duduk di kelas 9 Sekolah Menengah Pertama. Dan Ratna Rajo yang menjalani hubungan sebagai adek-adean yang tidak memiliki ikatan darah. Seperti biasa Pitaloka hanya membaca novel Dilan miliknya tanpa memperhatikan kedua temannya dan para pasangannya.
.
"Gua suka gayanya Dilan yang selalu menceritakan hal - hal yang tak masuk di akal"
.
"Hah" Pitaloka menurunkan novelnya dan mengamati siapa yang ada di depannya.
.
"Gua suka karakter Dilan" balasnya Pitaloka hanya tersenyum sekilas.
.
"Weh gum tumben lu ke kantin" sambar Rajo.
.
"Kaga tau kenapa hati gua nuntun gua kesini" jawab Gumara statis.
.
"Hey Rat masih jadi ade - adean nya Rajo" Ratna pun mengangguk "inget Rat ade - adean itu pacar yang tertunda" lanjut Gumara.
.
"Kampret lu Gum, bikin Ratna gua blushing kan lu" Rajo mengusap pipi Ratna lembut. Dan Ratna hanya tersenyum malu.
.
Pandangan Gumara kembali pada perempuan berambut panjang yang selalu menggunakan pita di kepalanya "mulai sekarang gua mau jadi Dilan yang nyata di kehidupan lu" .
"Apa" pekik Pitaloka "Gua mau jadi Dilan nya elu. Well,biar gua di perhatiin kaya Dilan yang sekarang lu baca" jawab Gumara.
.
"Aneh" Pitaloka mencibir .
.
"Oke mulai sekarang apa gua boleh meramal kapan kita bertemu? apa mulai sekarang gua boleh menjadi anak motor? apa sekarang gua boleh sering telpon lo? apa gua boleh menceritakan hal - hal yang unik dan membuat lo tertawa? Dan apa boleh sejak di gerbang belakang gua suka sama lo?" Pertanyaan terakhirnya membuat Pitaloka membulatkan matanya.
.
'Bagai mana bisa? Ini nyata?'

 Pita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang