Musim panas tidak pernah semuram ini. Matahari bersinar terik di luar, tapi entah mengapa Jeonghan bergidik dingin. Mungkin suhu AC terlalu rendah. Ia ingat wajah pelayan cafe yang tersenyum geli mendengarnya menyebut latte di siang bolong begini. Lalu masih dengan senyum gelinya, pelayan itu mengantar pesanannya yang masih mengepulkan asap.Di antara wanginya kepulan asap kopi, Jeonghan melihat handphone-nya berkedip. Ia menghela napas sebelum mengangkat panggilannya.
"Ya, Mingyu?" sahutnya
"Jeonghan hyung, kau masih di sana? Aku selesai latihan basket. Aku bisa menyusul sekarang"
"Tidak usah" balasnya jengkel, "Aku sudah pulang" bohongnya
"Serius sudah pulang?"
"Iya. Kau pulang sana." jawab Jeonghan sedikit ketus
"Maaf ya, Sayang, sumpah aku kesiangan, jadi langsung latihan basket."
"Hm"
"Marah, ya?"
"Hhh. Sedikit"
Perhatian Jeonghan teralih ketika mendengar suara kursi berderit. Ada Seungcheol, teman kuliahnya duduk di depannya. Masih dengan seragam kerjanya. Bukan hanya teman kuliah sih, teman sejak TK, iya. Jeonghan menatapnya heran sembari mengucap "Apa yang kau lakukan?" tanpa suara. Seungcheol membalasnya dengan gelengan dan senyum lugas.
"Kututup, nanti malam telfon lagi." Pungkas Jeonghan. Lalu setelahnya ia mengantongi handphone-nya.
Seungcheol terkekeh, badannya bergetar, name tag di dadanya ikut bergetar, "Pacar SMA-mu?" godanya.
Jeonghan mendengus. Poni panjangnya tertiup. Lalu dengan kesal ia menyeruput kopi pesanannya, "Sial, panas ternyata"
Kekehan Seungcheol semakin menjadi melihat wajah Jeonghan makin merah sebal, "Dasar aneh, tengah hari, mana musim panas lagi puncak-puncaknya, kau malah duduk di sini memesan kopi panas. Sementara aku di balik counter ingin minum cola dingin. Kau ini."
"Well, Seungcheol, aku sedang panas dan ingin sendiri." Sahut Jeonghan ketus. Serius, dia sedang marah pada Mingyu, tidak ada mood tertawa, tidak ada mood curhat, dan tidak ada mood melihat Seungcheol.
Lagi-lagi Seungcheol terkekeh, sedikit lebih keras dari sebelumnya.
"Aku bilang apa, semua akan sulit jika kau pacaran dengan yang lebih muda. Apa lagi dia masih SMA. Empat tahun jarak yang lumayan juga, lho"
"Seungcheol, aku sedang panas, dan tidak ingin dikompori sekarang."
Biar kesal, Jeonghan juga merasa ucapan Seungcheol ada benarnya juga. Mingyu, pacarnya masih SMA kelas dua, sedang dia sudah kuliah di semester lima dan sedang magang. Seperti kebanyakan anak SMA lain, Mingyu termasuk yang masih suka main-main, masih suka gampang cemburu, masih egois dan sulit diajak serius. Apa lagi kalau menyangkut Seungcheol, Mingyu jadi gusar bukan main, lalu tiba-tiba overprotektif pada Jeonghan. Tidak boleh ini dengan Seungcheol, tidak boleh itu dengan Seungcheol, dan tidak-tidak yang lain.
Tapi mau bagaimanapun juga, ia tetap sayang pada Mingyu. Mingyu tahu sekali apa yang Jeonghan suka, walau kurang tahu apa yang tidak Jeonghan suka. Mingyu sering berlaku manis padanya, dan ia suka pada Mingyu yang manja padanya. Orang-orang di sekelilingnya pernah bilang, kalau Jeonghan adalah tempat yang tepat untuk bermanja. Salah satunya Seungcheol itu. Dan yang paling penting, semarah-marahnya, sejengkel-jengkelnya dan sesebal-sebalnya ia pada Mingyu, ia tidak pernah bisa mengacuhkan pemuda itu lama-lama.
Seperti hari ini, sejak malam sebelumnya, Mingyu mengajaknya sarapan bersama karena orang tuanya tidak ada di rumah. Jadi, Jeonghan mengajaknya sarapan di cafe tempat Seungcheol dan beberapa temannya bekerja. Mereka setuju, dan janji untuk bertemu jam 7 di cafe. Tapi sampai jam 9, si Tengil Mingyu yang ia tunggu tak juga tampak. Seingatnya, pacarnya itu ada latihan basket tiap hari Minggyu jam 9. Sebal sih, tapi mau bagaimana lagi? Akhirnya ia sarapan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tukang Bohong
Teen FictionKLANG! Lonceng yang tergantung di pintu cafe berbunyi. Jeonghan melongokkan kepala, mencari tahu siapa yang datang. Namun kemudian ia mendengus kecewa, mendapati seseorang yang ia tunggu tak kunjung datang. Asap kopi tercium di mana-mana. Jeonghan m...