by: harajukyu
Bab 1: A Nightmare Called You
***
Yang membuat sedari tadi gadis itu terduduk tidak nyaman adalah tatapan mata itu. Mata hitam yang bersinar kelam, dan kegelapan dalam sorotnya yang menyembunyikan banyak teka-teki tak tertebak didalam dirinya. Meski sorotnya penuh intimidasi, tak pelak membuat nyali dalam jiwanya surut apalagi lenyap. Lalu, ditatapnya balik mata itu dengan raut penuh kebencian. Memang dirinya tidak bisa berbuat apa-apa, namun tak salah jika dirinya pun memiliki jiwa pemberontak yang terpendam disisi lain jiwanya yang sebenarnya selalu diliputi ketakutan.
"Kau harus makan, Yeong-i!"
Pria itu berjalan dengan hati-hati, membawa nampan berisi roti, segelas susu, dan buah-buahan kesukaan gadis itu. Mendekat kesisi ranjang tempat Kim Hyeyoung menyandarkan tubuh ringkihnya pada dasboard ranjangnya, lalu tatapannya yang setajam sembilu berubah sedemikian rupa. Rasa bersalah merayapi hatinya kini, tatkala tatapannya menangkap lebam biru menyayat pada pergelangan Hyeyoung karena ikatannya yang terlalu kuat.
Kim Hyeong menjawab dengan diam. Tak banyak yang ia lakukan selain menatap pria itu tak berkedip, dengan gemuruh didada yang menyesakkan, pun dengan nyala kebencian yang kian berkobar dari matanya tiap kali ia menangkap sosok itu dalam jarak pandangnya.
"Kau mau makan sendiri atau aku harus memaksamu dengan caraku, hm?" Park Chanyeol bertanya dingin, namun dibalik itu sesungguhnya tersembunyi rasa yang menyengat perih ulu hatinya. Sorot matanya yang berkilat sendu, tak dapat menyembunyikan rasa khawatir yang melingkupi relung jiwanya kala melihat keadaan gadisnya yang menyedihkan.
Park Chanyeol merogoh sesuatu kedalam saku celananya. Mengeluarkan benda kecil lalu dengan cepat membuka ikatan besi yang melingkari pergelangan tangan Hyeyoung dengan cepat. Seketika ia meringis, melihat luka itu yang terpampang nyata dikedua pergelangannya yang mungil.
"Aku tidak akan begini jika kau selalu menuruti kata-kataku, Yeong-i" ujarnya tajam. Meletakkan kembali kunci kedalam saku celananya yang aman. Kemudian mengambil segelas susu coklat untuk disodorkan pada gadis didepannya yang menatapnya tidak berkedip.
"Aku tahu kau haus, minumlah" tangan Chanyeol masih setia menyodorkan susu itu kehadapan Hyeyoung.
"Sudah tiga hari semenjak terakhir kali kau minum, apa kau ingin mati kelaparan hm?"
Chanyeol menundukkan kepala, menilik mata jernih gadis itu yang berpendar penuh benci yang ditunjukkan hanya kepada dirinya. Membalas tatapannya yang secara tersirat menorehkan luka yang menyayat perih pada hatinya yang sebenarnya rapuh.
"Kim Hyeyoung.." gumam Chanyeol. Seketika matanya terpejam kala hidungnya menghirup aroma feminim yang menyeruak dari tubuh gadis itu. Aroma yang selalu menggodanya.
Chanyeol segera menegakkan tubuhnya, otaknya yang pintar memerintahkan untuk segera menjauh dari tubuh Hyeyoung yang selalu memanggil api gairah dalam tubuhnya yang menggelegak. Tak ingin ia bertindak gegabah karena memenuhi tuntutan alter egoisnya yang selalu ingin segera memiliki gadis ini sepenuhnya.
"Ini! Minum.." disodorkannya gelas itu untuk yang kesekian kali. Namun, respon apa yang ditunjukkan Kim Hyeyoung sungguh membuatnya menggeram marah. Gelas yang berisi susu coklat panas seketika melayang memenuhi lantai keramik yang berwarna biru cerah. Menimbulkan bunyi yang berpercik nyaring dari serpihan gelas kaca yang terbanting hancur tak bersisa.
Park Chanyeol menipiskan bibirnya. Terkatup rapat menahan gejolak emosi yang tersulut akan tingkahlaku Hyeyoung yang selalu memancing kemurkaannya naik kepermukaan. Ini bukan yang pertama kali memang, sebelumnya ia juga pernah melempar makanan beserta nampannya sekaligus keluar jendela. Namun, jangan sebut dirinya Park Chanyeol jika ia tak mampu membuat seorang gadis lemah untuk menyuap sesendok nasi kedalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Darkness
FanfictionKetika bangun dari tidurnya, Kim Hyeyoung mendapati dirinya terduduk diatas ranjang kamar tidur yang didominasi warna sedikit gelap, dengan selimut putih tebal membalut tubuh mungilnya yang hanya memakai gaun tidur putih polos nan tipis. Ruangan itu...