Past

57 16 10
                                    

Aku dan Nadya sudah berada di rumahku sekitar 25 menit yang lalu. Dia menceritakan segala sesuatunya seputar keluarganya dan sekolah yang sekarang menjadi sekolahku juga.

"Sekarang giliran lo yang cerita, Nov," suruhnya sembari meminum green tea yang dibuatkan olehku.

"Hmm, gini Nad, aku pindah ke Jakarta karena orang tuaku bercerai." Aku memulai ceritaku. Nadya yang mendengarkannya, tersedak hebat.

"Aduh Nadya kalau minum tuh hati-hati," aku mengelus-elus punggung Nadya.

Nadya yang masih terbatuk-batuk, mencoba menormalkan keadaannya. Setelah semuanya sudah normal, dia berbicara, "Anjir Nov, lo kalau cerita jangan bikin gue kaget kali."

"Ya maaf elah, mau gimana lagi?"

"Kok bisa cerai sih?" tanyanya penasaran.

"Makanya dengerin dulu ceritaku baru nanya," ucapku kemudian melanjutkan ceritaku yang sempat terhenti. "Papaku selingkuh Nad. Jadi, Mamaku memutuskan untuk pindah kesini. Ini bukan rumah baru, tapi ini dulu rumah mamaku sewaktu masih kuliah, rumah ini sudah lama tidak terpakai. Ya, walaupun papaku akan tahu kita tinggal di sini, setidaknya di sini lebih nyaman. Berhubung Kak Key juga awalnya kuliah di Bandung, jadi kita pindahnya ke sini deh. Dulu, Kak Key tinggal di kost-an karena dia nggak tahu kalau mama punya rumah di sini tapi, aku sedih Nad. Semenjak aku tinggal disini, mama jadi sibuk kerja. Dia tiap hari pulangnya larut malam, perginya pun pagi banget. Dia tidak punya banyak waktu untuk aku dan Kak Key. Untungnya, aku punya Kak Key yang sangat perhatian dengan aku dan dia bisa mengurus urusan Rumah Tangga jadi, kesedihanku sedikit berkurang," tuturku panjang-lebar, semuanya aku curahkan kepada Nadya. Sudah sangat lama aku ingin menceritakan semua masalahku, dan kini aku menaruh kepercayaanku kepada Nadya.

"Oooh gitu ya Nov, kamu yang sabar, ya. Nanti gue jadi sering main ke sini deh nemenin lo biar lo nggak kesepian lagi. Janji." Nadya menyodorkan kelingkingnya ke arahku. Aku membalasnya dan mengulum senyumku.

Setelah itu kami terdiam di ruang tamu sambil mengemil keripik singkong dan menonton televisi yang menayangkan film action favoritku, Die Hard.

"Eh, kamu cerita dong tentang si Valdo itu!" pintaku pada Nadya yang memecahkan keheningan. Kalian jangan berpikiran yang tidak-tidak. Aku hanya mau mengetahuinya saja. Tidak, aku tidak menyukainya untuk saat ini. Ya, saat ini. Karena tidak ada yang tahu kedepannya nanti bagaimana.

Nadya menatapku dengan tatapan jahil. "Oh.my.god, plis jangan berpikir yang tidak-tidak, Nad," keluhku yang tidak tahan dengan tatapan jahilnya itu.

"Lo suka ya sama Valdo? Suka pada pandangan pertama, ea HAHA," katanya dengan keyakinan penuh.

"Plis ya Nad, kamu hilangkan pikiran negatifmu itu. Aku tidak seperti itu. Tahu dia aja enggak, apalagi mau suka. Dih," ujarku yang aku sendiri tidak yakin dengan perkataanku tadi.

Yaa jujur aja sih, Valdo memang tampan maksimal, apalagi saat kedua manik matanya bertatap dengan manik mataku. Hmm tapi, aku belum tahu bagaimana sifat aslinya. Ya mungkin aja wajahnya baik tapi perilakunya tidak, dih.

"Yaa siapa tahu aja kan, jatuh cinta pada pandangan pertama, eaa," godanya yang aku balas dengan mata yang melotot. "Oke-oke. Valdo tuh pemilik sekolah kita, lebih tepatnya itu adalah warisan dari kakeknya untuk dia. Dia tuh ya, ganteng tapi nggak playboy. Biasanya kan cowok yang ganteng tuh playboy, brengsek, pembuat onar, tapi dia? Enggak. Malahan nih ya, dia selalu marah kalau ada cowok yang nyakitin cewek. Lo tau nggak sih? Valdo tuh baru sekali pacaran. Itupun masih susah move on. Gue aja greget liatnya. Andaikan aja gue bisa menggantikan posisi si mantannya itu," Nadya menjelaskannya dengan ekspresi yang menurutku berlebihan.

Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: Jun 02, 2018 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

The Lost RainbowHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin