Yes i'm yours.

192 24 4
                                    

Pagi ini sama saja seperti pagi pagi sebelumnya, membersihkan tempat tidur, membuat sarapan dan mencuci piring bekas sarapannya tentu saja.

Yang berbeda hanya, kali ini ia harus membangunkan suaminya, ya, suaminya, membuatkan sarapan juga untuk suaminya, mencuci piring untuk suaminya, membereskan baju untuk suaminya. Hanya itu, hanya.
.
.
Dengan cekatan ia membersikan piring bekas makannya. Ia fikir ini masih terlalu pagi untuk membangunkan Soonyoung.
Namun..

"Eunha-ya" suara serak khas orang bangun tidur terdengar jelas di telinga Eunha. Sangat jelas. Bagaimana tidak terdengar jelas? Bahkan ia memanggil Eunha tepat di telinganya, jangan lupakan tangan yang melingkar sempurna di pinggangnya.

Darah Eunha berdesir cepat, bulu kuduknya merinding, jantungnya berdetak duakali lebih cepat. Namun dengan cepat ia menetralkan keadaan.

"Hmm"

"hari ini kau libur kan?" lagi. Ia berbicara tepat di telinga Eunha.

"T-tidak soonyoung, aku ada kuliah jam 9 nanti" terangnya sembari memegang tangan yang melingkar di pinggangnya dan mencoba melepasnya.

"Tapi aku libur, kenapa kau tidak?" gagal. Soonyoung mempererat pegangannya dan menghisap aroma tubuh Eunha.

"Kau ini, pintarlah sedikit, bahkan kau baru wisuda tiga hari yang lalu, tentu saja tidak ada kuliah" protesnya lalu mendorong kepala Soonyoung.

Sementara soonyoung hanya diam lalu menunjukkan cengiran khasnya.

"Kau cepatlah mandi, bau badanmu bahkan tercium dari radius 5 kilometer" ucapnya lalu melepas pelukan soonyoung ㅡkali ini berhasilㅡ dan menata piring yang sudah ia bersihkan. Menghiraukan sang suami yang sekarang menunjukkan ekspresi kesalnya.
.
.
Suara klakson mobil memenuhi pendengaran Soonyoung. Dengan sigap ia menancap gas karena tidak mau menjadi bahan amukan pengedara lain. Salahkan Soonyoung yang mencoba mencium Eunha saat lampu merah. Berterimakasihlah kepada yang memberi klakson karna sudah menyadarkan Soonyoung.

"Kau gila Soon"

"Kau hebat"

"Hah?"

"Kau hebat sudah mau menikah dengan orang gila sepertiku"

"Terserah"

Keheningan pun terjadi beberapa saat. Hingga akhirnya seorang membuka suaranya.

"Kau pulang jam berapa? Biar aku jemput" tidak seperti biasanya. Padahal Soonyoung selalu menyuruhnya pulang duluan karena ia sibuk dengan urusan kantornya.

"Mm, jam 4 sore munkin. Tumben kau ingin menjemputku, kau tidak sedang sibuk kan?"

Ya begitulah Soonyoung, sudah lulus bukan berarti bisa bersenang senang tanpa beban. Bahkan ia harus menanggung beban yang lebih berat karena setelah lulus ia dipercaya appanya untuk memegang kendali 3 cabang perusahaan. Libur? Libur itu saat ia meminta minta, memaksa, merengek, mengeluh kepada appanya bahwa ia lelah, pusing dan ingin waktu refreshing. Sulit memang.

"Aku sibuk setelah menjemputmu nanti" ucapnya lalu menghembuskan nafasnya.

"-karna aku akan menyibukkan diriku denganmu" lanjutnya lalu melirik sekilas ke tempat duduk disampingnya.

"Memangnya ada apa?" tanyanya heran.

"Ah biar nanti aku ceritakan. Dan bahkan kita sudah sampai di kampusmu hampir 15 menit yang lalu"

Eunha memandang sekitar dan menunjukan cengirannya.

"Terimakasih sudah mengantarku" begitu cepat, tidak terlalu terasa, namun mampu membuat raut muka Soonyoung berseri. Eunha-baru-saja-men-ci-um-nya. Ya, hanya kecupan singkat di bibirnya, lalu ia keluar mobil dan masuk kedalam gedung kampus. Walaupun singkat, ini begitu jarang Soonyoung dapatkan. Jika Soonyoung meminta yang ada Eunha mengatainya mesum bahkan menjitak kepalanya.
.
.
"Jung Eunha!" panggil seseorang kepada Eunha saat ia sedang berjalan di lorong kampus. Suaranya berat, namun seperti anak kecil saat memanggilnya. Tentu saja ia pria.

Biggest MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang