Isi bab tidak lengkap, kalian bisa baca lengkap di aplikasi Dream/Innovel ya, terima kasih :)
Baca juga cerita kedua ku, "Atala's Husband", masih on goin di wattpad ya.
Lyra POV
Sinar senja menyapaku di balik tirai kamar rumah sakit. Suasana hening masih setia menemani setiap hari. Entah sampai kapan itu berakhir. Seringkali aku merindukan teriakan mama untuk menyuruhku mandi atau membantu beliau di kebunnya. Merindukan ayah yang duduk di dekat mama sambil menyeruput kopi seakan beliau takut kehilangan mama. Bahkan jika sehari pun mama tak ada dirumah, beliau seperti kesetanan. Lempar barang sani sini. Aku kecil dulu bingung dengan sikap ayah. Ayah selalu marah jika mama tidak ada di rumah, tapi beliau juga selalu memarahi mama jika ada mama di dekatnya.
Berbicara soal keluarga, jangan lupakan abangku yang ganteng itu. Iya, bang Rey namanya. Sedari kecil aku memang tidak dekat dengannya. Aku tidak pernah mengerti mengapa dia selalu sibuk dari kecil. Setiap aku mengajaknya bermain, pasti dia selalu bilang dia sibuk. Aku kecil hanya bisa mengangguk nurut. Takut jika bang Rey marah, guci milik mama terlempar ke arahku. Sifat abangku yang satu itu sama persis seperti ayah. Keras dan emosional. Berbeda dengan aku dan mama, kami perempuan hanya bisa takut jika para lelaki memaki atau melempari kami dengan benda benda di rumah.
Hingga menyebabkan mamaku meninggal. Saat itu, aku berfikir pasti ayah dan bang Rey makin leluasa menyiksaku. Dan dugaanku ternyata benar, makin hari memar ditubuhku bertambah. Entah sudah berapa banyak luka yang mereka toreh difisik maupun batinku. Perlakuan seperti itu membuatku benci akan lelaki kasar. Sampai akhirnya Raymond datang menawarkan sandaran untukku. Dan dengan senang hati aku menerima itu karna aku merasa... aku memang butuh seseorang kala itu.
Tapi sekarang, sepertinya aku harus sendiri lagi. Mengetahui kenyataan bahwa Raymond telah selingkuh membuat diriku muak. Dia memang tidak menyakiti fisikku. Tapi dia melukai hatiku. Belum lagi kenyataan bahwa aku memiliki penyakit yang cukup ganas. Ya, aku sudah mengetahui penyakit itu dari dokter kemarin. Beliau bilang aku memiliki kista diperut bagian kanan. Jika kista itu membesar, kemungkinan diriku mempunyai anak akan kecil. Bahkan bisa saja rahimku diangkat.
Saat itu aku menangis, memiliki seorang anak adalah anugrah tersendiri bagi kaum wanita. Tak terkecuali aku, akupun ingin menimang anakku kelak nanti. Walaupun kenyataan itu masih jauh sekali kugapai.Tapi keinginan itu tetap ada didiriku, berharap agar anakku kelak dapat menemaniku seumur hidup. Menjadi penyemangat hidupku kelak. Tak apa aku tidak memiliki pasangan hidup. Asalakan ada anakku itupun sudah cukup.
Tok tok tok
"Masuk."
"Assalamualaikum Lyra . . . " aku berbalik mendapati pak Endro membawa nampan yang berisi bubur dan susu. "Walaikumsallam pak... hey untuk siapa itu?" ucapku mengusir suasan sedih dalam hati.
Pak Endro terkekeh," Untukmu anakku." aku tersenyum menanggapi ucapan pak Endro. "Jika butuh sesuatu, panggil bapak saja ya." aku mengangguk pelan. Setelah pak Endro menutup pintu aku segera bangkit dari kasur. Menuju kamar mandi dan membasuh wajahku. Setelah itu aku keluar kamar menuju kamar rawat Farrel. Sedari pagi aku belum melihat keadaannya.
Saat di depan pintu, aku mendengar pak Endro berbicara serius pada Farrel. Ku urungkan niat untuk masuk. Tak mau mengangganggu percakapan antara ayah dan anak itu.
PRANK
Sontak aku berjingit kaget mendengar pecahan berasal dari dalam. Aku segera membuka pintu dan betapa terkejutnya aku melihat pak Endro jatuh tersungkur dengan vas bunga beling pecah di samping tubuhnya. Segera ku bantu beliau untuk duduk di sofa. Sebenarnya apa yang terjadi disini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Married (Sudah terbit di DREAM/INNOVEL GRATIS)
RomanceAku mencintainya . . . bukan, bukan . . aku sangat mencintainya. Tapi ego dan masa lalu menutupinya. Kini ku tahu, bahagia itu sesederhana mencintai seseorang yang juga mencintaimu. Je t'aime ma Lyra. Farrel, suami mu. HALO, CERITA INI SUDAH ADA DI...