"Lebih baik kita berteman saja. Gue udah anggap lo kakak laki-laki gue. Gue minta maaf karena gue gabisa balas perasaan lo. I am so sorry, dzikran"
Shit!
Kata-kata penolakan itu terus berdengung di kepala gue. Dia. Gadis terdekat, gadis yang gue sayang, gadis yang gue jaga, dan yeah, gadis yang gue cinta. Gue enggak pernah nyangka dia bisa ngomong seperti itu ke gue. Gue kira, dengan kedekatan kami selama ini, dia juga punya persaan ini. Dia menolak gue dengan kalimat yang SANGAT MAINSTREAM, namun menyakitkan.
Damn!
Ok, biar gue perjelas. Ehm! Ehm! Nama Hanafiah Dzikran Sahri. Gue punya seorang sahabat wanita. Gadis. Ya, her name. Hanya Gadis. Tidak ada embel-embel lain. Menurut pengalaman gue selama ini, biasanya yang bernama Gadis bertingkah laku lemah lembut dan feminim. Eits! Tunggu! Gadis sahabat gue itu ANTI MAINSTREAM. LIMITED EDITION. Gadis sahabat gue itu jauhhhhh dari kata feminim.
Dua tahun yang lalu...
"Selamat malam, Gadis! Selamat malam, Dzikran!" Sepasang sahabat yang merasa nama mereka dipanggil pun menjawab.
"Selamat malam juga, Lily!" jawab keduanya dengan serempak.
"Seperti biasa?" Tanya orang tersebut-Lily-
"Yep!" jawab sang perempuan.
"Ok, I'll be back. Wait couple minutes, love birds!" balas Lily sambil pergi meninggalkan sepasang sahabat tersebut tak lupa pula dengan kediapan mata.
"Huuft... Always like that" si perempuan menggerutu.
Sepasang sahabat tersebut adalah Dzikran dan Gadis. Kebetulan, karena malam ini malam minggu dan keduanya sedang jomblo-lebih tepatnya Dzikran yang baru putus dan Gadis yang belum pernah pacaran-, apa salahnya jalan dengan sahabatkan?
Tempat nongkrong mereka kali ini adalah cafe yang biasa mereka kunjungi.
"Dis!" Dzikran membuka pembicaraan.
"Hmm.." Gadis hanya bergumam dan tak melepas pandangan dari layar ponselnya.
"Gadis!!" panggil Dzikran lagi
"Apaan sih-" kata-kata Gadis terputus karena kedatangan Lily.
"Oops! Sorry mengganggu. Gue cuma nganterin pesanan kalian" kata Lily sambil meletakkan pesanan kedua sahabat tersebut. "Gue permisi" lanjut Lily pamit undur diri. Lily adalah seorang pelayan yang bekerja di cafe tersebut.
"Lo ga aus ngejomblo mulu?" kata Dzikran
"Enggak"
"Masa?"
"Bodo!"
"Gue serius Gadis!" Gadis terkekeh
"Ok,ok. Jujur, yeah, sedikit. Gue kesepian tiap malam minggu. Lo jalan sama pacar lo, bonyok gue gapernah pulang, dan gue bosen liat muka lo mulu kalo jalan. Ganti muka, gih! Sama mukanya Harry Styles"
"Harry Styles? Personil One Direction, kan? Sejak kapan lo suka begituan? Wah, ada kemajuan. Harus buat syukuran nih!"
"Sejak negara api menyerang"
"Gadis!" panggil Dzikran lagi.
"Apaan lagi ,sih, Dzikran!!" jawab Gadis kesal.
"I love you"!