Power of Love

111K 1.9K 28
                                    

Cast : Aluna Alexandra, Stevan Ferdinanz

Seorang anak perempuan berusia sepuluh tahun keluar dari sebuah took bahan makanan dengan menjinjing plastik besar. Ia berjalan susah payah membawa plastik belanjaan yang mungkin beratnya lebih dari setengah berat badannya.

"Minggir Al... Minggir.....!!!"

Tiba-tiba dari arah kanannya muncul anak laki-laki yang sudah sangat dikenalnya, laki-laki empat tahun lebih tua darinya itu melaju kencang dengan sepeda roda dua. Anak perempuam itu terkejut, ia tidak sempat menghindar sehingga tabrakan pun terjadi. Sepeda anak laki-laki itu menimpa tubuh si anak perempuan kecil yang terjatuh membentur aspal. Anak perempuan itu meringis kesakitan, lengannya tergores dan mengeluarkan darah, isi kantong belanjanya berserakan.

"Kan aku sudah bilang minggir...!!"

"Kakak kira dengan jarak sedekat itu dan sangat tiba-tiba bisa membuat Aluna menghindar?"

"Reflekmu memang payah."

"Kak Stev yang salah kenapa aku yang kena marah!"

Aluna berjongkok memunguti belanjanya yang berserakan, ia mendengus kesal saat menyadari kantong belanjanya tidak bisa digunakan lagi.

"Tunggu disini, aku akan membeli kantong untuk belanjaanmu."

Tak berapa lama Stev pun kembali, ia membantu Aluna memasukkan belanjaan yang tercecer ke dalam kantong baru.

"Untuk lukamu."

Stev menyodorkan perban ke Aluna, Aluna hanya melirik perban itu dan berjalan menjauh. Stev mengambil sepedanya dan menuntun sepeda itu mengikuti langkah Aluna.

"Hei, kau marah?"

Aluna diam tidak berniat mengeluarkan sepatah katapun.

"Maaf, aku yang salah. Rem sepedaku rusak."

"Sudah tahu rusak kenapa tidak pelan-pelan!!"

Stev tersenyum bahagia, "Kau sudah tidak marah." Aluna mendengus kesal dan mempercepat langkahnya.

---

Siang itu sangat cerah dengan angina berhembus pelan membuat udara menjadi semakin sejuk. Aluna sedang asik membaca buku di sebuah taman tempat anak-anak seusianya biasa menghabiskan waktu siang untuk bermain. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menjitak kepala Aluna. Aluna meringis dan menemukan anak laki-laki terkikik berdiri di sampingnya.

"Kak Stev mulai lagi."

"Kau baca apa?"

Stev duduk di samping Aluna sambil memperhatikan Aluna yang asik dengan bukunya. Aluna mengangkat buku yang dibacanya sehingga Stev bisa melihat sampul dari buku itu.

"Kesehatan lagi?" Aluna mengangguk.

"Kau sangat ingin bekerja di kesehatan saat besar nanti?" Aluna mengangguk lagi.

"Apa asiknya?"

"Menyelamatkan orang sakit sama dengan membahagiakan keluarganya. Aku tidak ingin ada orang yang sedik sepertiku karena tidak bisa menyelamatkan ayah ataupun orang yang disayanginya."

Stevan terdiam mendengar jawaban Aluna, Aluna yang menyadari itu tersenyum kecut.

"Maafkan aku yang tidak bisa membawa ayahku datang lebih cepat menyelamatkan ayahmu."

"Itu bukan salah kakak, lagipula saat itu paman baru pulang dari tugas luar kota. Ah ya, kata ibu, kakak akan pindah, benarkah?"

Stev menghela nafas panjang, "Ya, benar. Ayahku ditugaskan ke rumah sakit di ibukota jadi kami sekeluarga harus pindah."

Power of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang