Akhir Desember (cerpen)

87 10 6
                                    

cerita ketiga dari saya, semoga kalian yang mebaca ataupun melihat cerita ini suka dengan karya saya ini.
cerita ini hanyalah sebuah fiksi dan saya dedikasikan cerita ini untuk teman saya yang namanya mau saya cantumkan dalam cerita ini. mampir juga kecerita saya yang lain ya..

***

Akhir Desember adalah hari yang sangat dinanti-nanti oleh seluruh umat manusia dimuka bumi ini. Sebuah perayaan besar dengan warna warni kembang api menutup tahun dan berganti ketahun yang baru. Mengganti kalender lama dengan yang baru. Sama seperti tujuan mereka keluar malam ini aku pun tidak ingin melewatkan untuk berpartisipasi dalam perayaan tahunanan ini.

Namun agaknya tujuanku sedikit berbeda dari mereka. Karna penantianku akan akhir desember kali ini bukan untuk merayakan, melainkan untuk mengakhiri. Iya, mengakhiri sebuah permainan menarik yang dia mulai lima tahun lalu secara sepihak. Tapi permainan itu belum selesai, karna bukan dia yang harus mengakhirinya tetapi aku. Aku yang akan mengakhirinya dengan caraku sendiri.

Permainan itu, permainan sekenario cintanya yang melambungkan hayalku pada suci ikrar pernikahan. Namun terhempas dengan kejam pada kenyataan pahit dengan sebuah kata 'taruhan'. Mereka menjadikan cintaku hanyalah sebuah lelucon yang pantas ditertawakan. Harga cintaku hanya sebatas mobil ferari yang sekali injak truk tronton saja sudah tak berharga. Kalian fikir harga cintaku semurah itu?

Aku masih ingat jelas tawaan lelaki yang kucintai saat dia mendapatkan mobil barunya. Bagaimana dia mencampakkan Aku dengan kata jalang! Dia yang mengakhiri hubungan tepat saat kembang api berpijar dilangit malam. Akhir desember. Semua berawal dari sana, dan sekarang semua akan berakhir kembali diakhir desember. Permainan yang menarik bukan.

Aku memandang satu titik tak jauh dari tempatku berdiri. Sepasang pasangan muda yang tengah dimabuk cinta. Dulu aku juga seperti mereka. Aku mengeluarkan moncong pistolku dari balik jaket dengan gaya yang tidak mencurigakan. Bagaimana pun juga ini tempat umum. Sedikit hiburan sebelum kejutan besar, tak masalah. Aku mengarahkan moncong pistol kesayanganku pada silelaki.

Door!!

Suara bising itu mengalahkan riuhnya suasana. Semua orang panik mendengar suara menyenagkan itu, yeah that's fun for me. Aku kembali menyembunyikan pistolku ketempat semula. Kerumunan sudah terbentuk disekitar pasangan muda itu. Aku ikut berjalan menghampiri mereka dengan muka yang kubuat sekhawatir mungkin.

"Apa yang terjadi?" aku bertanya pada pemuda disampingku yang ikut berkerumun. "Ada orang tak waras yang menembak lelaki itu" ujar si pemuda. Aku memasang wajah ngeri yang kentara. Melihat siperempuan yang menangis meraung memanggil kekasihnya. "Menakutkan" tapi ini baru awal.

"Shinta"

Suara itu! He come! Aku membalikan badanku, melihat rupanya yang tak jauh beda saat lima tahun lalu dia meninggalkan aku, lebih tepatnya aku yang pergi menghilang darinya. Senyum termanis kusunggingkan untuknya. "Hai Edo"

"Apa kamu sudah lama menunggu?"

Tidak sayang, kau terlalu cepat. Aku memintamu kemari jam 11 malam dan sekarang masih jam setengah sebelas. Terlalu cepat 30 menit. "Tidak juga"

"Ada apa disana?

"Ada orang tak waras yang main senjata api. Dan seorang pemuda jadi korbannya" dan setelah itu kau sayang. Aku menatap datar dia yang tampak ngeri dengan peristiwa itu. Aku suka wajah ketakutan itu.

"Kalau begitu ayo, kita cari tempat lain. Orang tak waras itu pasti masih disekitar sini" dan orang tak waras itu malah kamu ajak pergi.

***

"Nah sekarang kita sudah sampai. Dari sini kita masih bisa melihat kembang api kok"

Spot yang indah memang untuk menyaksikan kembang api. Taman pinggir danau, yang di hiasi lampu neon warna warni. Tapi ini terlalu sepi dan remang. Aku ingin tempat yang benderang dan banyak orang, agar mereka bisa melihat pertunjukkan dariku.

"Aku lebih suka kita ke alun-alun kota"

Dia mengerjap sebentar merasa bingung namun kemudian mengiyakan permintaanku. "Baiklah"

***

"Disini ramai sekali"

Alun-alun kota memang selalu ramai sayang, apalagi dihari pergantian tahun. Jangan bodoh! Kau yang lebih lama tinggal disini.

"Setelah kejadian itu kau menghilang kemana?"

Aku menatapnya yang balas menatapku ragu. Apa kau merasa bersalah sekarang? Sayangnya terlambat untuk penyesalan. "Aku ke Lombok dan menetap disana selama lima bulan. Kemudian pindah ke Jerman dan menjadi penulis roman picisan disana. Dan baru kembali sekarang". Tidak! Aku kembali setiap menjelang akhir desember. Menjalankan permainanku.

"Dimana teman-temanmu? Lucas, Darren, Rion dan Bima? Kalian biasanya selalu bersama?". Tidak perlu dijawabpun aku sudah tau jawabannya. Seketika raut wajahnya menjadi murung. Ah jangan bersedih sayang, kau juga akan berasama mereka kok.

"Lucas, Darren, dan Bima sudah meninggal.." wajah tampan yang kurindukan menjadi murung, terlihat jelas ada gurat kesedihan disana.

"Rion koma sudah dua tahun ini, karna kecelakaan". Iya, karna Rion Dimaafkan. Tapi dengan ganjaran yang setimpal. Dia akan cacat selamanya. "Tapi dokter bilang Rion akan lumpuh dan buta selamanya ketika dia sadar nantinya"

"Sudahlah jangan bersedih. Kita kesini untuk merayakan Tahun baru, bukan?" aku menepuk pundaknya bersimpati. Ah! Edo ku yang malang.

"Ah ya, maaf. Aku terlalu terbawa suasana"

"Masih ada setengah jam lagi menuju jam dua belas" dia melirik arloji dipergelangan tangan kirinya. "Sekarang kita mau melakukan apa?" dan wajah itu kembali menatapku lurus.

"Menunggu"

Aku terus menatapnya, memperhatikan setiap gerak geriknya. Nampak dia tak nyaman kupandangi seperti itu. Memang apa yang kau harapkan Edo ku tersayang. Kau berharap aku memelukmu? Jangan bermimpi, karna nantinya kau bisa bangun dengan kenyataan yang menyedihkan. Akan lebih baik jika kau tidur selamanya dalam mimpimu.

"Apa ada sesuatu diwajahku?" Edo bertanya

Aku menelengkan kepalaku, menelisik wajahnya lebih dalam kemudian menggeleng pelan untuk menjawab pertanyaannya "tidak ada"

"oh ya, baguslah kalau begitu" dia terlihat begitu gugup, melihat kesana kemari menghindar dari tatapanku yang seakan menghakiminya. "Edo" dia berhenti mencari pengalihan, melihatku penuh Tanya diwajahnya.

"sebenarnya aku tahu penyebab semua yang terjadi pada sahabatmu"

Hitungan mundur dimulai...

Sepuluh...

"Lucas, dia mati karna tertabrak kereta"

Sembilan...

"Darren mati karna seseorang memenggal kepalanya"

Delapan...

"Bima, dia overdosis karena narkoba"

Tujuh...

"Rion akan cacat selamanya"

Enam...

"Rion dimaafkan"

Lima...

"kau tau Edo.."

Empat...

"bagian yang menarik adalah.."

Tiga...

"saat akhir desember. Dan.."

Dua...

"saat giliranmu tiba"

Satu...

Aku berlari kearahnya memeluknya erat sebagai tanda perpisahan sebelum akhirnya bom yang dipasang ditubuhku meledakkan ku dan Edo bersama-sama. Kami hancur bersama dalam kepingan menjijikan. Dan itulah kejutan terakhirku untuk tahun baru kali ini. Akhir desember and welcome to January.

END

***

maaf masih banyak Typo dan cerita yang kurang menarik. sekali lagi terimakasih sudah mampir..


Akhir DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang