Psst.

64 6 8
                                    

Psst, biar kuceritakan satu rahasiaku.

Tiga tahun yang lalu, aku jatuh cinta pada seseorang yang belum pernah aku temui. Aku jatuh cinta pada stranger. Diawali dengan tulisanmu yang membuatku kagum. Yang entah mengapa, aku langsung menelusuri media sosialmu untuk mencari tahu informasi tentang kamu. Waktu itu, aku kira aku hanya suka biasa. Hanya rasa suka sederhana yang nanti juga akan hilang. Tapi ternyata tidak.

Aku semakin rajin mengikuti update statusmu. Kamu boleh anggap aku stalker. Aku juga nekat nyapa kamu supaya kamu tahu aku ada. Aku nekat kirimi kamu pesan langsung untuk berpura-pura curhat. Bercerita tentang orang yang aku suka. Bercerita tentang orang tak begitu aku kenal. Bercerita tentang kamu.

Kamu memberi respon baik. Statusku kamu balas. Pesanku kamu balas. Aku semakin melambung tinggi saat kamu dengan iseng menggombaliku. Kita jadi sering berbincang. Aku di tempatku dan kamu di tempatmu. Aku tak pernah berpikir aku akan mengatakan perasaanku. Dan aku tak pernah bermimpi kamu akan menyadarinya. Bahkan membalasnya.

Kamu bahkan memanggilku dengan nama yang berbeda dari teman dan keluargaku. Ketika mereka memanggilku dengan potongan depan dari nama depanku, kamu malah memanggilku dengan potongan belakang dari nama depanku. Dan kamu sukses bikin aku melayang.

Semakin lama, aku semakin gemas untuk jujur. Dengan segenap keberanian, kuungkapkan perasaanku. Kuakui orang yang kuceritakan itu kamu. Semua tentang kamu. Aku hanya mengganti kata 'kamu' dengan 'dia'. Jujur, aku takut kamu akan menjauhiku. Aku takut kamu akan risih dengan aku yang notabene seorang stranger, mengakui aku suka kamu.

Aku tahu itu gila. Aku juga tahu itu nekat. Tapi bayangkan kalau aku tak pernah bilang. Kamu tahu maksudku kan?

Diluar perkiraan, kamu malah memberiku respon positif! Kamu bilang kamu kaget, pastinya. Walau kamu memang sudah sedikit curiga orang yang kusebut dia adalah dirimu sendiri. Kemudian kamu bilang kalimat itu. Kalimat ajaib yang membuat wajahku semerah tomat. Kalimat yang menjelaskan kalau kamu juga memiliki perasaan yang sama denganku.

Aku senang bukan main! Seumur hidup, belum pernah aku sebahagia ini saat menyukai seseorang. Oh, saat itu aku masih mengira rasa ini hanya rasa suka yang biasa.

Aku semakin sering berbalas pesan denganmu. Kamu semakin terbuka dan menarik. Aku semakin senang dan melambung. Lalu malam itu, kamu menembakku. Menjadikan aku pacarmu, meski kita belum pernah berjumpa dan bertukar suara. Sekali lagi, aku senang bukan main!

Selama berpacaran, kamu semakin manis. Ucapan-ucapan yang sebelumnya aku tak suka, malah sukses membuatku lumer kalau kamu yang mengucapkannya. Kamu itu ajaib, kau tahu?

Di bulan pertama, aku hampir saja bisa bertemu denganmu. Aku sudah berada di kota yang sama denganmu saat itu. Tapi sayangnya kau memiliki urusan lain. Jujur, aku sedih saat itu. Tapi mau bagaimana lagi, ya kan? Mungkin kita belum berjodoh.

Di bulan kedua, beberapa masalah mulai datang. Kamu dan aku diambang bimbang. Aku tak ingin putus, tapi aku harus putus. Kamu juga sama. Kamu bilang tak ingin putus, tapi...

Dengan kesepakatanmu, aku memutuskan hubungan. Mari kita sebut ini putus baik-baik, oke? Kamu berpesan jangan sombong, begitupun aku. Aku dan kamu sepakat untuk tidak sombong satu sama lain meski sudah tak ada status apapun diantara aku dan kamu.

Satu tahun. Aku dan kamu sama-sama sibuk. Masih suka bersapa, tapi tidak sering. Itu pun aku yang harus memulai. Karena kamu sibuk dengan organisasi dan sekolahmu. Aku mengerti.

Hampir dua tahun. Aku berdoa kamu ingat ulang tahunku. Tahu, kan, tahun sebelumnya kamu sempat lupa dua sampai tiga bulan. Tapi aku tak apa. Yang penting kamu ingat dan memberiku selamat. Dan aku beruntung! Sebuah kejutan datang di ulangtahun yang spesial itu. Kamu memberiku pesan suara. Untuk pertama kalinya aku mendengar suaramu. Dan aku suka.

Aku yang sebelumnya mengira hatiku sudah berpaling, malah jatuh semakin dalam terhadapmu. Aku bingung. Kenapa susah sekali untuk berpaling darimu? Semakin aku ingin berpaling, semakin kuat pula aku jatuh.

Aku pikir, mungkin kalau aku biarkan, lama-lama aku akan berpaling. Maka kuputuskan membiarkannya. Tahu apa yang terjadi? Perasaan itu sudah meradang. Sudah menempel sangat keras dan sulit dihilangkan. Perasaan itu semakin parah.

Dan parahnya lagi, kamu semakin sibuk! Mana tega aku mengganggumu? Mana tega aku buat kamu menunda pekerjaan hanya karena aku rindu? Jadi kubiarkan perasaan itu meradang bersama rindu yang mengembang.

Aku memberimu nama 'senja'. Kenapa? Karena kamu menghangatkan, tapi sulit di gapai. Kamu jauh. Sangat tak mungkin bisa ku gapai. Aku hanya pengunjung pantai yang rajin mengamatimu. Dan sialnya belum tentu kamu juga melihatku.

Tiga tahun kurang. Sudah cukup lama sejak terakhir kamu membalas pesanku. Kamu berubah. Kamu orang sibuk yang menyebalkan. Tapi lebih menyebalkan aku yang tak bisa berpaling.

Tanpa sadar, kubiarkan hati ini menunggu. Kubiarkan ia berharap padamu. Kubiarkan ia berpikir kamu juga merasakan hal yang sama sampai sekarang. Dan aku baru menyadarinya sekarang.

Beberapa bulan yang lalu, aku memperbaiki ponsel. Aku kehilangan semua kontak temanku. Termasuk kamu. Beruntung sahabatku memiliki kontakmu. Dengan cengiran lebar, aku simpan nomormu dan mengecek kontak whatsapp.

Tahu apa yang kutemukan?

Fotomu berdua dengan perempuan yang dulu pernah kucurigai menyukaimu, disertai status yang sedikit mencurigakan.

Aku patah hati.

Seumur hidupku, belum pernah aku merasa sepatah ini. Aku sampai menitikkan airmata, kau tahu? Aku merecoki sahabatku. Memintanya menginap di rumahku karena aku sudah rindu padanya setengah hidup.

Dia datang. Aku dan sahabatku menelusuri sosial media kamu dan perempuan itu. Dan aku menemukannya. Bukti kuat kalau kamu sudah berpaling. Kamu sudah pindah hati. Kamu sudah melupakanku.

Sekali lagi, aku patah hati.

Aku tak tahu kamu secepat itu berpaling. Atau aku yang banyak berharap, ya? Aku tak tahu kamu orang yang seperti itu. Cukup sia-sia rasanya aku menunggumu sampai saat ini.

Hampir tiga tahun, lho. Aku sudah menyukaimu (atau mungkin mencintaimu?) hampir tiga tahun. Tanpa kabar, tapi aku tetap melihatmu.

Dan sekarang aku tertawa melihat keadaanku sendiri. Mau tahu bagaimana?

Bayangkan saja seorang anak perempuan yang duduk sendirian di pinggir pantai, diam mengamati senja yang bergerak perlahan kembali ke peraduannya. Hatinya terlalu terpesona sampai ia lupa waktu. Ia terus mengamati senja itu tanpa bosan, meski sang senja sedikit demi sedikit melangkah pergi menjauh dan menghilang.

Sama seperti kamu.

Inilah rahasiaku. Memendam rasa pada sang senja sampai hampir tiga tahun. Tanpa menyadari bahwa perasaannya tak berbalas. Tanpa menyadari ia jatuh cinta sendirian.









Maret 2016
© Macheriverseau

Psst.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang