Part 2

20.9K 76 5
                                    

Gue hampir nggak nyadar pas lagi duduk di teras kelas Darel udah ada di samping gue yang baru aja sampai di kampus, lambaian tangannya di depan muka gue membuyarkan semua hayalan gue.

"Pagi-pagi udah melamun entar kesambet loh."

"Sejak kapan lo di sini?"

"Udah dari tadi gue di sini, lo nya aja yang nggak nyadar lagian pagi-pagi udah melamun. Ngelamunin apa sih lo? Cewek ya?"

Ya iyalah gue ngelamunin cewek siapa lagi kalau bukan Nara. "Nggak, Gue lagi bete ni."

"Bete kenapa? Cerita dong sama gue."

Ini orang emang sahabat gue tapi please jangan bikin gue tambah bete, dengan rasa ingin tahu lo yang segudang itu. Tapi kalau bukan sama Darel, sama siapa lagi gue bisa cerita.

"Dua hari yang lalu gue ketemu cewek cakep banget, dia anak SMA yang magang di Perusahaan depan foto kopian punya saudara gue."

"Pantesan aja dari kemarin lo aneh banget sampe dandan segala, terus kenapa muka lo pagi-pagi udah betekuk kayak gini?"

"Gimana nggak betekuk?! Kemarin gue nggak ketemu sama Nara padahal gue udah dandan habis-habisan, terus buru-buru buat ketemu sama dia tapi dia malah nggak datang kan bete jadinya."

"Jadi namanya Nara, itu akibat lo kemarin nggak mau cerita sama gue makanya kualat kan lo hahahaha...."

"Kok lo ngetawain gue? Emang apa hubungannya gue cerita atau nggak cerita sama lo? Nggak ada kan?"

"Kalau lo kemarin cerita sama gue pasti lo ketemu sama Nara."

"Ngarang banget sih lo, udah ah gue mau jalan dulu dosennya juga kayaknya nggak masuk." Gue pergi ninggalin Darel sendiri yang masih duduk di teras kelas menunggu dosen datang, mau di tunggu sampai kapan pun dosennya nggak bakal datang.

Tepat di saat gue baru saja sampai di tempat Mas Rio, Nara datang sama temannya yang tidak kalah cantiknya dengan dia. Gue cuma bisa senyum lihat Nara yang semakin hari semakin cantik dengan rambut panjang yang di biarin terurai dan senyum manis di balik bibir mungil tipis berwarna merah.

"Boleh minta nomor handphonenya nggak?" Gue cepat-cepat meminta nomor handphone Nara pas udah selesai fotokopi takut kayak kemarin lupa meminta nomor handphone Nara, untung aja Nara berbaik hati mau kasih nomor handphonenya sama gue dalam potongan kertas kecil.

"Makasih, ya. Kapan-kapan aku boleh kan telepon kamu?" Nara nggak jawab Cuma kasih semyuman manis sama gue terus pergi sama teman-temannya ninggalin gue yang masih harus ngelayani pelanggan yang datang nyaris tanpa henti.

Tugas gue hari ini sudah selesai, mobil gue melaju kencang di jalanan nggak sabar rasanya pengen cepat sampai di rumah karena gue mau telepon Nara dan dengar suara seksinya di telepon. Waktu gue sampai di rumah, gue lihat nyokap dan adik gue lagi makan malam berdua mungkin mereka udah kelaparan kali makanya mereka makan duluan nggak nungguin gue.

"Jovan ayo makan, sayang. Kamu pasti belum makan kan, Mama masak makanan kesukaan kamu." Nyokap manggil gue dari ruang makan yang bersebelahan dengan ruang keluarga.

Gue ngelirik nyokap yang masih duduk di meja makan sama adik gue lalu melangkah ke ruang makan, di meja makan gue lihat ada beberapa piring yang sudah kosong dan sebagian lagi masih ada sedikit sisa makan bahkan masih ada makanan yang masih utuh. Selera makan gue langsung bangkit lihat makanan yang ada di meja makan, gue selesai makan bersamaan dengan nyokap beresin dapur dan meja makan. Gue masuk ke kamar ninggalin nyokap yang masih di dapur terus keluarin handphone dari kantong celana.

"Halo." Ucap Nara pas jawab telepon dari gue.

"Halo, ini Nara ya?" Kata gue pas udah dengar seksinya di telepon.

"Iya, siapa ini?"

"Aku yang tadi siang minta nomor handphone kamu."

Gue yakin banget kalau sekarang Nara lagi putar otak cuma buat ingat siapa yang minta nomor handphonenya tadi siang.

"Siapa ya? Soalnya banyak yang minta nomor handphone aku."

Ini cewek primadona apa artis ya sampai segitu banyaknya yang minta nomor handphone dia. "Kalau sama cowok yang minta nomor handphone kamu di fotokopian tadi siang ingat nggak?"

Mudah-mudahan dengan di kasih petunjuk gitu dia langsung ingat sama gue. "Oh, si Mas rupanya tapi namanya siapa ya? Soalnya aku lupa."

"Jovan."

"Oh iya Mas Jovan, ada apa ya Mas?"

"Nggak apa-apa cuma pengen dengar suara kamu aja di telepon, ternyata suara kamu di telepon lebih seksi dari aslinya. Kamu lagi ngapain Nar?"

"Lagi nonton, kalau Mas Jovan sendiri lagi ngapain?"

"Lagi telepon kamu, dengarin suara kamu yang seksi. Kemarin aku nungguin kamu di fotokopian tapi kamu nggak datang."

"Iya, maaf ya kemarin aku banyak kerjaan jadi nggak bisa keluar."

"Memangnya di kantor nggak ada mesin fotokopian?"

"Nggak tahu, aku kan baru beberapa hari magang di situ. Namanya juga di suruh ya dikerjain aja dari pada dimarahin."

"Nara, teleponnya udahan dulu ya nanti aku telepon kamu lagi."

Love N SexWhere stories live. Discover now