Seperti hari-hari sebelumnya, matahari Bali bersinar terang. Keindahan pulau eksotis ini memang belum ada yang bisa menandinginnya. Tak salah jika banyak wisatawan asing yang berkunjung ke sini hanya untuk menikmati keindahan pulau indah layaknya surga ini.
Dua anak laki-laki yang sedang duduk di atas pasir pantai yang hangat. Tandanya mereka tidak sedang melakukan kegiatan, berarti hanya mengamati orang berlalu lalang yang lewat di depan mereka.
Keduanya tampak serupa, sama-sama berambut hitam dan memiliki kulit sawo matang. Namun jika diperhatikan lebih dalam keduanya tampak berbeda. Yang satu memiliki mata berwarna cokelat cerah dan yang satu lagi memiliki mata berwarna hitam.
Si pemilik mata berwarna cokelat cerah lebih tinggi beberapa sentimeter . Mereka adalah kakak-adik. Si kakak yang lebih tua tiga tahun, dengan perkembangan cepat Sang adik membuat mereka berdua terlihat seperti anak kembar.
Tak menuggu waktu lama, Sang adik yang mulai bosan dengan sekelilingnya mulai merasa gelisah. Ia mengambil pasir dengan kedua tangannya, lalu melemparkannya ke arah tepat di depannya.
"Jangan begitu Ar, pasirnya nanti kena orang" omel Arta, Si kakak sambil membersihkan sebagian pasir yang masih tersisa di tangan Arya.
"Kapan Dad mau kesini?" Tanya Arya dengan muka cemberut. Sedangkan kedua tangannya masih memainkan pasir, bedannya kali ini ia hanya menggeser-geserkan pasir saja.
"Iya sabar, sebentar lagi Dad juga akan datang. Kita tunggu sebentar ya" jawab Arta dengan nada sabar. Memang disaat-saat seperti ini ia harus sabar menghadapi adiknya yang memiliki sifat gampang marah itu.
Dua jam berlalu, Ayah mereka masih belum datang juga. Arya sudah tidak kuat dengan rasa bosan ini, ia berguling-guling di pasir, berlari kesana-kemari. Hingga nasehat sang kakak pun tak mau ia dengar lagi. Untunglah tak lama kemudian seorang pria bule datang menghampiri mereka dengan membawa tas besar dipunggungnya.
"Maaf ya, Dad terlambat. Tadi jalannya macet, jadi harus tunggu sebentar" ujar pria itu penuh sesal seraya menyakinkan kedua anaknya itu.
Pria bule itu bernama Lucas Raisz, warga asli Australia yang cukup lama tinggal di Bali ini sebelumnya tinggal di Jakarta bersama istri dan kedua anak laki-lakinya, Istrinya bernama Kumala Shelomita. Luke, adalah nama panggilan yang didapatnya dari Mala.
Ia memutuskan untuk pindah ke Bali karena, pada awalnya Luke yang bekerja menjadi arsitek di alihkan ke Pulau Indah ini.
Luke sudah lama jatuh cinta dengan keindahan alam yang dimiliki Indonesia, dan akhirnya ia memutuskan untuk menetap di sini. Di Australia ia seringkali menghabiskan waktu untuk berselancar, tak heran ketika berada di Indonesia, Bali selalu menjadi perhatiannya.
"Dad, kita jadi kan?" Rengek Arya sambil menarik-narik baju Luke
"Iya, Arya" jawab Luke sambil mengelus sayang pucuk kepala anak bungsunya itu.
"Arta bisa bantu Dad?"
Arta yang mendengar, langsung berjalan menuju ke arah Luke. "Apa yang bisa Arta bantu?"
"Alat surfing ada di bagasi mobil, kamu ambil ya!, nanti dad susul" Pinta Luke pada Arta.
Luke yang langsung pergi meninggalkan sejenak Arya yang masih berdiri menunggu dan datang kembali dengan membawa peralatan lengkap untuk surfing.
Hari ini adalah pertama kalinya Luke mengizinkan kedua anaknya untuk berselancar di laut lepas.
"Ayo, pegang papan kalian!" Luke menyerahkan papan selancar pada kedua anaknya. Ia sengaja memilih papan yang berukuran agak besar supaya mereka mudah dan stabil menggunakannya.
Papan selancar merah yang di bawa Arya menang lebih kecil ukurannya dibandingkan papan selancar biru yang digunakan Arta.
"Dad, boleh kita naik ke atas papan ini sekarang?" Tanya Arya yang sudah tidak sabar ingin bisa berselancar.
"Tidak secepat itu Arya. Pertama-tama kamu harus menggunakan leg rope dulu agar kaki tetap terikat dengan papan." Jelas Luke sambil memeragakan cara penggunaan papan yang benar.
Mereka berdua hanya menirukan apa yang Luke lakukan, dan sesekali mereka bertanya. "Apakah paddle juga harus dilakukan dengan benar Dad?" Tanya Arya.
"Ya! Tentu saja"
Arta membaringkan tubuhnya di atas papan. Ia mengulurkan tangannya ke depan, membiarkan jemarinya menyentuh ujung papan, dan mulai mengayunkan tangan. "Seperti ini, bukan?"
"You forget something, Arta" Luke memperingati.
"Dadamu harus ditegakkan seperti ini,dan dagumu tidak boleh menyentuh papan" lanjut Luke.
Setelah melakukan tahapan awal untuk berselancar, mereka sudah terlihat seperti seorang surfer yang handal.
"Dad rasa kalian sudah siap untuk terjun langsung, bagaimana berani tidak?" Tantang Luke pada kedua putranya.
"Berani dong!" Jawab Arya dengan nada bicara yang sedikit tinggi dan meremehkan.
Arta dan Arya segera berlari menuju ombak yang sudah menanti mereka.
Tak lama kemudian Luke menyusul dengan papan selancarnya sendiri. Mereka bertiga lalu mulai menantang ombak Kuta itu.Sesekali Arya jatuh ke dalam air karena, masih belum bisa mengatur keseimbangan papanya dengan benar.
"Stay calm Ar, jangan banyak gerak nanti jatuh" Ujar Arta memperingati dengan nada khawatir.
"Iya, tapi ini susah!"
"Kamu pasti bisa! Jangan berdiri terlalu kebelakang. Pelan-pelan saja sampai papanmu stabil."
Arya berusaha mencoba menaiki papannya lagi, dan saat itu juga ombak besar datang ke arahnya. Badannya hampir oleng, bahkan tubuhnya nyaris tak bisa bergerak kerena kuatnya ombak.
"Menunduk Ar, dan coba angkat tanganmu lebih tinggi!" Teriak Arta yang segera menuju ke tempat dimana Arya tenggelam.
Arya yang mendengar suara Arta dari atas, segera memperagakan apa yang dikatakan kakaknya itu. Ia mengangkat tangannya sangat tinggi. Perlahan-lahan seakan ia merasakan berjalan di atas air. Dan untuk sesaat ia bisa selamat dari ancaman ombak itu.
"Jangan liat ke bawah, Ar!" Seru Arta.
Arya yang mendengar, hanya bisa menganggukkan kepala. Sambil mengatur nafas"Ayo kita cari Dad" sambungnya.
Saat mereka berdua berhasil bertemu dengan Luke, ombak yang tadinya hampir merengut nyawa Arya, kini mulai datang menghampiri mereka bertiga.
Pada saat itu juga terdengar suara teriakan.
"DAD!!"
Luke yang mendengar suara anaknya, segera mencari dari mana asal suara itu. Untuk saat ini ia berhasil sudah berhasil menolong Arta dan segera mencari di mana keberadaan Arya sekarang.
Tapi usaha itu sia-sia, bahkan Arya tidak akan mungkin bisa ditemukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Breathe
Teen FictionHari ini, Ketika kutilik kisah hidupku, Aku tersadar akan ada dua hal....