Prolog

34 3 1
                                    

"Jack? Where are you?" Suara anak perempuan itu menggema di sebuah lorong gelap nan sempit. Tubuh kecilnya bergetar ketakutan, kedua matanya melirik kekanan dan kekiri gelisah. Tangan kecilnya meraba dinding beton dingin yang ada di kedua sisinya.

Kedua kakinya berhenti begitu melihat ada sebuah anak tangga, ujung dari lorong yang ia lewati. Tangga itu terlihat bercahaya karena sinar mentari meneranginya. Dengan langkah ragu, dia menaiki satu persatu anak tangga itu. Hingga akhirnya sampai di sebuah ruangan berdinding kaca yang tampak sepi dan kotor.

Kedua matanya terbelalak lebar begitu melihat pemandangan di hadapannya. Pria bertubuh kekar sedang menyandera Jack, Kakaknya. Pria itu menyeringai kejam sembari mengeluarkan sebuah belati kecil dari balik rompinya. "Lepaskan Jack!" Anak perempuan berusia tujuh tahun itu berteriak kencang. Suara nyaringnya terdengar sangat menyedihkan. Meski kakinya tertatih-tatih, dia tetap berjalan. Mencoba menghampiri Jack yang diikat di sebuah kursi kecil.

"Alicia don't you..." Jack menggeleng lemah. Namun anak perempuan itu tetap bersi kukuh mendatangi Kakaknya. Tak dipedulikannya luka memar pada betisnya yang terasa begitu nyeri. Jack lebih penting, pikirnya.

Pria itu mendekatkan ujung belati ke leher Jack. Cairan kental berwarna merah segarnmulai menetes, membasahi leher pucat Jack. Ia berhenti melangkah ketika merasakan ada sebuah benda yang bertubrukan dengan jari kakinya.

Sebuah pedang pendek.

Segera diambilnya benda tersebut. Ia berlari, menerjang pria itu. Menghunuskan pedang pendeknya di bagian perut pria tak dikenalnya, lalu memperdalam tusukannya. Cipratan darah menodai wajahnya yang sudah kotor oleh pasir. Sorot matanya datar tanpa emosi, bibirnya yang agak membeku tak sedikitpun memunculkan senyuman. Tak ia pedulikan teriakan keras yang menggema di ruangan itu. Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah membunuh pria biadab itu!

Ia mencabut pedang pendeknya. Lalu ditusukkan kembali kearah jantung pria itu. Tidak ada setitik pun rasa gentar maupun ketakutan. Disiksanya pria yang telah tumbang tersebut. Kemudian dia menambahkan beberapa sayatan kecil di lengan kekarnya.

Jack terdiam di tempatnya, iris birunya hanya menatap hampa sekaligus ketakutan kearah adiknya. "Alicia..." suara beratnya bergetar hebat memanggil nama adik perempuan yang ia benci.

"you killed him."

---

Post by Azollae Zharkovich

7/3/16

InsensateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang