Lembaran Baru

314 14 1
                                    

Tama POV

Aku terus berkutik dengan artikel yang di buat kekasih ku.

"Sudah bagus kok, ini juga sudah sempurna hanya beberapa saja yang butuh di tambahkan dan jni hampir tuntas" ujarku kepada gadis yang sangat ku cintai.

Satu detik, dua detik, tiga detik, empat detik , lima detik, namun tidak ada jawaban dari gadisku ini. Ku liri dia yang kini sudah tertidur di sofa.

Ku pandangi ia baik-baik. Sangat tenang sekali, wajahnya yang hampir sempurna membuat para pria manapun mengejar hatinya aku jadi teringat kala itu.

Namun sayang hatinya itu tertutup bahkan denganku yang notabennya sebagai kekasihnya.

Cerita yang amat panjang, yang pasti membuat kalian menjadi bertanya-tanya kenapa aku bisa menjadi kekasihnya tetapi dengan hati tertutup. Alasannya adalah orang tua.

Flashback..

Kupandangi gadis yang ada di hadapanku kini. Menangis kebingungan mencari sana-sini. Apa yang sedang ia cari? Aku tidak mengeterti. Namun ingin sekali aku memperhatikan gadis ini.

Cantik walaupun sedang menangis, manis, tapi mengapa ia menangis. Tiba-tiba senyumnya mulai mengambang saat seorang pria menemuinya.

Mungkin ia mencari kekasihnya. Dia menghamburkan pelukannya ketubuh pria itu dan menangis sejadi-jadinya tak memandang banyak puluhan mata menjadi saksi adegan mereka.

Ku dengar gadis itu berucap. "Demi Tuhan apapun yang aku rasakan selama ini adalah sama dengan rasamu. Aku menyesal memilihnya. Kau benar dia bukan yang terbaik. Ku komohon maafkan aku. Aku cinta sama kamu Do, tetaplah disini berasama ku Do, maafkan aku karena baru membalas cintamu. Aku sangat mencintaimu" ujarnya tulus.

Lalu pria itu mengecup kening gadis cantik itu dan berkata. "Kau tetap yang ku cinta. Tidak ada yang menggantikan posisimu di hatiku. Saat pertama kali kita bertemu. Hanya kau gadis tuna netra ku ang membuatku jatuh cinta seketika, hanya suara indahmu yang membuat aku melayang. Tapi maaf keputusanku sudah bulat. Jika kita jodoh maka kita akan di persatukan kembali. Kau pilih cinta mu sendiri tapi jangan seperti dia lagi ya, jangan cengen. Aku akan pulang tapi aku tidak mau kamu menunggu. Aku harap kau dapatkan cintamu. Kau tetap yang kucinta. Selamat tinggal gadis tuna netra. Aku mencintaimu"

Dan pria itu mengecup kening gadis itu kembali dan berbalik arah untuk pergi. "Aku menunggumu tuna netra, aku janji aku akan dapatkan cintaku. Yaitu kamu" ujarnya dan menangis.

Aku terus menatapnya serius hingga suara Mami menghamburkan kefokusanku. "Ada apa sih ada yang main film di bandara? Kok jadi pada melow semua. Gadis itu pemainnya? Seperti kenal. Ehm dimana ya... oh ya dia ananya Jeng Permata. Kita lihat yuk nak" ujar Mamiku yang membuat aku bingung.

Ku tahan tangan Mami yang sudah melangkahkan kaki ke arah gadis itu. "Mam dia sedang patah hati, tidak ada adegan film" ujarku santai.

Tiba-tiba suara teriakan kecil mulai menggerumuh. Menutupi tubuh ideal  gadis tersebut.

"Nak dia pingsan, ayo bantu dia,kita abwa kerumah sakit. Biar Mami hubungi orang tuanya" perintah Mami.

Aku segera menerobos kerumunan orang yang kini mulai menatapku. "Permisi" hanya itu yang dapat aku lontarkan. Ku angkat tubuh mungil gadis ini. Wajahnya amat tenang sangat tenang.

Ku masukan ia ke mobil ku dan Mami segera memberi pertolongan pertama dengan memberi sedikit aroma mint dan memijat pelan ibu jari kakinya.

Dengan cepat aku lajukan mobilku ini di tengah padatnya kota Jakarta. Aku mengendus sebal.

KETIKA CINTA TAK TERBALASKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang