Kata orang, mataku indah bak permata yang bersinar di kegelapan. Apakah maksud mereka dari kegelapan itu? Apa karena mataku yang tidak dapat meilhat?
Bohong. Mereka semua bohong. Mataku tak indah seperti permata. Apa yang indah dari mata yang tak dapat melihat ini? APA?
Nathan Emanuel. Itu namaku. Nathan yang buta. Nathan yang tidak bisa melihat keindahan dunia di umur yang masih sekecil ini.
Aku berumur 7 tahun saat ini dan aku masuk rumah sakit untuk operasi mata.
Aku terlalu takut untuk melewati semua ini. Aku sangat takut. Ibu ku selalu menangis jika aku masuk rumah sakit. Aku bisa mendengar tangisan Ibu yang sangat dalam.
Aku tahu Ibu menahannya, tapi masih terdengar olehku. Mataku boleh buta, tetapi indera pendengaranku sangat tajam.
Aku pun tahu Ayah ada di sebelah Ibu, untuk menenangkan beliau. Aku yang buta inipun tak tahan mendengar Ibu dan Ayah berkata yang tidak-tidak karena ini adalah operasi ketigaku.
Aku tidak tahan.
Apa lebih baik aku mati? Aku tidak ingin merepotkan orangtua ku.
Ibu... Ayah... Aku menyayangi kalian.
***
"Ibu dan Ayah tidak bisa menemaniku hari ini?", Aku berkata saat tahu itu adalah suster yang menjagaku setiap aku di rumah sakit ini.
"Iya, Nathan.. Ayah dan Ibumu harus keluar kota untuk beberapa hari jadi mereka harus pulang untuk mengemasi barang-barang." Suara suster Rika yang khas dengan lemah lembutnya.
Aku menundukkan kepala.
"Jadi Ayah dan Ibu tidak akan menemaniku saat aku operasi?"
"Emm.. tapi ada suster Rika kok yang akan menemani Nathan."
"APA PEDULIMU? SUSTER RIKA, KAMU BUKAN SIAPA-SIAPA! HANYA SUSTER! HANYA PERAWAT ANAK KECIL BUTA! JANGAN MENGASIHANI ANAK KECIL BUTA SEPERTIKU! DIMANA ORANGTUA KU SAAT AKU MEMBUTUHKANNYA DI WAKTU OPERASIKU BESOK LUSA?! DIMANA?!"
Aku berteriak lalu menundukkan kepala lagi.
Aku menutup telinga dan menggeleng-gelengkan kepalaku.
"Nathan... Jangan seperti it..."
BRAKKK...
Aku marah. Aku kesal. Barang-barang yang ku tahu ada di sampingku, ku tendang.
Maaf suster Rika, tetapi aku benar-benar marah. Pelan-pelan ku turunkan kakiku dan mencari pintu keluar dari kamar neraka ini.
"LEBIH BAIK AKU MATI!"
Aku terus mengucapkan kata itu di sepanjang lorong rumah sakit sambil berpegangan pada setiap dinding lorong. Wajar. Aku tidak bisa melihat.
Terasa ada angin yang bertiup ke arah wajahku.
Yak, aku sudah sampai.
Ini adalah taman di rumah sakit yang paling bagus.
Aku menerka-nerka ada kursi taman disitu. Benar! Ternyata ada.
Aku tak tahu suster Rika akan mencariku atau tidak, apa peduli dia? Dia tidak peduli, hanya kasihan.
Aku duduk perlahan di kursi taman itu. Ku mendengar ada suara langkah kaki kecil yang makin lama makin terdengar jelas.
"Hai, sedang apa selarut ini?"
Aku hanya mendengar suaranya. Suara anak kecil. Perempuan.
"Apa aku boleh duduk di sebelahmu?" Dia berkata lagi.
Kenapa anak ini ingin menghampiriku dan mengajakku berbicara?
"Iya, boleh. Maaf, tapi aku tidak bisa melihat."
Aku merasakan dia ada disebelahku. Tepat di sebelah kananku.
"Benarkah? Kamu ingin operasi mata, ya?" Katanya seperti tidak percaya.
Aku mengangguk.
"Wah, padahal matamu indah seperti berli..."
"CUKUP!"
"Hah? Kenapa?"
"Jangan menghinaku seperti itu."
"Hemm.. Baiklah. Eh, kamu suka sesuatu yang manis? Sebentar ya!"
Dasar anak ini. Bawel sekali. Sok periang. Cerewet. Sok perhatian.
Kresek.. kresek.. kresek..
Aku mendengar dia mengeluarkan sesuatu dari kantung plastik.
"Ini adalah coklat kesukaanku. Kamu suka coklat?" katanya.
"Suka. Tetapi aku tidak boleh makan coklat."
"Tidak apa. Sini, berikan kedua tanganmu."
Aku tak mengerti apa yang dia maksud. Mungkin anak ini seusia denganku karena aku merasa nyaman. Aku memberikan kedua tanganku lalu dia memutarnya, dia memutar tanganku sehingga telapak tanganku dapat digenggam olehnya.
"Pejamkanlah matamu dan dengarkan mantra ini baik-baik, ya!" Katanya antusias.
Aku mengangguk lagi.
-To be continued-
~~~
HAI! Terimakasih sudah membaca cerita ke-2 ku ini! Gimana awalnya? hmm.. maaf kalo tidak terlalu puas. Sekarang aku lagi ujian sekolah alias US. Masih perlu inspirasi dan butuh refreshing. Ada masukan? atau ada yang ingin di komentari? SILAHKAN!
Don't forget to vote this story! Thx.
March, 8th 2016.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Photograph
Teen FictionKehidupan awal yang ku jalani terlalu berat, tetapi berubah ketika itu semua selalu berkaitan dengan dunia fotografi. Foto-foto yang akan menjadi kenangan indah. Foto-foto inilah saksi bisu perjalanan cinta dan persahabatanku.