Selamanya goresan itu membekas di sini
Tak terobati, memang
Tapi harusnya hilang tak berbekas
Kala itu aku termangu menatapmu
Senyum dan tawa pada wajahmu
Aku hilang kendali!
Meracau kesana kemari demi untuk secuil tolehan kepalamu
Gelegar tawamu merdu terngiang dalam ingatan
Pongah senyummu manis tergambar dalam pikiran
Ah, kau memang candu
Kawan dan lawan kuabaikan
Seisi semesta padamu
Mereka bilang aku gila
Tidak
Aku hanya sedang jatuh cinta, kataku pada mereka
Mereka bilang itu semu
Tidak
Semua tirai telah tersibak bahkan sebelum sempat mereka berkata, kataku pada mereka
Jalang! mereka memanggilku
Kala itu petir dan guntur bernyanyi
Saling berebut silih berganti
Aku meratapi diri!
Di sepanjang jalan bernama kehampaan, aku merangkak
Mengais serpih demi serpih kawan maupun lawan
Benar dan salah terhubung benang merah takdir
Ketika benar maka kau salah, ketika salah maka kau benar
Aku tidak mengerti
Katamu aku madu
Katamu aku rindu
Katamu aku candu
Cangkir yang dulu berisi kopi selamat pagi untukmu, kini tergeletak di atas wastafel dapur rumahku
Salahku
Untuk hentikan ini pun aku tak mampu
Jalang! mereka memanggilku
Kau perebut milik orang! teriak mereka padaku
Jalang! mereka memanggilku
Aku tak lebih dari sekedar wanita jalang