"Ahh... hari ini cukup melelahkan." Ia merentangkan tangannya ke atas, bermaksud untuk merenggangkan otot-otot di tubuhnya yang terasa sangat lelah.
"geundae, mengapa aku sangat merindukan Jae hyung? Apa aku harus menjenguknya. Baekhyun! Tentu saja kau harus bodoh, dia hyung-mu." Mungkin jika ada yang melihat Baekhyun saat ini, mereka akan mengatakan 'michi namja' padanya. Bagaimana tidak, berbicara sendiri seolah-olah ada yang mendengarnya dan menjawab semua ucapan-nya yang tak tentu arah. Walaupun ada yang mendengarnya, itu bukan merupakan wujud manusia.
Baekhyun kembali melanjutkan langkahnya dengan wajah yang mengarah ke bawah atau lebih tepatnya merunduk. Ia sempat bergidik ngeri ketika melewati sebuah kelas yang jika dalam penglihatannya ada seorang namja dengan penuh luka sayatan sedang tertawa sambil menggerakan tangannya persis seperti sedang bermain dengan chingu-nya. Langkahnya mendadak terhenti ketika ada seseorang yang tidak diketahui olehnya, memanggil namanya dengan panggilan formal.
"Baekhyun-sshi" Baekhyun membalikan badanya dengan terpaksa, mau tak mau kepala yang sebelumnya tertunduk tadi harus ia angkat dan menatap 'siapa' yang memanggil namanya itu. Kedua matanya terbelak setelah mengetahui 'siapa' yang memanggilnya saat ini. Ia adalah roh yeoja yang saat pagi tadi bertemu dengannya. Roh tersebut melangkahkan kakinya mendekat ke arah Baekhyun, dan itu berhasil mengundak tatapan tajam dari Baekhyun ter-arah padanya.
Kini ia telan berhadapan dengan roh tersebut. Ada satu hal yang sangat ia takutkan saat ini. Ia takut akan roh tersebut memintanya untuk meminjamkan tubuhnya padanya. Untuk menutupinya, ia mengucapkan nama 'Jae' dalam hatinya berulang kali. "Ada apa, Sohyun?" Ia memelankan suaranya untuk memberikan kesan ramah di dalamnya.
"Izinkan aku untuk meminjam tubuhmu Baek. Jebal, aku hanya meminta waktu 15 menit saja untuk mengatakan sesuatu pada-nya" Sohyun, ia menatap penuh harap ke arah Baekhyun yang membuat pertahanannya runtuh. Namun, ego yang berada dalam dirinya itu berhasil menepis pertahananannya yang runtuh tersebut.
Baekhyun menggelengkan kepalanya cepat. "Mian, aku tidak bisa meminjamkan tubuh ini padamu Sohyun. Aku takut kau tidak akan mengembalikan tubuhku ini" mendengar jawaban dari Baekhyun, Sohyun merubah tatapannya menjadi tatapan datar.
"Apa aku harus melakukan sebuah pemaksaan?" Ia menatap tajam menusuk kedalam pupil mata Baekhyun yang melebar itu.
.
Baekhyun melangkahkan kakinya mendekati Ruang Perpustakaan yang hanya berjarak beberapa langkah lagi dengannya. Pandangannya kosong menerawang kedepan saat berjalan. Langkahnya terhenti di depan pintu yang berbahan dasar kayu mahogany yang terbilang cukup usang dengan cat-cat yang terkelupas dan menunjukkan warna asli dari pintu tersebut. Ia mengadahkan kepalanya menatap papan bertuliskan 'Library' sebelum membuka pintu itu dan memasuki ruang Perpustakaan.
Hawa dingin mulai menyebar ke ruangan luas ini. Wajah Baekhyun memucat, pertanda bahwa ia sedang tidak dalam keadaan yang baik-baik saja. Ia menghentikan langkahnya setelah berada di hadapan namja yang tengah membaca buku tebal karya dari Agatha Christie yang bersampul buku 'The witness for the Prosecution' dengan tenang.
YOU ARE READING
Oposite
FanfictionBagaimana jika seorang namja menyukai seorang namja? Byun Baekhyun, ia merupakan namja yang memiliki kelebihan dalam dirinya. Ia dapat melihat makhluk makhluk tembus pandang yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu. Namun, dengan kedatangan...